SIN – Santamonica
Mereka memainkan synthesizer lawas, dikelilingi proyeksi visual berlapis cahaya artifisial yang terus bergerak dan berubah. Pilihan ini bukan estetika belaka, melainkan cara mereka menyampaikan narasi tentang mitologi, feminitas, dan perlawanan yang telah lama dibungkam. Semuanya dihadirkan seolah-olah sedang menjalani sebuah ritual sunyi yang tertahan dalam waktu.
Santamonica kembali dengan sebuah karya yang kuat dan penuh simbol lewat single terbaru mereka, “SIN”. Lagu ini menggali kemarahan dan kegelisahan perempuan yang selama berabad-abad dianggap sebagai sumber dosa, sebuah narasi yang diwariskan oleh tatanan patriarki.
Ditulis oleh Anindita Saryuf, yang dikenal sebagai Sistine, dan diproduseri bersama Joseph Saryuf, “SIN” adalah bagian dari proses menuju album penuh terbaru Santamonica, ‘Wunderkammer’, lanjutan dari debut mereka ‘Curiouser and Curiouser‘.
Namun yang benar-benar menegaskan napas dan jiwa dari lagu ini adalah visual video musiknya. Santamonica menyuguhkan pengalaman visual yang sederhana secara bentuk, tapi padat secara makna. Dalam video tersebut, Sistine dan Joseph tampil dalam sebuah kotak kaca transparan, menyerupai diorama hidup.
Mereka memainkan synthesizer lawas, dikelilingi proyeksi visual berlapis cahaya artifisial yang terus bergerak dan berubah. Pilihan ini bukan sekadar estetika, melainkan cara mereka menyampaikan narasi tentang mitologi, feminitas, dan perlawanan yang telah lama dibungkam. Semuanya dihadirkan seolah-olah sedang menjalani sebuah ritual sunyi yang terjebak dalam waktu.
Video ini juga memperkuat gagasan tentang tubuh dan representasi perempuan dalam budaya populer dan sejarah. Sistine dan Joseph mengenakan busana couture dari koleksi terbaru desainer Harry Halim, dengan tambahan perhiasan dari Mahija rancangan Galuh Anindita, serta perhiasan wajah karya Rinaldy Yunardi.
Pilihan fashion yang digunakan di sini bukan hanya pelengkap visual, tetapi menjadi bagian integral dari narasi: lapis-lapis simbol yang berbicara tentang identitas, kontrol, dan ekspresi.
Lewat “SIN”, Santamonica membangun ruang visual dan sonik yang menggugah secara emosional. Video ini mengajak penonton untuk tidak hanya melihat, tetapi juga membaca kembali bagaimana tubuh, cahaya, dan bunyi bisa menyuarakan sesuatu yang lebih dalam daripada lirik itu sendiri.
Informasi lengkap mengenai single “SIN”, bisa disimak di tautan ini.