Articles
Mengenal Karakter & Permukaan Dasar Gitar di Post-rock
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
&description=Mengenal Karakter & Permukaan Dasar Gitar di Post-rock', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Ketika intensitas hujan lebih tinggi, Saya mencoba untuk melakukan sedikit survei kepada teman-teman dekat. Survei ini berhubungan tentang kecenderungan konsumsi jenis musik. Lalu muncul lah angka yang relatif lebih banyak disebut, yaitu post-rock.
Lewat survei kecil-kecilan dan sederhana tersebut, menarik Saya untuk mengenal karakter musik post-rock, khususnya pada departemen gitar. Kenapa mesti gitar? Karena Saya rasa gitar menjadi instrumen di post-rock yang sangat fundamental. Dia lebih menonjol di depan, dia lebih membawa pendengar ke berbagai suasana dan dia lebih memiliki peranan penting dalam karakter lagu.
Post-rock, sebuah term yang membantu kita mengumpulkan banyak referensi dan klasifikasi. Untuk mengenali karakter musik post-rock yang Saya miliki, rasanya mesti diperbincangkan secara langsung dengan orang yang secara praktek aktif di arena post-rock ini, juga di departemen gitar.
Simon Reynolds yang disebut-sebut sebagai orang yang mengenalkan istilah ini kepada publik pada tahun 1994 di majalah Mojo, mendasari penelusuran permukaan karakter musik ini. Ditarik klasifikasi sederhana bahwa istilah tersebut memaparkan tentang “using rock instrumentation for non-rock purpose”.
Bahkan Reynolds mengakui bahwa pemaparan istilah ini sebenarnya sudah disebarkan di Melody Maker sebelum di majalah Mojo. Meskipun banyak pihak yang menunjuk bahwa bukan hanya Reynolds lah yang pertama kali menyebutkan istilah ini, namun klasifikasi istilah post-rock dia memiliki kedekatan dengan karakter musiknya.
Lalu, bagaimana untuk mengenali karakter musik post-rock ini? Saya yakin dan diyakini oleh banyak sumber literatur dan dialog dengan beberapa praktisi, bahwa sangat banyak elemen yang membentuk karakter musik post-rock ini. Namun Saya masih tetap penasaran untuk mengambil salah satu elemennya.
Akhirnya, Saya memutuskan untuk memilih bagian dasar dan permukaannya saja, yang Saya harapkan hal ini menjadi awal dari observasi bagi Saya dan juga bagi teman-teman yang lain untuk mengenal lebih jauh dari karakter musik post-rock ini.
Saya menunjuk gitar, salah satu instrumen yang paling signifikan di arena post-rock, setidaknya menurut Saya. Apa yang mendukung gitar tersebut sehingga karakter suara yang dihasilkannya bisa masuk ke dalam klasifikasi post-rock? Harus kah Saya membatasi garis-garis besar karakter post-rock? Seperti kecenderungan instrumental, repetitive, dinamis, atmospheric, murung, panjang, dan lain-lain dan lain-lain. Saya rasa tidak.
Hal ini ‘menjewer’ Saya untuk lebih mengenal karakter dasar dan permukaan suara gitar. Lalu muncul lah pihak-pihak pendukung gitar tersebut untuk membentuk suatu karakter suara. Jika memperhatikan Texas post-rock, twang menjadi salah satu unsur yang membangunnya, jika dipaksa untuk menjelaskan secara sederhana, twang berarti bunyi yang menyerupai ‘kaleng’. Saya sadar penjelmaannya tidak harus ‘kaleng’ juga, tapi twangy ini menjadi salah satu kekuatan yang cukup mendasar. Maka tertunjuk lah Fender yang memiliki penyedia twangy sounds ini, maka tertunjuk lah karakter-karakter Texas post-rock.
Namun, dukungan pihak lain untuk gitar ini tidak sampai di sini. Distorsi yang dihasilkan oleh effect menjadi kekuatan selanjutnya, Big Muff series dari Electro Harmonix menjadi pilihan terbaik untuk ini. Sehingga terbentuk karakter ‘murung’ atau ‘depressive’ pada musik post-rock, bukan semacam ‘amarah’ yang cenderung muncul di metal. Distorsi ikut berperan untuk masalah ini.
Delay berperan penting bahkan menjadi salah satu menu istimewa dalam post-rock sound. Fitur yang penuh matematik ini membentuk beragam atmosfer dan satu kesatuan ritme yang berhubungan dengan tempo. Bagi beberapa post-rocker, delay lah yang memiliki kecenderungan membutuhkan waktu yang lama untuk mengenalnya. Karena berhubungannya juga dengan hitungan tempo, panjang atau jumlah feedback dan lain-lain dan lain-lain.
Gaung yang terbentuk dari karakter post-rock dihasilkan oleh effect reverb. Dia yang mengarahkan kita ke penyusunan sebuah ruang. Dimana suara gitar yang dicampur dengan reverb ini akhirnya membawa kita lebih mengawang. Pilihan mix antara suara gitar lebih ‘wet’ pun menjadi salah satu karakter dasar dari arena ini. Setidaknya sejauh ini seperti itu.
4 pihak tadi menjadi elemen dasar yang membentuk permukaan dasar karakter musik post-rock yang dilihat dari sudut pandang gitar. Jika berbicara tentang permainan, mungkin sebuah petikan gitar yang entah kenapa bisa dikarakteristikan memiliki kedekatan dengan post-rock. Apa istilahnya? Entah lah, yang pasti post-rock bisa terbangun juga dari arena lain, mulai dari krautrock, electronic hingga jazz. Selamat berkenalan dengan permukaan dasar gitar post-rock dan selamat berkenalan lebih dalam.