Linkin Park : FROM ZERO WORLD TOUR 2025 Baca Infonya Disini×
Connect with us

Articles

THE MANY FAILINGS OF BUGSY MOONBLOOD – MARSH KIDS

Diterbitkan

pada

Oleh

marshkids-1“Harus ada lakonnya, harus ada visualnya juga, harus ada ceritanya juga, harus ada tragedinya juga,” kata Drs F. Achmar—atau Ade Paloh lah, terserah—ketika ditanya ihwal imagery dari sebuah band. Imagery (mulai dari tampang, topi koboy, sampai press release) sangatlah melekat bagi beberapa kolektif—penting bahkan, kalau kata G. Rahmadeva, gitaris dari Marsh Kids. Secara gamblang, ini rangkuman pendapat pribadi Marsh Kids mengenai penggunaan imagery: Penting bagi band secara pribadi, namun tidak mendesak (karena, jelas, musik datang duluan), dan kalau khalayak menyukainya, ya…bagus berarti.

Idiosinkrasi Marsh Kids dari luar memang sangat tampak. Topi koboy yang keenam personil kenakan di setiap konser merupakan persembahan visual yang seperti menyerukan ‘INI KONSER MARSH KIDS YANG DIMAINKAN MARSH KIDS’. Marsh Kids dari dalam belum pernah terungkap kecuali dari beberapa aksi panggung mereka dan, tentu saja, dari album pertama kali yang diberi judul The Many Failings of Bugsy Moonblood. Alunan musik pop psikedelia yang dirilis oleh label Demajors ini merupakan output yang paling bisa melukiskan siapa itu Marsh Kids, ketimbang ilustrasi visual itu tadi. Hasilnya terdengar seperti sebuah hadiah, bukan ganjaran, bagi semua yang sudah menunggu siapa itu Marsh Kids.

Dan ada juga perihal predikat Marsh Kids sebagai supergroup, sebuah label peyoratif yang seringkali dijadikan amunisi bagi band yang personilnya kebetulan memiliki band lain. The Many Failings of Bugsy Moonblood tidak terdengar seperti Sore (seperti yang saya tulis waktu itu, kini dapat saya bilang dengan pasti) ataupun Tigapagi—album ini, ya, terdengar seperti Marsh Kids. Musiknya didominasi oleh musik psikedelia ringan dengan presisi yang menyenangkan. Dengar saja City Fire, alunan lagu catchy yang dilengkapi dengan permainan gitar yang, kalau tidak ada kata sifat lain, seru. Inclination, Molly May, Vampire’s Gun, dengan vokal dan trompet F. Achmar yang santai dan gitar dari S. Pramudita dan B. Saleh, serta permainan keyboard dari M. Fahri, semua terdengar ceria dan apik.

Dari senang sampai sedih, bait-bait lirik dalam The Many Failings of Bugsy Moonblood merupakan penemuan impresif di samping musikalitasnya. Dalam Fugly Holiday, ditengah permainan gitar minim, F. Achmar setengah berseru, “You see what’s going on / you bleed for what she’s done.” The Many Failings of Bugsy Moonblood bisa saja menjadi kumpulan tulisan-tulisan prosaik maupun puitis—hampir tidak ada lagu yang maknanya tidak dibalut dengan analogi ataupun pengaburan makna yang lain. Pelawak Sekarang Lestari Mendatang, misalnya, dengan bait terbaik yang sejauh ini saya dengar, “Segala karsanya yang berbahaya / sayang tuli setiap telinga / biar saja raganya binasa.” Dari pastoral sampai duniawi, The Many Failings of Bugsy Moonblood adalah persembahan karya tulis yang layak dibaca, diingat ataupun dimengerti.

Tidak usah menuntut yang dalam-dalam kepada Marsh Kids, apalagi kalau didasarkan oleh asumsi seperti “beda nih sama yang laen.” Dari sisi luar maupun dalam, harus diakui bahwa Marsh Kids memiliki beban untuk membuktikan sole identity mereka. Namun tentu dengan The Many Failings of Bugsy Moonblood, pendengar akan sadar bahwa ternyata, tidak ada lagi yang perlu dibuktikan.

Text : Stanley Widianto
Photo : Doc. Marsh Kids

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *