Gig Review
Bandung Dekade : Mengenang Manisnya Tempo Dulu
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2014/03/faris-1000x600.jpg&description=Bandung Dekade : Mengenang Manisnya Tempo Dulu', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Konser mega bintang legendaris tentu sangat ditunggu oleh para pecintanya, terlebih para penggemar yang masih sempat menikmati masa aktif mereka dulu. Mahana Live memberi kesempatan guna menampilkan konser dari musisi-musisi empat dekade yang tentunya punya karya gemilang di kancah musik nasional maupun internasional. Konser eksklusif yang bertajuk Bandung Dekade 2014 ini diselenggarakan pada hari Sabtu, 15 Februari 2014, di Trans Convention Center, Kawasan Terpadu Trans Studio Mall, Bandung.
Waktu menunjukan pukul tujuh malam, pertanda Ermy Kullit membuka konser ini dengan beberapa lagu yang populer pada masanya, bahkan hingga masa kini. Beliau dengan ramah menyapa penonton yang sudah duduk manis menunggu penampilannya. Lagu-lagu seperti “Kasih”, “Pasrah”, “Sesal”, “Siapa Sangka” dibawakan dengan penuh kesederhanaan, namun hinggap ke lubuk hati yang terdalam.
Selanjutnya ada Fariz RM, yang naik panggung dengan sebuah gitar. Meskipun rambut kian memutih, namun beliau tetap tampak segar. Senyum manis dan lesung pipit merupakan ciri khas perawakan Fariz. Ia membawa penonton ke era 80-an dengan sejumlah tembang, seperti “Nada Kasih”, “Hasrat dan Cinta”, “Sakura”, dan “Barcelona”, yang didaulat sebagai lagu penutup, menyebar perasaan riang.
Suasana kian hangat berkat penampil ketiga, kali ini giliran dara Bandung, yaitu Nicky Astria. Suaranya masih serak-serak basah dan melantunkan vocal dengan prima. Nicky Astria terhitung sebagai penyanyi termuda pada malam itu. Hanya tiga lagu yang dibawakannya yakni, “Cinta di Kota Tua”, “Jerit Anak Manusia”, dan “Kau”. Kendati dibatasi durasi, Nicky Astria sukses memanaskan suasana berkat penampilannya yang stabil.
Usai Nicky Astria, waktunya bernostalgia dengan band legendaris yang mempelopori musik pop dan rock n roll di Indonesia, yakni Koes Plus. Meskipun kini hanya tinggal Yon Koeswoyo, karena beberapa pekan lalu baru ditinggal oleh sang drummer Murry, Koes Plus tetap solid. Beberapa lagu hits dari jaman 60-an dilantunkan seperti “Bis Sekolah”, “Why Do You Love Me?”, “Kolam Susu”, “Andaikan Kau Datang”, “Bujangan”, “Kisah Sedih Di Hari Minggu”, “Buat Apa Susah”, “Muda-Mudi”, “Kembali Ke Jakarta”, dan “Pelangi”. Itu adalah sebagian dari kumpulan lagu-lagunya yang tetap jaya hingga kini. Lagu-lagu mereka masih banyak yang diaransemen ulang oleh sejumlah musisi muda. Terbukti, bahwa karya mereka tak lekang oleh waktu.
Setelah dibawa ke era 60 hingga 70-an oleh Koes Plus, suasana menjadi tentram berkat suara merdu Daniel Sahuleka. Rambut keriting plus gitar yang selalu menemani, merupakan hal yang tak luput dari beliau. Daniel Sahuleka khusus datang ke Indonesia untuk tampil di acara Bandung Dekade ini. Penyanyi berdarah Sunda – Ambon tersebut menetap di Belanda, tapi kecintaan akan tanah air tak penah pudar. Penggemar berteriak riuh ketika Daniel naik ke atas pentas. Lagu-lagu yang popular pada tahun 80-an dibawakannya seperti “You Make My World So Colourful” dan “Don’t Sleep Away This Night”.
Waktu sudah menunjukan pukul 10 malam, tandanya penampilan terakhir sekaligus penutup dari gelaran konser megah ini, yakni sang diva Vina Panduwinata. Walau sudah berumur, beliau tetap anggun dan elegan hingga membuat penonton tetap terkesima. Kecantikannya tak pudar dari masa ke masa. “Burung Camar”, “Aku Melangkah Lagi”, “Surat Cinta”, “Cinta”, “Biru”, “September Ceria”, “Di Dadaku Ada Kamu”, “Kumpul Bocah”, dan “Makin Cinta” merupakan lagu-lagu yang didendangkannya sebagai penampil pamungkas.
Malam itu sungguh menyisakan kerinduan akan masa lalu. Akan tetapi, para musisi legendaris tersebut membawa kembali memori itu melalui pertunjukan musik dengan lagu-lagu yang tak pernah pudar oleh waktu.
Teks: Talitha Yurdhika
Foto: Mufqi Hutomo