Fun Facts
Fun Facts; The Brandals
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2014/11/brndls.jpg&description=Fun Facts; The Brandals', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
The Brandals mengambil nama band dari kata Berandal, namun mereka tidak memasukkan huruf ‘E’ karena dianggap tidak penting. Nama band ini juga terinspirasi dari film-film gangster seperti Clockwork Orange dan Lock, Stock and Two Smoking Barrels.
Sebelum berkarir bersama The Brandals, Eka Annash merupakan salah satu personil dari grup hardcore seminal legendaris Jakarta, Waiting Room.
Album perdana The Brandals laris hingga mencapai penjualan 7500 kopi di tahun 2003.
Pada masa-masa awal terbentuk, The Brandals sengaja menampilkan imej yang sangat meledak-ledak dan kasar ketika tampil di atas panggung. Semua itu mereka lakukan sebagai representatif dari kehidupan di Jakarta.
Mereka menyebut genre musik mereka dengan Dirty Filthy Nasty Rock & Roll.
The Brandals merupakan gabungan dari para personil band The Motives, Brown Sugar dan Underwear.
Ketika Bayu Indrasoewarman yang memiliki ciri khas berambut kribo keluar dari The Brandals, mereka mendapatkan menggantinya, PM Mulyadi gitaris United By Haircut, yang juga berambut kribo.
Pemain bass Radhit Syaharzam bergabung bersama The Brandals di tahun 2004. Kala itu The Brandals mengisi soundtrack film Lovely Luna yang mana Radhit menjadi salah satu pemainnya. Dan Eka memiliki kecocokan selera musik dengan Radhit usai berbincang-bincang, tidak lama setelah Doddy keluar, Eka pun mengajak Radhit untuk bergabung.
“Mutasi Urban (Sang Korban I)” adalah lagu pertama yang mereka tulis ketika sudah bernama The Brandals.
Panggung perdana The Brandals berlangsung di IKJ tahun 2002.
Eka Annash sangat ingin membawakan ulang lagu “March Of The Pigs” milik Nine Inch Nails dengan versi The Brandals, namun belum pernah kesampaian di atas panggung.
Artwork debut album The Brandals merupakan hasil jepretan foto Eka Annash yang diambil di pasar loak Slamet Riyadi, Manggarai, Jakarta.
The Brandals kini memutuskan untuk vakum sampai waktu yang belum ditentukan dan Soundsfair Festival 2014 menjadi pentas terakhir The Brandals sejauh ini.
BRNDLFEST yang digelar tahun 2013 kemarin merupakan perayaan dua belas tahun karir musik The Brandals. Disana mereka memutar untuk kali pertama sebuah film dokumenter tanpa sensor berjudul Marching Menuju Maut garapan Faesal Rizal.
Tony pernah berkata bahwa album DGNR8 merupakan album penentuan bagi para penggemar The Brandals, apakah mereka benar-benar fans sejati atau seorang poser.
Pembuluh darah Rully Annash sempat pecah dan menyebabkan sakit serius karena terlalu sering mengkonsumsi minuman beralkohol.
Pentas terkisruh dari The Brandals adalah ketika mereka bermain di Stadion Lebak Bulus tahun 2003. Mereka yang mabuk diatas pentas karena demam panggung, harus dilempari oleh para penonton yang marah karena caci-maki yang keluar dari mulut Eka.
Eka Annash adalah seorang sarjana seni murni lulusan New South Wales University, Australia.
Lirik lagu “Surat Seorang Proletar Buat Para Elit Borjuis” ditulis Eka usai selesai membaca buku The Communist Manifesto milik Karl Max.
9 November 2013 di Rolling Stone Cafe Jakarta, The Brandals memainkan seluruh set list album Audio Imperalist secara berurutan di acara Rock Market.