Interviews
Interview: Ambisi Daniel ‘Deadsquad’ dalam Alaium Records
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2015/02/alaium-recs.jpg&description=Interview: Ambisi Daniel ‘Deadsquad’ dalam Alaium Records', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Daniel Mardhany, mungkin nama satu ini sudah tidak asing lagi para penikmat musik keras tanah air. Vokalis band cadas Deadsquad dan Abolish Conception ini memang memiliki kharisma tersendiri ketika sudah berdiri diatas pentas dan menyalak didepan panggung menyiarkan apa-apa saja yang ia tulis lewat iringan distorsi yang maksimal. Selain dikenal sebagai seorang vokalis, Daniel juga merupakan penggila rilisan-rilisan apapun berbau musik, dari t-shirt hingga aksesoris, dari piringan hitam sampai kaset.
Dalam beberapa akun sosial media milik Daniel, tidak jarang ia memamerkan ragam koleksinya. Meski identik dengan imej metal, Daniel juga sesekali memperlihatkan bahwa ia adalah seorang penggila musik indie rock sampai elektronik. Hanya mengoleksi rilisan-rilisan favorit, ternyata belumlah cukup memuaskan hasrat dari seorang Daniel.
Beberapa bulan belakangan ini, ranah musik lokal mulai dikejutkan dengan kehadiran Alaium Records. Sebuah label independen yang merilis kaset-kaset band tanah air ragam genre. Dibalik nama Alaium Records yang sangat produktif dalam menelurkan rilisan, tercatat sosok Daniel Mardhany yang menjalankannya.
Daniel adalah sosok yang ambisius dalam menjalankan dan mengejar mimpi-mimpinya tersebut. Apa-apa saja yang berhubungan dengan Alaium Records, ia tuturkan kepada Gigsplay dalam sebuah sesi obrolan yang santai. Brutal dan cadas diatas panggung, ternyata Daniel adalah sosok yang ramah dalam sesi wawancara.
– Hey Nil. Wawancara sedikit ya untuk Gigsplay soal Alaium Records. Pertama, lo memang dikenal sebagai salah satu kolektor rilisan fisik. Mulai dari cd, vinyl, hingga kaset. Dari beberapa format tersebut, apa yang membuat lo akhirnya membuat Alaium Records yang notabenenya adalah sebuah label yang identik dengan kaset ?
Sebelumnya, Alaium bukan label yang khusus merilis kaset doang, tapi mayoritas rilisannya memang dalam format kaset. Gue selalu pingin punya label sendiri yang bisa merilis band-band atau album-album yang gue suka. Itu dari zaman gue SMA mungkin ya angan-angannya, tapi baru terealisasi beberapa bulan yang lalu. Alasannya mungkin karena soal nyali kali ya, nyali harus lebih besar dari uang kalau buat gue pribadi sih, hahaha.
– Selain kaset, apa rencana lo untuk format lain ?
Alaium bakal rilis format cd dan vinyl juga. Tapi ga seintens skalanya kayak gw rilis format kaset. Kalau vinyl pertimbangannya dollar, gue mau jual vinyl dengan harga yang terjangkau bagi fans atau konsumen juga soalnya. Gue suka protes kalau band lokal jual vinyl harga mahal soalnya. Ngerasain juga gue jadi fans dan konsumen yang sangat aktif.
– Untuk proses kurasi bandnya, apa memang benar-benar berangkat dari selera lo pribadi ? Sejauh ini, rilisan Alaium Records memang sangat ragam genre.
Mutlak kalau itu, hyper subjektif label ini. Gue hanya akan ngerilis album dari band yang gue suka sesuai selera. Kalo bandnya bagus, penjualannya juga kira-kira cepet tapi gue ga suka pasti enggak akan gue rilis. Band “bagus” belum tentu masuk selera musik gue. Contohnya, untuk band luar kaya Artic Monkey atau Tame Impala deh, menurut gue bagus tapi gue enggak suka. Enggak ada tuh cd atau vinylnya di rak gue. Tapi ya itu, gue mengakui kalau mereka bagus.
– Juga lo membuka kesempatan untuk band-band yang masih underrated untuk mengirimkan demo agar kasetnya bisa dirilis oleh Alaium ?
Jelas. Malah itu jadi prioritas utama gue, lebih ada tantangannya dalam promo dan jualannya. Lebih ngelatih skill gue sebagai sarjana periklanan sih intinya.
– Menurut lo pribadi, apa yang membuat kaset masih cukup diminati higga saat ini ? Beberapa tahun belakangan juga banyak band yang kembali merilis kaset.
Karena vinyl kemahalan mungkin bagi mereka, hahahaha. Karena orang pada kangen romansa dari output audio kaset mungkin ya, kangen hangatnya suara analog dan desis pita mungkin ya.
– Kalau rilisan Alaium favorit lo ?
Semua yang gue rilis itu favorit. Karena gue suka, kalau enggak suka ya enggak akan gue rilis.
– Dari segi penjualan di Alaium untuk kaset-kaset tersebut, lo puas untuk saat ini ?
Lebih puas dari apa yang gue bayangkan sebelumnya sih. Enggak semua kaset gue jual sih, banyak juga yang gue barter. Kaset rilisan gw jadi kaya “mata uang” gitu buat gue dan orang-orang yang rajin bertransaksi dengan gue.
– Sekarang bicara target. Jangka waktu dekat ini, apalagi yang ingin lo garap bareng Alaium ?
Boxset berisi kaset band-band rilisan Rottrevore Recs yang sebelumnya dirilis format cdnya doang. Lebih ke semacam penghormatan gue untuk alm. Dwinanda Satrio AKA Gendatz, tanpa beliau enggak akan mungkin ada Alaium. Sosok paling inspirasional buat gue dalam menjalankan dan membangun label ini. Gue sama dia sama-sama semata wayang menjalankan label tapi dibantu secara kolektif oleh teman-teman sekitar gue.
– Kira-kira album apa dari band siapa yang betul-betul ingin lo riliskan dibawah bendera Alaium ? Seberapa spesial rilisan tersebut di mata lo ?
Jujur aja, album yang sebenernya pingin banget gue reissue tuh Centralismo dari Sore. Karena album lokal favorit gue nomor satu dan banyak kenangan personal mengenai album itu. Album yang paling sering gue dengerin dari SMA sampai gue kakek-kakek mungkin, hahaha. Banyak memori dan interpretasi akan lagu-lagu dari album yang dirilis satu dekade lalu itu.
– Dalam menjalankan bisnis baik skala kecil maupun besar, tentu tidak mungki tanpa hambatan. Sejauh ini, apa apa saja hambatan di Alaium ?
Hambatannya mungkin rasa malas dari diri gue sendiri, karena gue dasarnya memang pemalas tapi sangat amat banyak mau jadi rasa malasnya bisa ketutup dengan hasrat yang menggebu, hahaha. Hambatan lebih ke soal desain dan tetek-bengeknya seputar itu karena gue gaptek, hahaha. Tapi biasanya gue hire jasa teman atau ada sukarelawan yang bantu dengan balasan jasa produk dari Alaium ini sendiri. Maksudnya jasa layout barter dengan sejumlah kaset.
– Terakhir, seberapa serius kah lo menjalani Alaium records ini ? Atau hanya untuk kesenangan semata saja tanpa memikirkan profit ? Atau mungkin lo ada rencana jangka panjang yang cukup ingin lo realisasikan ? Semacam Alaium Fest mungkin untuk band band yang pernah digandeng alaium, hahaha.
Serius banget gue jalaninnya sih, lebih serius daripada jadi production assistant di tv swasta 4,5 tahun kemarin, hahahaha. Karena passion gue memang disini.
Untuk profit, pastinya disini gue ingin bersenang-senang dengan profit yang lumayan sih. Profit yang lebih berarti disini sebenarnya pengalaman dan networking gue, kalau uang itu sebagai takaran profit, usaha clothingan gue, Dhroned, jauh lebih besar profitnya jika dibandingkan dengan Alaium, hahaha. Padahal capeknya hampir sama.
Sedangkan gigs menurut gue itu bukan planning jangka panjang, tapi jangka pendek. Memang profit dari label sebagian gue jadiin modal bikin gigs. Oh iya, 20 Februari ini kolaborasi sama teman baik kami dari Grieve Recs bikin acara berkala yang akan selalu diadakan di Rossi Musik, namanya To Mega Therion. Bulan Mei nanti ada temen yang kerjasama juga ngurusin bikin acara murni label ilegal ini, nama acara Alaiumination di Carburator Spring.
Kedepannya Alaium juga akan bikin sub kaya publishing buku dan video channel dengan nama Alaium Network di bantu secara kolektif oleh teman-teman dari beragam daerah. Semacem Vice magazine gitulah content videonya. Enggak cuma musik, tapi membahas mengenai subkultur, sosial dan sedikit politik juga. Politik secara general nih ya definisinya, poli itu kan artinya banyak sedangkan tik itu artinya cara.