New Tracks
Eas.y Luncurkan “Into The Cold, Empty Ocean”, Single Baru Bertajuk Duka Dan Kehilangan

- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2025/05/Eas.y.jpg&description=Eas.y Luncurkan “Into The Cold, Empty Ocean”, Single Baru Bertajuk Duka Dan Kehilangan', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Band sophisti-pop asal Malang, Eas.y, kembali merilis karya terbaru mereka yang berjudul “Into The Cold, Empty Ocean”. Lagu ini diluncurkan secara global di semua platform musik digital pada 2 Mei 2025 dan menandai langkah baru dalam perjalanan kreatif mereka setelah sukses dengan EP ‘Countless Hours‘.
Sebagai quartet yang solid dengan formasi Karima Sasiseptiana (vokal), Bastya Indrawan (keyboard), Erland Oktafaisal (gitar), dan Yogie Satya Ferdinand (drum), Eas.y menyampaikan cerita yang sangat personal. Kali ini, kisah tersebut berasal dari pengalaman pahit keyboardist mereka, Bastya Indrawan, yang harus merelakan kepergian ayah tercintanya.
“Into The Cold, Empty Ocean” lahir dari duka mendalam Bastya setelah kepergian ayahnya. Berbeda dari narasi kehilangan percintaan yang kerap diangkat musisi muda, lagu ini justru menyentuh ranah lebih intim: kepergian orang terkasih secara permanen.
“Lagu ini ditulis beberapa hari setelah ayah Bastya meninggal. Awalnya hanya satu bait untuk mengekspresikan perasaannya, lalu berkembang menjadi lagu utuh,” jelas Eas.y melalui pernyataan resminya.
Lirik yang sederhana menjadi medium bagi Bastya untuk mengungkapkan rasa hampa, penyesalan, dan ketakutan akan kehilangan yang lebih dalam. Di tengah kesedihan tersebut, terdapat harapan yang paradoks: “jika bisa, lebih baik aku yang pergi daripada harus merasakan kehilangan lagi.”
Proses kreatif single ini tergolong cepat. Lirik final rampung dalam seminggu, sementara aransemen musik selesai hanya dalam 10 menit saat sesi studio. “Kami sengaja mempertahankan kesederhanaan agar pesan lagu lebih menyentuh hati. Simple, tapi tidak murahan,” ujar mereka.
Eas.y mengaku terinspirasi oleh karya-karya minimalis seperti “Malibu Night” (LANY), “You and Me” (Lifehouse), dan “Creep” (Radiohead). Pendekatan ini sejalan dengan visi mereka: menghadirkan musik yang mudah dipahami, namun tetap memiliki kedalaman makna.
Di balik kesan yang sederhana, produksi lagu ini ditangani secara profesional oleh M. Fitryan Al Fajri (Ryan Abo) dari Haum Studio, yang sebelumnya juga mengerjakan proyek ‘Countless Hours‘. Ryan bertanggung jawab atas proses mixing dan mastering, sementara tata visual dan artwork dikerjakan oleh M. Aziz Rizki.
Melalui single ini, Eas.y ingin menyampaikan bahwa kehilangan bukan hanya tentang perpisahan fisik, tetapi juga tentang gelombang emosi yang mengikutinya: kesedihan, kerinduan, dan nostalgia yang tak terhindarkan.
Kutipan “And if they said, at least he is not in pain, That words only leave deeper scars” menggambarkan betapa kata-kata penghiburan seringkali justru memperdalam luka. “Terkadang kita tidak menyadari betapa berharganya seseorang sampai mereka tiada. Saat itu terjadi, penyesalan dan kehampaan datang bertubi-tubi,” tambah Bastya.
Eas.y berharap “Into The Cold, Empty Ocean” tidak hanya menjadi ekspresi pribadi, tetapi juga dapat menyentuh pendengar yang pernah mengalami kehilangan serupa.
“Kehilangan adalah satu hal. Namun kesedihan, kehampaan, kerinduan, dan nostalgia adalah pengikutnya,” tulis mereka, merangkum esensi lagu ini.
Sebagai penutup, Eas.y menyampaikan pesan universal: “And most of all, Please don’t disappear…” — seruan harap yang mungkin menjadi doa semua orang untuk mereka yang tercinta.