News
BNI Java Jazz Festival 2020: Sejuta Kejutan, Sejuta Kenangan
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2020/03/67C9CB4B-9976-4FA5-ABD7-2B35C6EB923E-1000x600.jpeg&description=BNI Java Jazz Festival 2020: Sejuta Kejutan, Sejuta Kenangan', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
BNI Java Jazz Festival 2020 baru saja dihelat pada Jum’at, Sabtu, dan Minggu lalu (28-29 Februari – 1 Maret 2020). Acara tersebut bertempat di Jiexpo Kemayoran seperti tahun-tahun sebelumnya. Dalam perhelatannya yang ke-16 tahun BNI Java Jazz Festival 2020 mengundang sejumlah artis mulai dari artis lokal sampai mancanegara.
Sebuah hal yang mengejutkan dari BNI Java Jazz Festival 2020 karena festival ini bisa mendatangkan di antara banyaknya artis mancanegara yang membatalkan kehadirannya karena wabah virus corona yang melanda Asia mulai Januari lalu.
Mulai dari nama lama seperti Phil Perry dan Tony Monaco and Friends (nama terakhir sudah bermain di Java Jazz Festival selama 15 tahun) sampai nama baru seperti The Jacksons dan Omar Apollo yang juga bermain di special show. BNI Java Jazz Festival juga berhasil membawa artis mancanegara yang sudah mempunyai basis fans yang besar di Indonesia, sebut saja Prep dan Bruno Major.
Keragaman artis yang selalu menjadi perhatian dari setiap edisi Java Jazz Festival juga diperlihatkan dalam perhelatan pada tahun 2020. Mulai dari yang memainkan jazz murni seperti Gerald Situmorang & Sri Hanuraga ft. Ify Alissa atau Indro Hardjodikoro Project; aliran fusion seperti Cory Henry and The Funky Apostles (gospel) atau Fariz RM; atau aliran yang tidak jazz sama sekali, kebanyakan penyanyi pop seperti Pamungkas, Reza Artamevia, Jaz, Marcell, dan Marion Jola.
Bahkan salah satu penyanyi bedroom pop asal Amerika Serikat, Jay Som, sampai terharu bisa bermain di BNI Java Jazz Festival 2020 dengan berkata “Kita bahkan bukan band jazz, saya juga cuma tau sedikit jazz, terima kasih sudah mengundang saya”. Selain pop juga ada yang memainkan musik cadas seperti Mateus Asato (rock), dan Brass Against, grup musik dengan format brass band yang mengcover lagu-lagu dari band rock ternama, Rage Against The Machine.
Kejutan lain juga datang dari penampilan-penampilan tak terduga. Contohnya seperti Yuni Shara, penyanyi pop yang mencoba tampil membawakan lagu-lagu jazz dengan bantuan Yuni Shara Jazz Project. Dalam penampilannya, ia juga berkolaborasi dengan musisi-musisi lain baik jazz maupun bukan seperti Glenn dan Rega Dauna, Jopie Item, dan Is Pusakata. Yuni Shara juga dibantu oleh Maurice Brown, pemain trompet peraih Grammy Awards tahun 2011. Baik Glenn dan Rega Dauna maupun Maurice Brown juga membantu Tony Monaco and friends, sebuah kolaborasi yang bahkan tidak tertulis di line up. Ada juga Ardhito Pramono yang membawakan lagu-lagunya dengan format jazz berkolaborasi dengan Ron King Horn Section.
Ron King sendiri dengan grup musik Ron King Big Band adalah salah satu andalan Java Jazz Festival dari tahun ke tahun. Juga ada pula musisi yang normalnya memainkan jazz atau fusion namun memilih untuk mengcover lagu rock dengan gaya jazz/fusion. Contohnya Fariz RM yang membawakan Another Brick in the Wall dari Pink Floyd dengan gaya fusion. Brass Against seperti yang disebutkan di atas juga merupakan sebuah kejutan karena brass band biasanya membawakan lagu-lagu jazz.
Kejutan selanjutnya adalah durasi bermain setiap penampil. Ada penampil yang tampil dua hari dalam acara ini, sebuah hal yang berbeda dari tahun ke tahun. Penampil yang tampil dua hari tersebut adalah Prep, Bruno Major, Young Gun Silver Fox, Mateus Asato, dan Brass Against. Ada juga penampil yang tampil dua hari di band yang berbeda seperti Sri Hanuraga, Barry Likumahuwa, Ardhito Pramono, dan Ron King. Bahkan seorang Fariz RM bermain tiga kali dalam band yang berbeda-beda: featuring pada penampilan MLD Jazz Project Season 4 pada hari kedua; 7 Bintang pada hari ketiga pukul 18.30; dan Fariz RM Anthology pada hari ketiga pukul 20.15. Belum lagi menyebut Maurice Brown yang acap kali diundang untuk berkolaborasi dengan musisi lain sehingga tidak bisa dilihat ia main berapa kali berdasarkan jadwal.
Kejutan terakhir adalah hujan. Hujan sempat melanda Jiexpo Kemayoran pada hari Sabtu (29/2) dan Minggu (1/3). Hujan pada hari Sabtu tidak menyurutkan semangat penampil di panggung outdoor, contohnya Andezzz, musisi electronic/dance yang melanjutkan penampilan sampai habis meski petugas panggung sudah bersiap menutup sound dengan terpal. Penonton tetap ramai mengingat Andezzz sempat terkenal medio 2007-2008 dan panggung ini merupakan panggung Java Jazz Festival kedua Andezzz setelah menunggu 7 tahun.
Namun, kondisi berbeda pada hari Minggu. Sejumlah penampil yang bermain di panggung outdoor harus batal tampil. Contohnya Balawan Batuan Ethnic Fusion dan Humania Revival. Ada juga yang harus pindah panggung. Contohnya The Steve McQueens, grup musik jazz asal Singapura. The Steve Mcqueens yang awalnya menempati Java Jazz Stage berpindah ke Teh Botol Sosro Hall. Panggung yang jauh lebih besar membuat vokalis mereka, Eugenia Yip, terkesan. “Saya senang sekali setelah terakhir tampil di sini 5 tahun lalu, akhirnya saya menempati panggung sebesar ini. Pencahayaan panggung juga sangat bagus. Saya terharu sekali” ujarnya setelah memainkan dua lagu.
Banyak hal mengejutkan yang terjadi di BNI Java Jazz Festival 2020. Meski adanya gempuran wabah corona dan cuaca ekstrim, BNI Java Jazz Festival 2020 dapat dikatakan sukses dalam perhelatannya. Tentu kejutan-kejutan yang terjadi menimbulkan kesan tersendiri baik kepada penonton maupun kepada penampil.
Teks: Aldrin Kevin
Foto: Aldrin Kevin