New Albums
Shinigami Merilis ‘Break Da Line’, Album Hardcore Lintas Batas Dari Lombok

Shinigami, unit hardcore asal Lombok, Nusa Tenggara Barat, merilis album penuh bertajuk ‘Break Da Line‘. Album ini hadir bukan hanya sebagai pelampiasan musikal, melainkan sebagai pernyataan sikap yang terang-terangan menantang stagnasi arah musik hardcore saat ini, khususnya di Lombok dan secara lebih luas di Indonesia.
Di tengah kekosongan suara yang menggugah atau “membahagiakan” dari kancah hardcore lokal, Shinigami hadir sebagai suara yang berusaha menghidupkan kembali semangat kolektif dan narasi perlawanan.
Dengan formasi inti terdiri dari Tobil (vokal), Tatak (bass), Dhika (gitar), dan Ijang (drum), Shinigami menyusun sembilan nomor di album ini. Trek “S.O.S” menjadi semacam sirene pembuka, sebelum pendengar dibawa ke dalam atmosfer yang lebih intens lewat “99% Mataram Shit”, “Spit On Your Face”, “Hardway”, “Check it Out”, “Burning Sparkle”, “Shoot it Down”, “Get Thing”, dan ditutup dengan “Pesona Tangan Besi”, lagu pamungkas yang terasa seperti pernyataan akhir yang belum sepenuhnya selesai.
Dari sisi lirik, ‘Break Da Line’ memotret keresahan sehari-hari masyarakat urban, sesuatu yang dekat, tapi kerap tidak dibicarakan secara lantang. Lirik-liriknya terasa mentah dan tajam, menggunakan campuran bahasa Indonesia dan Inggris bukan hanya untuk gaya, tetapi untuk menciptakan efek rima yang lebih kuat dan mudah diterima. Ini bukan lirik yang mengajak untuk merenung sendu, melainkan menarik pendengarnya ke dalam pusaran energi yang liar dan berani.
Menariknya, dari sisi musikal, ‘Break Da Line’ justru menjauh dari pola hardcore yang kaku dan satu dimensi. Berbeda dengan EP atau single sebelumnya, album ini memberikan ruang bagi pengaruh luar yang lebih luas. Ini sejalan dengan referensi musik yang kini disukai oleh para personelnya, yang tidak lagi terbatas pada dunia Hardcore.
Namun ini tidak berarti Shinigami meninggalkan akar mereka. Mereka tetap mempertahankan semangat perlawanan, yang bagi mereka adalah inti dari hardcore itu sendiri. Dalam pandangan band ini, hardcore bukan hanya tentang riff cepat dan breakdown agresif, tetapi lebih kepada sikap.
Ketiadaan produser tunggal juga menjadi elemen penting dalam karakter album ini. Semua trek digarap secara komunal, menunjukkan bahwa kerja kolektif bukan hanya wacana, tetapi praktik nyata dalam produksi musik mereka. Pendekatan ini membuahkan karya yang terasa organik, bahkan liar dalam pengertian positif.
Eksperimen lintas disiplin juga hadir sebagai bumbu yang memberikan warna unik pada album. Kolaborasi dengan Cilokaq Gambrah yang menyumbangkan elemen musik tradisional, penyair Gilang Sakti Ramadhan yang membangkitkan semangat lewat orasi, dan beatmaker John Gennas yang menyuntikkan sentuhan elektronik di beberapa bagian, menjadikan ‘Break Da Line’ tidak terjebak dalam definisi sempit hardcore.
Shinigami tampaknya tidak berniat membuat album yang nyaman didengar. Mereka justru ingin membuat pendengar terguncang, terlempar dari zona aman, dan mungkin tersulut untuk bertindak. Album ini tidak sedang berupaya menyejukkan hati, melainkan menggedor kesadaran. Di tengah situasi musik independen yang sering berjalan dalam ritme repetitif, ‘Break Da Line’ hadir sebagai gangguan yang diperlukan.
Usai perilisan album ini, Shinigami akan menggelar tur ke enam kota di Pulau Jawa: Bandung, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Sidoarjo, dan Malang. Bagi mereka, tur bukan sekadar promosi, tetapi cara untuk membangkitkan kembali koneksi antara panggung dan komunitas. Mereka percaya bahwa untuk membesarkan industri hardcore, tidak cukup hanya dengan merilis lagu. Harus ada gerakan yang konkret, kolektif, dan terus berlangsung.
Melalui ‘Break Da Line’, Shinigami ingin menunjukkan bahwa hardcore bukanlah genre yang mati. Ia hanya tertidur. Dan mungkin, dengan album ini, mereka mencoba membangunkannya kembali: dengan teriakan, dengan amarah, dan dengan semangat kolektif yang gigih.