Connect with us

Flash News

Buku “My Altercation”, Dari Bandung Untuk Indonesia Dan Dunia

Profile photo ofdavidtarigan

Diterbitkan

pada

Buku My Altercation Prabu Pramayougha

Bagi saya pribadi, hal yang paling mencolok dari buku “My Altercation: The Bandung Melodic Punk Scene 1995–2008” karya Prabu Pramayougha adalah keberadaannya sebagai buku berbahasa Inggris yang secara khusus membahas perjalanan musik melodic punk di Bandung.

Buku My AltercationIni adalah sesuatu yang jarang ditemui—sebuah karya yang tidak hanya menceritakan tentang musik, tetapi juga menangkap suasana, dinamika, dan perkembangan skena musik lokal dalam konteks kota tertentu, dengan pendekatan yang dekat dan otentik.

Yang membuat buku ini semakin menarik adalah cara Prabu menyajikannya. Tulisannya lugas, tidak berbelit-belit, dan terasa sangat personal. Gaya bertuturnya membuat buku ini mudah diikuti, bahkan untuk pembaca seperti saya yang tidak terlalu mendalami genre melodic punk.

Narasi-narasi yang dibangun dalam buku ini begitu ekspresif dan penuh warna, hingga saya merasa ikut terseret dalam cerita-cerita yang disampaikan. Saya menemukan diri saya terdorong untuk terus membuka halaman demi halaman, penasaran dengan kisah-kisah yang mengisi setiap bab tentang perjalanan musik punk di Bandung.

Nilai lebih lainnya adalah keberhasilan Prabu menerbitkan buku ini melalui Earth Island Books, sebuah penerbit berbasis di Inggris. Fakta ini menumbuhkan optimisme bahwa sejarah dan kiprah musik populer Indonesia bisa mulai diperkenalkan ke kancah global secara lebih luas.

“My Altercation” membuka kemungkinan bahwa karya-karya sejenis—yang mendokumentasikan skena musik lokal—bisa dinikmati dan dipelajari oleh audiens internasional. Buku ini juga menantang anggapan bahwa perkembangan musik punk di Indonesia hanyalah tiruan dari luar negeri. Sebaliknya, Prabu menunjukkan bahwa ada dinamika khas dan kontribusi penting dari Indonesia dalam gerakan musik punk global.

My Altercation Melodic Punk

Melihat bagaimana buku ini mendapat tempat di luar negeri, saya merasa ada harapan bahwa akan semakin banyak penulis muda Indonesia yang terdorong untuk mengkaji, menulis, dan menerbitkan karya mereka tentang musik dan subkultur lokal.

Prabu sudah memberikan contoh konkret bagaimana sebuah cerita dari kota Bandung bisa menjangkau pembaca global. Semoga ke depan makin banyak suara-suara baru yang muncul dari berbagai daerah di Indonesia—membawa sudut pandang yang intim, jujur, dan mendalam tentang dunia musik yang mereka kenal. (David Tarigan)

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *