Album Review
Review: Perennial – bedchamber
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2014/10/bcb.jpg&description=Review: Perennial – bedchamber', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Bedchamber adalah sebuah band. bedchamber adalah sebuah band dalam artian bahwa di dalamnya terdapat personil-personil, terdapat kerja sama dan tentu saja, terdapat karya. Menentukan siapa itu bedchamber, terutama jika mereka setuju untuk mengenalkan diri, merupakan tugas yang cukup berat, namun bisa saja dibuat santai.
Atau setidaknya itu kesan pertama yang bisa ditangkap dari EP perdana mereka yang bertajuk Perennial. Band asal Jakarta yang beranggotakan Ratta (vokal dan gitar), Abi (vokal), Smita (bas), dan Ariel (drum) memainkan lagu-lagu yang, menurut pengakuan mereka, tulus dan bebas. Bagaimana tidak: Perennial, dengan gitar, reverb, vokal kabur, adalah album yang menyenangkan dan dibumbui oleh semangat anak muda. Apolitis, santai tanpa terkesan berantakan, bedchamber adalah figur yang merepresentasikan pengalaman terjun pertama kali ke…manapun, bukan cuma musik.
Alangkah pas untuk menyadari kalau ini adalah kali pertama bedchamber berkarya. Tidak dapat dipungkiri kalau bedchamber mampu menguasai studio. Departure diawali oleh instrumentasi gitar dan pedal ringan yang kemudian lanjut ke vokal deadpan dari Ratta. Departure adalah sebuah perkenalan yang hangat; semuanya harusnya mau berteman dengan bedchamber. Single pertama Youth (dari nama saja sudah…) sesaat terdengar seperti band-band seperti Yuck, Dinosaur J, DIIV dan semacamnya. Dari sudut pendengar, terlepas dari maksud pembuatannya, Youth tidak terdengar seperti sesuatu yang baru—layaknya My Bloody Valentine bukanlah band shoegaze pertama di dunia.
Setidaknya mereka bersenang-senang, bukan? Myth, musik indie-pop dengan tempo yang memacu, merupakan lagu terbaik di EP ini. Ketidakberadaan musik ambisius atau berani layaknya hukuman-hukuman telinga (tapi yang sangat membuat kita peasaran) atau dekonstruksi+rekonstruksi kembali genre seperti the Flaming Lips bukan berarti bedchamber adalah band yang tidak serius. Justru bukan. bechamber kerap kali menggunakan pengaruh musik sebagai motor musik mereka, namun dalam Perennial, tabiat itu tidak melunturkan orisinalitas, tapi memperkenalkannya.. Terlebih lagi ini hanya EP—perdana pula. Perkenalan hangat bedchamber melalui Perennial sudah berhasil untuk, selain menghibur, membuat kita mau lagi.
Oleh : Stanley Widianto