Connect with us

Featured

Fonticello – Trio Cello Rock Merilis Album Perdana

Profile photo ofstreamous

Diterbitkan

pada

Fonticello akhirnya menjadi posisi yang penting dengan kehadirannya dalam sejarah musik dalam negeri. Sama perihalnya ‘Luthier’ era Barok kembali mendapatkan angin segar dengan lahirnya Trio Cellis asal Yogyakarta yang berdiri tahun 2004, sebagai glorifikasi yang beranggotakan dari Angga Pratala (Lead Cello & Lead Vocal), Hasnan (Rhythm, Riff Cellos & Scream Vocal), dan Dior (Low Cello).

Cello, sebagai alat musik utama kelompok ini rupanya masih cukup asing jika dikultuskan dengan perkembangan musik di Indonesia secara kelompok yang elegan, terlebih dengan mempunyai warnanya sendiri, yaitu ‘Rock’ belum lagi jika ada penilaian penampilan visual personal, mungkin hanya satu-satunya kelompok ini terasa asimetris. Dibesarkan dan banyak mengunyah latar belakang institusi seni rupa tentu tidak terlepas dari sosok aktivis sebab akibat cara pandang mereka berkarya.

Penggunaan instrumen dengan penyalahgunaan atau kebenarannya, komposisi gerak, harmoni dengan detil yang jelas adalah untuk memudahkan penafsiran musikalitas mereka. Menghasilkan drama, ketegangan, semangat, dan keagungan kelaziman ‘sonata’nya sendiri tanpa meninggalkan ekspansi rezim klasik.

fonticello_ep_rooftopsoundrecords-resizedKita tidak perlu mendeskripsikan teknis, nuff said! Perkenalan rilisan ini memuat 6 buah lagu yang direkam di studio Syailendra dan Rooftopsound, Jakarta sejak tahun 2014-2015 kemarin, tentu bukan waktu ringkas untuk rilisan sebuah mini album. Untuk rilisan mini album ini, Fonticello juga berkolaborasi dengan beberapa musisi seperti; dalam karya ‘Fake’ mereka mendaulat untuk sesi vocal

Arga dari “Arkenstoned” sedangkan untuk sesi drum oleh Arya “Dead Vertical” selain itu pada karya ‘Dying’ mereka menyerahkan sesi vocal kepada Vicky Mono dari “Burgerkill” dan untuk sesi drum oleh Bemby Gusti “Sore”

Semoga dengan rilisan format mini album ini, Fonticello mendapatkan tempat tersendiri untuk publik dan dapat memblokade pikiran kita secara lain, demi menghormati Amati hingga Vuillaume yang mashyur. (KA)

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *