Connect with us

New Tracks

Bleeedrz Debut Dengan Maxi Single “Sirna/Sayangnya”, Dentuman Eksperimental Yang Menyihir Telinga

Profile photo ofigoy

Diterbitkan

pada

Bleeedrz (dibaca: belider), unit musik pop bising asal Bantul, Yogyakarta, muncul sebagai projek kolaboratif empat pendatang yang menetap di kawasan Bantul raya.

Dibentuk pertengahan 2024, kelompok ini terdiri dari R. Ristiani (vokal), R. Triwibowo (gitar), YH. Sagala (drum), dan HM. Setiawan (bass). Mereka sepakat meninggalkan karya-karya lama untuk mengeksplorasi bentuk musik baru yang jauh dari zona nyaman mereka sebelumnya.

Bleeedrz Sirna SayangnyaTerinspirasi oleh kultur eksperimental Yogyakarta yang kental, Bleeedrz berambisi menyatukan jiwa musik eksperimental dengan entitas yang dianggap berseberangan: pop.

Mereka mengolah noise rock bergaya Seek Sick Six, lalu menyulamnya dengan melodi pop Indonesia era “lagu cengeng” ala Betharia Sonata atau Nia Daniati. Hasilnya, dentuman instrumental kaotik berpadu dengan vokal melodius yang mengusung tema-tema universal: percintaan, humor, hingga satire tentang pengalaman hidup sebagai pendatang di Yogyakarta.

Lirik manis nan personal sengaja dibenturkan dengan distorsi gitar garang, ritme tak terduga, dan teknik rekaman nonkonvensional. Bagi Bleeedrz, menggugah kesadaran pendengar tak cukup hanya melalui kata-kata. Mereka ingin menyerang indra pendengaran secara fisik, meninggalkan kesan yang tertanam lama dalam ingatan. “Senjata kami adalah kebisingan yang tak mudah dilupakan,” ujar salah satu personel.

Baru-baru ini, Bleeedrz merilis maxi single perdana berjudul “Sirna/Sayangnya” di platform digital secara independen. “Sirna” bercerita tentang cinta yang memudar dan tergantikan, sementara “Sayangnya” menggambarkan kisah kasih tak sampai—tema klasik pop yang diangkat dengan sudut pandang baru. Kedua lagu ini merupakan bagian dari EP delapan trek yang rencananya dirilis secara fisik dan digital pada akhir 2025.

Bleeedrz Band

Proses kreatif Bleeedrz mengutamakan kolaborasi. Lagu-lagu tersebut ditulis oleh Ristiani dan Triwibowo, lalu diaransemen bersama seluruh anggota. YH. Sagala, yang juga bertindak sebagai sound engineer, menangani rekaman, mixing, dan mastering di Watchtower Studio. Pendekatan DIY ini memungkinkan mereka menjaga keautentikan suara tanpa intervensi pihak luar.

Dengan maksimalisme yang khas, Bleeedrz ingin menghadirkan pengalaman mendengar yang mengganggu sekaligus memikat. Mereka membuktikan bahwa pop tak harus terjebak dalam kemulusan—kadang, riuhnya kebisingan justru cara tepat untuk menyampaikan kejujuran.

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *