Album Review
Review Album: Dialog Dini Hari – Tentang Rumahku
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2014/06/ddh-960x600.jpg&description=Review Album: Dialog Dini Hari – Tentang Rumahku', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Kepiawaian trio Dialog Dini Hari sebagai sebuah band, tidak lain tidak bukan, adalah membangun sebuah dialog dini hari. Tentu ada sesuatu yang intim dari sebuah dialog dini hari—keberadaan teman bicara yang tidak ketiduran ataupun prahara yang masih mengantri. Dalam lagu berjudul “360 Batu” yang membuka Tentang Rumahku, album keempat band asal Pulau Dewata ini, Dialog Dini Hari mengajak pendengar untuk memasuki benak seorang yang baru saja bangun tidur—lengkap dengan gitar sambil duduk bersila. Dari segi tema dan musikalitas, Tentang Rumahku adalah sebuah jabat tangan, serumpun percakapan-percakapan hangat, tawa, pengakuan-pengakuan lepas tanpa adanya cegukan sebuah selamat tinggal.
Untuk menggambarkan tema dari Tentang Rumahku, sebuah ‘introspeksi’ mungkin akan cocok diberikan. Introspeksi pribadi Dadang, Deny maupun Zio, dibalut dengan instrumentasi yang terasa minim sekaligus menggebu, dapat disimak dalam lagu “Temui Diri”—dengan alunan bas yang lantang dan gitar apik yang memberi kesan, diukur dalam standar Dialog Dini Hari, kelengkapan. ‘Ku menua bersama waktu / tak terkira rasa menusuk’, kata Dadang, sebelum mengakui kalau pribadi mereka masih bernoda.
Ada yang sedikit berubah dari format musikalitas mereka di Tentang Rumahku. Unsur jazz dapat terdengar jelas dalam lagu “Di Balik Pintu”. Namun, lagu-lagu seperti “Tentang Rumahku” dan “Jalan Dalam Diam” masih menunjukan keringanan dan sisi melek lingkungan Dialog Dini Hari. Dadang Pranoto merupakan sosok enviromentalis yang sadar betul akan adanya masalah lingkungan—menunjukan kecintaannya pada alam sekitar. Tentang Rumahku juga menyentuh hal-hal demikian secara jelas dan tulus.
Sebagai lirikis, Dialog Dini Hari merupakan kelompok musik yang sadar akan alusi tersendiri yang dapat mengaburkan makna. Tidak sekarang, nampaknya. ‘Tuhan beri kita suara, maka bernyanyilah,’ dalam “Hiduplah Hari Ini” dinyanyikan secara sederhana, seakan-akan mengundang pendengar untuk berdiri dan bertepuk tangan.
Seperti liriknya, musik Tentang Rumahku memang terkesan lebih mudah didengar, lebih mudah dinyanyikan dan lebih mudah dinikmati. Faset terbaru ini sangatlah cocok bagi Dialog Dini Hari, walau memang Tentang Rumahku tidak dimaksudkan menjadi karya yang ambisius seperti Beranda Taman Hati. Lagu manis yang berjudul “Lagu Cinta”, duet bersama Kartika Jahja (dari Tika & the Dissidents) dengan petikan khas yang ringan, merupakan bukti dari keapikan Dialog Dini Hari yang terasa pantas (“Nada merajut rindu / di rentan waktu / terpisah jauh, merindu”).
Lagu penutup Tentang Rumahku berjudul “The Road,” dengan alunan gitar Iron & Wine dalam lagunya “Lion’s Mane,” secara konklusif menggambarkan persona Dialog Dini Hari sekarang ini: intim dan bebas. Mereka bebas untuk membuat album ini, dari kesederhanaan ini Dialog Dini Hari dapat menemukan kelengkapan—Tentang Rumahku adalah perwujudan kebebasan itu. Batasan ditemukannya nanti saja, tidak mendesak kok.