Connect with us

New Tracks

“When The Morning Sun Comes” – Sebuah Ode Untuk Pagi Dalam Bingkai Nostalgia Dari Bay Pratomo.

Profile photo ofstreamous

Diterbitkan

pada

Bay Pratomo

Bay Pratomo telah mengumumkan perilisan single terbarunya, “When The Morning Sun Comes,” yang tersedia mulai 23 Agustus 2024 di semua platform musik digital. Lagu ini menandai kembalinya Bay Pratomo ke dunia musik dengan materi yang lebih matang dan pesan yang penuh makna.

Bay Pratomo When The Morning Sun ComesSetelah lama absen, Bay Pratomo kembali dengan “When The Morning Sun Comes,” sebuah ode yang menggambarkan keindahan mencintai seseorang melalui momen-momen sederhana. Lagu ini menangkap detail-detail intim sehari-hari—wajah yang masih mengantuk, rambut yang berantakan, dan sinar matahari pagi yang menyinari wajah dari jendela kamar.

Seperti beberapa karya sebelumnya, “When The Morning Sun Comes” bernuansa R&B dan pop alternatif dengan tone gitar yang dreamy dan beat yang santai. Bagian refrainnya menggambarkan romantisme pagi hari, “When the morning sun comes / That’s the best time / I see you shining / With sun kisses,” sambil menghargai momen-momen sederhana, “Fall right back into place / Before the sunset / I just wanna wake up / Early from you / And all I can see there are flowers in you.”

Lagu ini diproduseri oleh Dharu Trihatmojo dan Joseph Aldo dari Mojomusic, dengan vokal utama Bay Pratomo, permainan gitar Joseph Aldo, bass oleh Dharu Trihatmojo, dan vokal latar ethereal dari Jonathan Marshall. Proses rekaman dan engineering dilakukan di JAS Music Studio, Alam Sutera oleh Seno Kasatrio, yang juga menangani editing dan mixing vokal. Mastering dilakukan oleh Dharu Trihatmojo di Mojo Studio, Serpong.

Gaya musik Bay Pratomo dalam lagu ini terinspirasi oleh musisi-musisi R&B/pop ternama. Sentuhan santai namun upbeat dari HYBS tercermin dalam aransemen lagu, dengan harmoni dan ritme yang kaya. Pengaruh Mac Ayres terasa dalam ritme groovy yang menonjolkan nada gitar jazzy dan progresi akord yang soulful.

Dari segi lirik, solois satu ini mengambil pendekatan introspektif ala Daniel Caesar, mengeksplorasi indera dan menggambarnya dengan apik. Kemampuan Paul Partohap dalam menyampaikan emosi mendalam melalui melodi sederhana juga tercermin dalam hook “When The Morning Sun Comes” yang mudah diingat.

Solois Bay Pratomo

Dalam urusan visual, Bay Pratomo berkolaborasi dengan Firall Ardunda dan Diwa Saparingga, dua kolega yang menurutnya mampu menerjemahkan “When The Morning Sun Comes” ke dalam bahasa grafis dengan bunga matahari sebagai simbol semiotik utama.

Dengan lirik yang sering membingkai pengalaman dan emosi personalnya, membahas cinta, persahabatan, dan kehidupan yang lebih luas, “When The Morning Sun Comes” melanjutkan eksplorasi musikal Bay Pratomo mengenai tema-tema romansa, yang juga menunjukkan pertumbuhan dan versatilitas artistiknya. Lagu ini adalah bukti bahwa kemampuan Bay Pratomo untuk menciptakan musik yang mendalam dan imersif tetap relevan.

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *