Gig Review
Rilis Album “The Sun Has Sunset”: Pembuktian Musikalitas Munthe
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2014/12/munthe.png&description=Rilis Album “The Sun Has Sunset”: Pembuktian Musikalitas Munthe', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Memakan waktu bertahun-tahun untuk menggodok materi membuat Munthe semakin matang dalam menampilkan sisi musikalitasnya. Setelah penantian selama tiga warsa sejak 2010-2013, “The Sun Has Sunset” pun resmi dirilis. Bertempat di Vanilla Kitchen and Wine, Jalan Cimanuk 11 Bandung, Selasa malam (16/12), album berisi 10 track dan 1 hidden track tersebut diluncurkan di tengah dekorasi panggung yang khusus didesain oleh Sembilan Matahari.
Sebanyak sekitar 100 orang memadati area dan menunggu gelaran ini. Tepat pukul 8 malam, sang empunya acara langsung masuk dan menggelontorkan tiga karya pertama tanpa sapa: “Through The Sky”, “Moonshine on The Sky”, dan “Penny Land” yang merupakan lagu pertama yang ditulis Munthe pada tahun 2006.
“Sedikit mengingatkan tentang pertama kali Munthe menulis lagu di kamar dengan gitar akustik dan bikin komposisi di komputer. Setelah itu muncul karya yang sebenarnya nggak nyangka kalau lagu ini bakal dipublikasikan. Alhamdulillah dapat apresiasi positif dan jadi energi buat Munthe untuk terus berkarya,” ujarnya yang disambut tepuk tangan penonton.
Memasuki sesi kedua, giliran “Sinking” diberikan dengan aura magis yang semakin terasa lewat polesan reverb gitar Komeng Under The Big Bright Yellow Sun. Hening sejenak yang sempat menyeruak kemudian berganti ramai lewat “Cold Night Rain Play”, “Perfect Hard Love”, dan “U.G.L.Y” yang tersaji berturut-turut.
Setelah memainkan “The Sun Has Sunset”, Munthe mengajak bernostalgia tentang kali pertama bertandang ke Pulau Dewata lewat “I Love Bali”. Dalam tuturnya, saat itu meskipun dengan ongkos yang pas-pasan, ia ingin sekali menikmati keindahan Bali. Helatan rilis album ini pun kemudian ditutup apik oleh “Reverie” dengan penampilan Munthe bersama Meity Fitriani.
Berlangsung singkat selama 1,5 saja, acara rilis album “The Sun Has Sunset” ini didukung penuh oleh Sembilan Matahari melalui instalasi seni bertajuk “Constelation Neverland”. Instalasi dominan awan tersebut bahkan telah melanglang buana hingga Jepang, taiwan, dan Swiss.
Empat Tahun
Direkam di Red Studio, Masive Studio, Bilik Studio, dan Gress Studio, proses pengerjaan album dengan Indra Severus sebagai posisi produser ini memakan waktu hingga setahun. “Setelah empat tahun berkarya, baru bisa launching album sekarang. Penuh lika-likunya, misalnya bentrok dengan kuliah, tapi sekarang sih sudah beres,” kata Munthe sembari tertawa.
Cukup lamanya proses pengerjaan materi selama tiga tahun disebabkan hambatan yang salah satunya adalah perubahan konsep aransemen musik. Namun hal itu membuat Munthe justru merasa lebih baik secara musikalitas daripada sebelumnya. “Tahun 2010 itu Munthe mutusin untuk solo karir dan punya additional player berupa laptop. Terus dari situ ketemu dengan orang-orang yang sekarang bantuin Munthe,” ujarnya menambahkan.
Setelah sejak tahun 2010 single “U.G.L.Y” dikenal publik dan menyusul “Pure” yang dirilis di iTunes pada 2011, Munthe merasa ini merupakan kesempatan untuk menjadi pemicu dirinya agar terus berkarya. Apalagi kedua single tersebut kerap merajai program indie chart di beberapa radio di Kota Bandung, Yogyakarta, Bali, dan Malang. Akhirnya dengan kerja keras dan dukungan tim, sebuah bundel karya bernama “The Sun Has Sunset” pun resmi diluncurkan. Beberapa musisi turut menyemarakkan proyek tersebut, sebut saja Sani dari Jeruji, Paneu dari Nectura, Handy Hadiwikarta, dan Domex.
“Awal tahun 2015 juga rencananya bakal rilis video klip ‘Reverie’. Harapan Munthe selanjutnya ingin terus produktif,” sambung musisi peraih penghargaan The Best New Comer versi Swaragama FM Yogyakarta tersebut.
Tak hanya piawai berkisah mengenai cerita cinta dalam kehidupan manusia, Munthe pun bercerita tentang alam. Sebuah lagu dengan lirik bahasa Indonesia bertajuk “Selamatkan Alam” pernah diciptakannya dalam rangka ulang tahun Jawa Barat. Karya tersebut memuat pesan tentang Sungai Cikapundung agar warga peduli lingkungan dengan tidak membuang sampah ke sungai.
Musisi yang belajar gitar sejak kelas 5 SD ini memang gemar bermusik. Sempat bergabung dengan band semasa SMA dan bertindak sebagai bassis di berbagai pentas seni selama dua tahun, Munthe akhirnya memutuskan untuk solo karir. Ketika menginjak bangku kuliah, ia pun mencoba warna musik baru. Tak hanya memasukkan unsur elektronik, Munthe juga meramu pop, jazz, sampai pop ala 80-an. Selain berbagai kota se-Indonesia, lagunya juga pernah dirilis di Amerika Serikat, Kanada, dan Nigeria. ***
Teks dan Foto: Hanifa Paramitha Siswanti