Album Review
Grindsuffering – Mvrtadevs: Gempuran Melodius Nan Renyah
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2015/01/mvrtadevs-album-gs.jpg&description=Grindsuffering – Mvrtadevs: Gempuran Melodius Nan Renyah', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Grindsuffering yang kini dihuni oleh kuartet Firman Fauzie Winata (bass), Erdi Whisnu Erlangga (gitar), Rizki Herdian (drum) dan Alfian Adzani (gitar, vokal) sebetulnya bukan barang baru di dunia musik keras Jawa Barat. Namun, keempat pemuda ini memang bisa dikatakan tidak terlalu cekatan dalam menggarap karya-karyanya, karena beberapa faktor internal hingga gonta-ganti personil yang mungkin menjadi salah satu elemen utama penghambat kreativitas Grindsuffering.
Dan belum lama ini, akhirnya Grindsuffering menelurkan sebuah debut album yang cukup ditunggu oleh para penikmat musik death metal tanah air. Digandeng oleh label segar Omega Wave Records, Grindsuffering melepas sembilan materi berdaya cabik mutakhir yang disusun dalam satu-kesatuan bertajuk Mvrtadevs. “Dalam kegelapan kami menerkam cahaya, menelan sang surya dikala hampa. Saat itulah, kebenaran dipertanyakan wahai kemulaian,” sebuah kalimat pembuka yang dilontarkan Grindsuffering dalam nomor “Heretika”.
Membuka set dengan sebuah pertanyaan menusuk, Grindsuffering yang berbahan bakar alkohol langsung tancap gas di nomor-nomor berikutnya. Mereka adalah tipikal anak muda yang tahu benar bagaimana pentingnya stamina yang prima dalam mengendari musik death metal. Aroma kebengisan mereka rangkai rapih membuat apa-apa saja yang diperlukan dalam menyajikan death metal tulen pada faedahnya menjadi tidak ada yang terlewat.
Raungan vokal, denyut blasting drum bak senapan, serta sahut-sahutan kedua gitar dengan bass menunjukan koordinasi yang baik sehingga “Genetic Kingdom Of War”, “Fiery Wolves And Serpent Tongue” serta “Necropolis” memaksa setiap penggemarnya untuk terus menghentak kepala tanpa henti.
Behemoth, Watain, Entombed, Obituary, Necrophagist hingga At The Gates nampaknya menjadi kiblat utama bagi Grindsuffering di album Mvrtadevs ini. “The Servant” dan “Dogma Berhala” adalah dua nomor paling melodius. Bahkan suara serak membara Dafi disana seperti mengisyaratkan begitu lelahnya mereka dengan lingkungan yang dianggapnya telah membusuk serta penuh oleh label-label yang tidak semestinya. Beberapa bassline yang cathcy pun terdengar beradu teknik dengan ritmik gitar. Menarik dan tidak generik.
Grindsuffering juga jeli melihat celah. Di “Klandestin” mereka memberi sedikit ruang untuk breakdown lewat sebuah sampling yang masih menggambarkan suasana mencekam. Sedikit beristirahat sebelum kembali dihajar habis-habisan pada nomor “The Hell”.
Untuk menutup album ini, Grindsuffering kembali memberi kejutan. Apabila kalian membeli CD album ini, mereka tidak memasukkan lirik untuk lagu terakhir, “If God Never Sleep, There Is Evil Too?”. Kumpulan groove menghentak mereka lempar dengan vokal Dafi yang terdengar seperti sedang diiringi oleh Serj Tankian didalam studio. Lengkap sudah, riuh rendah melodik death metal dari Grindsuffering memang renyah.