New Tracks
Electric Bird Kritik Kerusakan Alam Lewat Single “Aurora”

- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2025/05/Electric-Bird.jpg&description=Electric Bird Kritik Kerusakan Alam Lewat Single “Aurora”', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Grup garage rock asal Surabaya, Electric Bird, kembali menarik perhatian dengan merilis single terbaru mereka yang berjudul “Aurora”. Lagu ini merupakan bagian dari album kedua yang akan datang, ‘Odyssey‘, dan mengusung pesan tentang kepedulian lingkungan melalui lirik yang ironis, menyoroti kerusakan alam akibat keserakahan manusia dan ketidakpedulian para pemimpin.
“Aurora” tidak hanya berfungsi sebagai kritik sosial, tetapi juga menandai penggunaan bahasa Indonesia untuk pertama kalinya dalam karya mereka, sebuah langkah yang diharapkan dapat memperkuat koneksi dengan pendengar lokal.
Lagu ini menggambarkan keindahan alam yang perlahan-lahan hancur akibat eksploitasi yang tidak bertanggung jawab. Dengan metafora dan pilihan kata yang tajam, band ini menggabungkan kegelisahan akan krisis lingkungan dengan dinamika musik yang energik.
Vokal Danu, yang juga berperan sebagai bassis, menyampaikan rasa cemas tersebut dengan nada vokal yang penuh emosi, didukung oleh riff gitar eksperimental dari Vicky dan Dafa. Kolaborasi ini menghasilkan komposisi yang gelap namun memikat, khas garage rock dengan sentuhan ambient yang segar.
Proses kreatif “Aurora” diakui sebagai tantangan sekaligus terobosan baru bagi Electric Bird. Vicky, gitaris band, menjelaskan bahwa eksplorasi suara gitar dan ambience menjadi fokus utama.
“Kami ingin menciptakan identitas yang berbeda dari karya sebelumnya. Eksperimen dengan efek gitar dan lapisan suara menghasilkan atmosfer yang lebih dalam,” ujarnya. Dafa menambahkan bahwa kolaborasi dengan produser Julio Mulya membuka perspektif baru, terutama dalam penggunaan synth dan notasi akustik yang memperkaya dinamika lagu.
Bagi Danu, menulis lirik bahasa Indonesia justru menjadi tantangan tersendiri. Selama ini, Electric Bird konsisten menggunakan bahasa Inggris sebagai medium ekspresi. “Ini seperti mulai dari nol. Kami harus memastikan pesan tetap kuat tanpa kehilangan keindahan puisi dalam lirik,” ungkapnya. Namun, proses itu justru membuka ruang eksplorasi yang lebih luas, baik secara musikal maupun lirikal.
Kehadiran produser Julio Mulya dalam proyek ini turut memberi warna berbeda. Julio tidak hanya membawa elemen akustik dan elektronik, tetapi juga membantu menyempurnakan struktur lagu. “Dia memahami visi kami dan menambahkan detail seperti lapisan synth yang memperkuat atmosfer ‘Aurora’,” kata Danu. Hasilnya, lagu ini menjadi kolaborasi yang harmonis antara energi garage rock dan kedalaman tema lingkungan.
Single ini ditulis oleh Rahmana Wiradanu dan Vicky Aslam, dengan lirik yang sepenuhnya dikerjakan oleh Danu. Proses mixing dan mastering ditangani oleh Prasimansyah, yang berhasil mempertahankan intensitas musik tanpa mengaburkan pesan lirik. Electric Bird menyebut “Aurora” sebagai karya paling personal dan ambisius mereka hingga saat ini.
Sebagai band yang lahir di Surabaya pada tahun 2019, Electric Bird telah mengalami berbagai transformasi. Setelah merilis album debut “Stings You Hard”, mereka mengalami beberapa pergantian personel, terutama di posisi drum. Kini, dengan formasi tetap Danu (bass/vokal), Vicky (gitar), dan Dafa (gitar), mereka fokus untuk mengeksplorasi suara yang lebih kompleks dalam album “Odyssey”.
“Aurora” menandai langkah baru dalam evolusi musik Electric Bird. Dengan menggabungkan kritik sosial, eksperimen musik, dan penggunaan bahasa Indonesia, mereka berharap lagu ini dapat meningkatkan kesadaran pendengar tentang isu-isu lingkungan.
Single “Aurora” bisa didengarkan di semua platform streaming digital pada 2 Mei 2025. Sementara itu, Electric Bird masih terus menyempurnakan “Odyssey” yang rencananya akan dirilis akhir tahun ini.