Interviews
N.I.C.K: The Sky is Too Small To Hurt Me Now!
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2014/01/NICK.jpg&description=N.I.C.K: The Sky is Too Small To Hurt Me Now!', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Ada kalanya wadah berkarya seseorang tidak mampu tertuang hanya di satu tempat, terkadang untuk mengekspresikan sebuah karya, seseorang memang perlu mencari wadah baru yang dinilai lebih tepat untuk di singgahi. Yap, mungkin seperti itulah hal yang memicu Nicko Krisna, salah seorang musisi indie yang telah cukup lama “bermain” di ranah musik indie lokal untuk terus menghasilkan ide-ide musikal baru dalam pengekspresian karyanya sendiri.
Sempat tercatat pernah bermain di band indies lawas 90-an, bersama Peanuts, kemudian sosok ini terus mengeksplorasi karyanya di beberapa proyek musikal baru. Sebutlah Joga atau Amazing in Bed yang telah menjadi tempatnya menelurkan kreatifitas selama beberapa tahun, dan kemudian Poniland yang memang hanya seumur jagung. Usai Poniland, Nicko Krisna kemudian berpikir untuk membentuk sebuah band baru yang lebih fresh dari sekian banyak pengalaman bermusiknya yang telah lalu. Dengan menggandeng beberapa personil seperti Gemmy dan Ade Kris, ia kemudian memulai sebuah wadah bermusiknya yang baru, kali ini dengan nama N.I.C.K.
Belum lama ini, N.I.C.K baru saja melepas salah satu single-nya yang berjudul “Ghost” ke publik. Melalui sistem free download, N.I.C.K mulai memperkenalkan ide bermusik barunya yang tidak lama kemudian mulai bergaung di beberapa radio swasta tanah air. Lagu yang dibuka dengan intro gitar yang catchy dan spacey, membuat karya N.I.C.K ini menjadi lebih berbeda dari karya-karya seorang Nicko Krisna sebelumnya. Selain itu, notasi vokal yang rendah dengan ditingkahi bisikan tentative dan lirik yang memperlihatkan pandangan satir pada dunia pun membuat “Ghost” lebih terasa mengawang dan bersifat depresif. Berikut adalah sekelumit wawancara saya dengan Nicko Krisna, otak dan penggerak dari proyek musik N.I.C.K ini.
Gimana sih, awalnya proyek musik N.I.C.K ini bisa kebentuk?
Awalnya sih N.I.C.K dibentuk karena gue pengen nyanyi, kan selama ini gue cuma maen gitar aja. Gue merasa di beberapa band yang pernah gue singgahi, ada beberapa lagu ciptaan gue yang soul-nya gak dapet kalo dinyanyiin orang lain. Nah, dari situlah kepikiran untuk bentuk N.I.C.K ini. Kemudian gue rekrut temen-temen kantor yang memang sebelumnya sering nge-jam bareng gue untuk nemenin di atas panggung, maupun isi part di recording. Materi lagu dan konsep aransemen 80% dari gue.
Terus untuk beberapa personil lainnya, apakah mereka berstatus personil tetap atau hanya additional?
Tetap. Gue ajak Adirama Gemmy (eks vokalis/gitaris Mentholium Minusone), Ade Kris (eks drummer Blossom Diary, Gunver, dan Hazel), sama Moys (eks synhthesizerist Mentholium Minusone dan Poniland). Terus daripada gue gonta-ganti additional bassist melulu, akhirnya ditariklah Kiki, adiknya si Gemmy, untuk jadi pemain bass tetap N.I.C.K.
Kalo bicara karakter, karakteristik genre musik N.I.C.K ini cenderung di arahkan ke arah mana?
Cult Rock. Lebih mengutamakan progresi nada. Meski repetitif, kami merasa pengulangan notasi itu lebih indah dari eksplorasi apapun dalam sebuah lagu utuh. Kemudian mengapa disebut cult? karena semua lagu N.I.C.K dari awal hingga akhir gue buat klimaks
Maksudnya dari awal sampe akhir dibuat klimaks gimana tuh?
Power setiap larik, nada, yang mencuat di pace-nya dibuat seimbang dari segi mutu. ibaratnya kalo having sex, setiap selesai ejakulasi, kita masih mempunyai tenaga yang sama untuk melanjutkan ronde selanjutnya (tertawa)
Yep. I’ll catch the point! Nah! Kalo influence lebih banyak ngambil kemana?
Hmmm, menurut lo apa? (tertawa). Gue sih gak merasa N.I.C.K terpengaruh oleh group/musisi apapun ya, cuma kalo ditanya dengerin apa, jawabannya pasti panjang
Brit Rock ala Mansun mungkin?
Beberapa ada yang bilang lagu “Ghost” ini mirip soundtrack-soundtrack film kelas B 80-an, tapi kalo memang ditarik ulur ke background gue di masa lampau nan suram tersebut, mungkin tanpa gue sadari ada keterlibatan ornamen brit rock yang masuk ke jiwa lagu-lagu si N.I.C.K ini.
Ya coba deh beberapa yang di dengerin? Beberapa aja tapi (tertawa)
Daft Punk, The Most Serene Republic, Cocteau Twins, Everything But The Girl, New Order, M83, dan masih banyak lagi. Kurang lebih playlist gue berputar-putar di sekitar group tersebut
Ok! Terus background bermusik para personil N.I.C.K yang notabene pernah main di banyak band (terlebih anda sendiri yang banyak terlibat dengan beberapa proyek musik seperti Peanuts, Joga, Amazing In Bed, dan terakhir Poniland) apakah ikut berpengaruh juga pada karakter musik N.I.C.K?
Sangat. Mereka bisa assist ke “BM”-an gue (tertawa). Isian-isian nya sesuai sama ekspektasi gue.
Jadi beberapa personil ikut membawa karakter masing-masing ke ramuannya N.I.C.K ini ya?
Ya. Mereka tau N.I.C.K ini maunya apa. Terus kebetulan roots anak-anaknya sama. Seputar A-ha, Depeche Mode, MBV, Duran-Duran & Pink Floyd. Nah, mungkin nama-nama barusan jadi beberapa grup yang memengaruhi musikalitas N.I.C.K secara tidak langsung
Kalo ngomongin lirik, tema apa sih yg mau di angkat sama N.I.C.K?
Soal orang-orang pengidap delusional disorder, terus ada juga tentang schizophrenia, anggapan Tuhan itu langit, langit itu Tuhan, hal positif yang bisa kita ambil dari substansi, tentang permasalahan lebih indah laut apa gunung yang tak kunjung selesai, plus hal-hal tidak penting lainnya, yang menurut gue penting
Pandangan teralienasikan kah?
Banget, kadang ada titik dimana gue suka, ketika diasingkan oleh sekitar
Nah! Sekarang tentang materi lagu. Sejauh ini kan yg dipublish baru “Ghost”, apakah selanjutnya N.I.C.K bakal ngeluarin free download lagi atau materinya ditabung untuk EP ato bahkan LP?
Free download lagi dong, gue orangnya royal (tertawa). Rencananya ada dua single yang akan kita sebar gratis, yang satu judulnya “Never Enough” kolaborasi N.I.C.K sama Rully Annash (The Brandals) & Yacko, sama “You’re The Most Drama Queer in The World”. Kolaborasi itu sebenarnya untuk kebutuhan jingle JUICE magazine, namun, menurut gue gak ada salahnya juga kalo kita kasih free download.
Tapi adakah rencana N.I.C.K untuk ngerilis jadi album fisik?
Iya, materinya udah jadi juga kok. Cuma tinggal nunggu duitnya, trus direkam deh. Gue merasa di N.I.C.K ini seperti anjing yang bisa buang hajat di mana-mana, enak banget! (tertawa). Gue keluarin semua kemampuan di setiap materi lagu. Gimana gak produktif, dalam dua bulan gue bisa menghasilkan 10 lagu, yang menurut gue gak perlu diutak-atik lagi, karena begitu selesai dibuat mentahnya, itu tinggal dieksekusi secara instrumen keseluruhan aja di studio, dan semua sesuai harapan gue saat menciptakan lagu-lagu tersebut. Gue buat part-part melodi yang mentah, dan dibawa dengan durasi yang sama ke dalam studio, sudah, tak ada lagi yang perlu di touch up.
Jadi apa yg mau di kerjain, kerjain aja gitu ya?
Iya. Yang mau dikerjain, kerjain aja. Begitu
Ok. Terus soal ekspektasi nih. Ekspektasi apa sih yang pengen dicapai oleh seorang Nicko Krisna bersama proyek N.I.C.K-nya kali ini?
Band ini sekarang udah jadi merek dagang gue. dan itu harus terus dieksplor, supaya mendapat impresi dari industrinya sendiri. Nah, gue butuh pasar, jadi ekspektasi gue, cari pasar musiknya N.I.C.K. Itu aja, gak lebih
Menciptakan pasar sendiri dan tidak membebek pada pasar sekarang lah ya?
Ya iyalah, musik kayak N.I.C.K gini sudah pasti 200 juta persen gak bisa main di acara TV komersil, and i’m proud of it. Gue lebih senang main di komunitas. Pasar itu sama dengan audience, gue cuma butuh audience di konser-konser yang dilakoni oleh N.I.C.K. Audience yang loyal, dan mau share loyalitasnya tersebut ke teman-temannya, sehingga musik seperti N.I.C.K ini bisa dijadikan warisan, yang setidaknya lebih benar dari musik-musik “butut” yang ada di acara musik pagi. (tertawa)
Oke deh, thanks buat waktu dan interview-nya ya, sukses buat N.I.C.K. Last word?
The sky is too small to hurt me now!
Oleh: Irfan Muhammad