Flash News
Menikmati Single Kedua Majelis Lidah Berduri “Kabar dari Penyusup (Negara Dalam Keadaan Kuncitara)
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2024/10/Majelis-Lidah-Berduri.jpg&description=Menikmati Single Kedua Majelis Lidah Berduri “Kabar dari Penyusup (Negara Dalam Keadaan Kuncitara)', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Album terbaru Majelis Lidah Berduri, ‘Hujan Orang Mati’, tampaknya akan segera dirilis. Setelah penantian panjang, akhirnya waktunya tiba. Namun, sebelum perilisan penuh, mereka merilis single kedua dari album ini, setelah lagu “Serampang” yang dirilis tahun lalu.
Bagi pendengar yang sudah sempat menikmati beberapa lagu dari ‘Hujan Orang Mati’ melalui penampilan langsung atau sesi dengar terbatas setahun terakhir, lagu ini mungkin akan menjadi kejutan. Faktanya, lagu ini mungkin tak akan ada tanpa interaksi antara materi album tersebut dengan para pendengarnya.
Awalnya, lagu ini hanya berupa draft ketika band tersebut mampir di Surabaya, bahkan nyaris dibuang sebelum mereka melanjutkan perjalanan ke Bandung. Namun, bagi yang jeli, mungkin akan merasakan bahwa lagu ini telah lama “mengejar” mereka, seakan tak pernah menyerah untuk terwujud.
Mengapa lagu ini akhirnya harus ada? Majelis Lidah Berduri pun tidak sepenuhnya yakin. Apa yang ingin mereka sampaikan melalui lagu ini sudah pernah dicoba untuk diungkapkan sebelumnya, meskipun mungkin belum sepenuhnya tersampaikan.
Lagu ini menggambarkan “sekarang”, sebuah konsep waktu yang terasa paling sulit dipahami. “Sekarang” lebih kejam dibandingkan masa lalu yang penuh iri hati atau masa depan yang gelap dan tak menentu. Sulit membayangkan ada dunia di mana “sekarang” belum tiba atau belum menjadi tujuan utama.
Namun, apakah “sekarang” para pendengar sama dengan “sekarang” yang dimaksud band? Itu belum jelas. Bagaimana bentuk “sekarang” yang dirasakan pendengar? Apakah segalanya baik-baik saja di sana? Masih mampukah menanggung beratnya waktu kini? Bagaimana pula dengan mereka yang terusir dari “sekarang”? Bisakah “sekarang” menjadi milik bersama?
Cukup dengan pertanyaan-pertanyaan filosofis. Kini saatnya pengumuman penting.
Untuk sekitar seminggu ke depan, lagu ini hanya bisa dinikmati melalui video musik di kanal YouTube Majelis Lidah Berduri. Alasan utamanya adalah gagasan visual yang dirasa begitu pas dengan sentuhan magis dari Ari Dwianto, aktor dan kreator dari Studio Raga di Garasi Performance Institute.
Selain itu, bintang sesungguhnya dari video ini adalah Diana—seekor kuda betina berusia tiga tahun yang biasa ditemukan di sekitar Malioboro.
Diana mungkin tak sepenuhnya memahami situasi atau tujuan dari keterlibatannya dalam video tersebut, dan Majelis Lidah Berduri pun tak sepenuhnya tahu apakah ia setuju. Namun, mereka berharap kasih sayang yang diberikan padanya, serta perhatian dari para penonton, dapat tersampaikan dengan cara apa pun.
Kolaborasi antara Ari dan Diana, dibidik oleh Swandi Ranadila dan Aditya Kresna, lalu ditata dengan apik oleh Krisna E. Putranto, menghasilkan karya visual yang melampaui ekspektasi awal. Ini adalah kemenangan kecil yang ingin mereka bagikan kepada semua pendengar.
Selama minggu pertama ini, mereka berharap video musik tersebut mendapatkan perhatian khusus. Setelah seminggu, versi audio dari lagu ini akan dirilis di platform yang akan mereka tentukan kemudian.
Untuk saat ini, itulah yang bisa mereka sampaikan. Semoga dalam waktu dekat mereka bisa memberikan kabar lebih lanjut. Sampai saat itu tiba, selamat menikmati videonya dan selamat menyaksikan!