Featured
Auretté and The Polska Seeking Carnival Merilis Album Kedua Bertajuk Bloom
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2019/01/aatpsc-920x600.jpg&description=Auretté and The Polska Seeking Carnival Merilis Album Kedua Bertajuk Bloom', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Pada 25 Desember 2018 lalu grup band beraliran Folk Pop asal Yogyakarta, Auretté and The Polska Seeking Carnival atau AATPSC merilis album kedua bertajuk Bloom. Album ini sudah dapat didengarkan di Spotify, iTunes, Apple Music, Youtube, Deezer, Google Play Music, Tidal, Napster, Amazon Music, dan layanan digital stores lainnya.
Sementara untuk versi fisik dari album Bloom saat ini sedang dalam tahap produksi dan akan menyusul dirilis secepatnya. Album ini dinamai Bloom yang secara harfiah dapat diartikan “mekar”, sebagai representasi sebuah perubahan atau transformasi yang terjadi baik dari segi musikal maupun personel AATPSC. Secara personal, sejak terbentuk pada 2012 silam hingga sekarang, setiap personel band telah mengalami banyak perubahan dalam hidup mereka. Sementara dari segi musik, Bloom mengalami perubahan yang drastis dan sangat berbeda dengan album pertama AATPSC bertajuk Self Titled yang dirilis pada 2013 silam.
Perubahan musikalitas Bloom dapat dilihat dari segi musik dan lirik. Jika dalam album pertama Self Titled AATPSC banyak menggunakan instrumen akustik dan lirik lagu berbahasa Inggris, pada album Bloom yang berisi 12 lagu ini AATPSC banyak menambahkan instrumen elektronik dan sampling elektronik, serta menggunakan lirik berbahasa Indonesia dalam beberapa lagu.
Selain mengisahkan proses transformasi personal AATPSC, 12 lagu dalam Bloom berkisah tentang kehidupan sekitar. Single pertama bertajuk “Rinai Hujan” berkisah tentang seseorang yang bersedih dan merasa sendu di kala berdiri di tengah hujan, ia mengharapkan seseorang menemuinya dan mengajaknya berteduh. Sementara dalam “Lullaby (Wondering Why)” AATPSC menjabarkan hubungan antara manusia dan Tuhan. “On The Shore” secara sureal menggambarkan sepasang kekasih yang tengah berjalan di pantai.
AATPSC juga menyoroti persoalan sosial dalam lagu “Melerai Lara”, lagu ini menyoroti kaum transgender yang seringnya masih mendapat diskriminasi di tengah masyarakat. Lagu “Tamasya” menjabarkan para manusia yang suka bertamasya, namun terkadang baik sengaja atau tidak sengaja merusak alam sekitar. AATPSC juga menyoroti masalah kesehatan mental/jiwa dalam lagu “The Bell Jar.”
Di album ini AATPSC juga berkolaborasi dengan beberapa musisi lain. Misalnya dalam lagu “The Bell Jar”, Gardika Gigih bermain piano dan membuat reverse sampling, dan YK Brass Ensemble mengisi departemen brass section atau alat tiup besi.
Auretté and The Polska Seeking Carnival terbentuk pada tahun 2012. Sebelum merilis Bloom di tahun 2018, mereka telah merilis album pertama bertajuk Self Titled pada 2013 silam. Album Self Titled tersebut dirilis dalam berbagai format yaitu kaset pita, CD, rilis digital mp3, dan vinyl atau piringan hitam.
Setelah wara-wiri di berbagai panggung dan merilis album pertama, AATPSC mulai dikenal oleh khalayak penikmat musik. The Jakarta Post menyebut AATPSC sebagai “…unassuming young men and women who carved their own niche by playing music that is not only unique but also a breakthrough in a scene…”, BBC Indonesia menyatakan “AATPSC disambut baik oleh pendengar musik indie tanah air, terima kasih kepada kemampuan mereka membawakan melodi-melodi yang utopis.” sedangkan South East Asia Indie (SEA Indie) mengulas AATPSC “all the musical creativities have been crytalized into one precious gem; a whimsical melodic and rhythmic style of European music.” Sementara situs pemerhati musik indie Asia Tenggara The Wknd menyebut musik AATPSC “sounds very français but very nusantara at the same time, surprisingly.”