Connect with us

New Tracks

Coma Des Cities Debut Dengan Single “REDUM”, Nyanyian Perlawanan Dari Balik Derita

Profile photo ofrafasya

Diterbitkan

pada

Coma Des Cities

Dari kegelapan yang pekat dan dentuman realitas penuh luka, Coma Des Cities, grup musik baru asal Bandung, meluncurkan single perdana berjudul “REDUM”.

Lagu ini menjadi teriakan yang menggema di tengah reruntuhan kepedihan, merekam kesaksian atas penderitaan dan kebisuan yang dipaksakan oleh kekuasaan yang tidak adil. Sebagai karya pertama, “REDUM” adalah monumen suara bagi mereka yang terpinggirkan.

Sejak zaman dahulu, musik telah menjadi medium ekspresi tertua untuk mengabadikan tragedi dan nestapa. “REDUM” lahir sebagai elegi bagi mereka yang terampas tanahnya, terhapus dari sejarah, atau dipaksa membungkam narasi hidupnya.

Melodi dan liriknya menyimpan emosi mentah yang tak bisa diurai hanya dengan kata-kata—ia adalah ratapan atas kemanusiaan yang terenggut, melintasi batas waktu dan geografi.

Terinspirasi dari refleksi atas tragedi kolonialisme, lagu ini berusaha menangkap esensi kecemasan, ketakutan, dan kehancuran melalui sudut pandang korban yang merasakannya langsung. Coma Des Cities menggambarkan perasaan yang asing bagi kehidupan nyaman kita, namun justru menyimpan amarah dan kesedihan yang menyala-nyala dalam setiap nadanya.

Band Coma Des Cities

Seperti penggalan lirik, “Panas tubuhku meraba gulita, amarah tumbuh di kepalaku”—gambaran nyeri yang menjelma bara, membakar kegelapan namun akhirnya meredup bukan karena padam, melainkan karena menyatu dengan kesunyian abadi.

Di tengah dunia di mana suara kaum tertindas kerap dibungkam, Coma Des Cities menghidupkan kembali narasi mereka melalui gelombang musik yang keras dan menggugah.

Aransemen yang bertenaga, dipadukan dengan ketukan drum yang menghentak dan distorsi gitar yang kuat, menciptakan gelombang emosi yang menarik pendengar ke dalam inti pesan mereka. Ini adalah pernyataan politik, pengingat akan jeritan yang terpendam, dan penghormatan bagi jiwa-jiwa yang tak lagi bersuara.

Sebagai langkah awal, Coma Des Cities berkomitmen menjadikan musik sebagai alat perlawanan. “REDUM” adalah persembahan bagi mereka yang dikalahkan oleh sejarah, namun kisahnya tetap hidup melalui seni. Band ini percaya: dalam kesunyian paling kelam, selalu ada api perlawanan yang tak pernah benar-benar padam.

Coma Des Cities terdiri dari Akhyar Bagaskara (vokal), Rizky Mahen (gitar), Ridwan Ariansyah (gitar), Agung Dafin (bass), dan Ruly Ramdhani (drum). Dengan energi muda dan visi yang jelas, mereka siap melanjutkan perjalanan sebagai corong bagi yang terpinggirkan, membuktikan bahwa musik tetap menjadi senjata ampuh melawan lupa.

Melalui “REDUM”, Coma Des Cities mengajak kita mendengar gema dari lorong-lorong sunyi—tempat di mana derita dan harapan bersatu, menyala dalam diam.

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *