New Tracks
Inheritors Luncurkan “Pestilence”, Suarakan Kritik Sosial-Politik Dengan Dentuman Thrash Metal

- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2025/03/Inheritors.jpg&description=Inheritors Luncurkan “Pestilence”, Suarakan Kritik Sosial-Politik Dengan Dentuman Thrash Metal', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Setelah sukses merilis single perdana “From The Grave” di awal 2025, band thrash metal asal Malang, Inheritors, kembali mengguncang dunia musik dengan single kedua bertajuk “Pestilence”. Lagu ini menjadi bagian dari rangkaian promosi menyambut album penuh mereka yang akan segera dirilis.
Mengusung nuansa gelap dan korosif khas underground Malang, “Pestilence” digambarkan sebagai “wabah” baru yang siap menjalar ke telinga pendengar melalui kombinasi groove, ritme dinamis, serta progresi musikal yang lebih kompleks.
Berbeda dari ciri khas thrash metal klasik yang mengandalkan kecepatan maksimal, “Pestilence” justru mengeksplorasi variasi tempo dan harmoni kromatis yang menciptakan atmosfer suram sekaligus depresif.
Warisan musik dari legenda seperti Anthrax, Power Trip, Death, Obituary, hingga Alice In Chains terasa menginspirasi komposisinya, meskipun Inheritors tetap menyelipkan identitas unik melalui riff gitar tebal dan teriakan vokal yang menggelegar.
Kolaborasi dengan Agan Iksar (Dazzle, Keep It Real) turut memperkaya dimensi lagu, memadukan karakter vokal yang selaras dengan raungan keras Inheritors, namun tetap mempertahankan ciri khas masing-masing.
Lirik “Pestilence” menjadi medium kritik tajam terhadap realitas sosial-politik yang dianggap terjangkit “wabah banalitas kekuasaan”. Inheritors menggambarkan para penguasa sebagai “kumpulan belatung” yang gemar menyantap penderitaan rakyat, menyerap darah dan keringat mereka untuk dijadikan hidangan dalam pesta perayaan kematian hak-hak sipil.
Sementara itu, masyarakat digambarkan sebagai “sahaya” yang terjebak dalam kepasrahan, mudah dipuaskan oleh janji palsu, dan tak berdaya melawan keserakahan pemerintah yang kerap menggunakan kekerasan sebagai alat pengendali. Menurut Inheritors, situasi ini adalah warisan masalah sistemik yang telah mengakar sejak lama, bahkan sebelum konsep negara modern terbentuk.
Metafora “wabah” dalam lagu ini tidak hanya merepresentasikan penyakit sosial, tetapi juga menjadi simbol kesadaran yang ingin ditularkan Inheritors kepada pendengar. Melalui “Pestilence”, mereka mengajak publik untuk tetap waspada terhadap pembiaran dan penelantaran yang kian normal di era ini.
Pesannya jelas: apatisme adalah epidemi berbahaya yang membuat manusia kebas terhadap kehancuran di sekitarnya. “Tidak semua hal bisa diselamatkan,” begitu pesan tersirat dari lagu ini, mengingatkan bahwa ketidakpedulian hanya akan mempercepat kerusakan.
Secara musikal, “Pestilence” menjadi bukti evolusi Inheritors dalam meramu kegelapan tema dengan kedalaman komposisi. Lagu ini tidak hanya tentang agresivitas, tetapi juga dinamika yang matang, mengalir dari bagian-bagian slow-groove hingga klimaks yang menghantam.
Dukungan produksi yang solid memastikan setiap elemen—dari jeritan gitar, dentuman bass, hingga vokal yang penuh amarah—terdengar jelas namun tetap menyatu dalam kesuraman atmosfer.
Dengan “Pestilence”, Inheritors menyebarkan virus perlawanan melalui kanvas thrash metal. Mereka mengukuhkan diri sebagai suara bagi yang terpinggirkan, mengingatkan bahwa di tengah dunia yang carut-marut oleh keserakahan, musik tetap bisa menjadi alat untuk membongkar kebusukan dan menyalakan api kesadaran.
Single ini kini tersedia di seluruh platform streaming, mengajak pendengar untuk merasakan “infeksi” yang—meski berat—berpotensi membangunkan mereka dari mati rasa.