Seringai : SERIGALA MILITIA SELAMANYA. Lihat Informasi Eventnya×
Connect with us

Featured

Interview: Kelompok Penerbang Roket: Musik Indonesia Mempengaruhi Musik Dunia

Diterbitkan

pada

Kelompok Penerbang Roket mengancam industri musik di Indonesia. Sepertinya kalimat ini adalah gambaran yang tepat untuk mengilustrasikan apa yang telah dibuktikan dan akan terus dibuktikan KPR, singkatan nama trio pengusung musik rock ini, kepada Indonesia. Mereka mengutamakan musik rock 70-an ala Indonesia secara tersirat dan lirik yang jujur untuk menjelaskan fenomena yang terjadi di Indonesia.

Grup musik yang mengambil namanya dari lagu yang dipopulerkan Duo Kribo bertajuk ‘Mencarter Roket’ ini tidak bersusah payah untuk membentuk citra, mereka bicara lewat musik sebagai karya. Coba dengar lagu mereka berjudul ‘Mati Muda’ atau ‘Dimana Merdeka’, kalian akan mengetahui cita-cita mereka tentang musik bersubstansi alkohol, keringat, protes, dan distorsi.

Bertemu KPR di Kafe Mondo di bilangan Kemang, tanggal 12 Januari 2015, saya mendapatkan banyak sekali cerita tentang rencana dan pengalaman KPR. Mereka berbagi referensi untuk menjaga imaji Indonesia sebagai suatu peradaban budaya yang berkembang, khususnya musik. Selain itu, pentingnya sebuah harmoni dalam sebuah tim juga dibeberkan di obrolan yang berlangsung hampir satu jam. Kisah tentang album baru juga jadi sebuah subjek yang sangat menarik.

John Paul Patton (Coki) dan Igusti Vikranta (Viki) menjawab dengan cermat pertanyaan-pertanyaan saya sambil diselingi candaan. Rizma Arizky dan Kurnia Bayu Aji juga memberikan sudut pandang menarik untuk pertanyaan-pertanyaan tentang KPR. Termasuk berada di mana Rey Marshal sekarang, semuanya bisa dilihat di sini sambil menunggu teriakan KPR yang menganalogikan diri sebagai bocah.

– Apa yang dilakukan Kelompok Penerbang Roket di waktu luang?

Viki: Mabok hahaha.. Yaudahlah ya. Macam-macam sih. Coki kerja di post production, Double Deer. Gue sendiri lebih ke music engineering, mixing dan mastering, kerjaan di studio, sama main game deh.

Apa yang ngebuat KPR menjadi KPR?

Coki: Gue pribadi sih ngejalanin KPR karena kita suka main musik, manggung, keringetan, suka bikin lagu yang menurut kita keren, dan kita senang maininnya.

– Bagaimana musik yang menurut KPR keren?

Coki: Linkin Park. Hahaha.

Viki: ST12, gue ngikutin dia pake jaket kulit gini ngikutin Charlie, rambut juga nih kurang klimis aja. Hahaha. Gue pribadi sih lagu yang nyantol di orang. Orang yang gak suka musik juga bakal nyangkut. Orang yang punya selera musik bagus juga suka. Itu berarti musiknya keren.

Coki: Musik yang bisa ngasih pengaruh sih. Musik yang kalau lo dengerin itu lo jadi happy, lo jadi termotivasi, lo kayak yang ‘waaaah ini nih gue suka’. Pengaruh ke masing-masing berbeda sih, tapi lagu keren ya lagu yang bagus aja sih.

– Lagu keren yang sekarang lagi didengar apa?

Viki: Macem-macem. Kebetulan gue sama Coki lagi suka dengerin musik rock tahun 70-an. Overall sih 70-an. Kalau gue pribadi lebih suka 60s sih The Who. Pengaruh yang besar banget tuh.

Coki: Akhir-akhir ini sebenarnya kayak gak tau dengerin apa, cuma yang coba nyangkut ada.. Kontra sih sama musik KPR.. Giorgio Moroder, Wally Badarou, dan Hawkwind.

– Menurut kalian, sejarah itu apa sih?

Coki: Sejarah itu sesuatu yang berarti untuk sekarang. Sebuah pembelajaran.

Viki: Menurut gue sejarah itu evolusi. Nggak ada sejarah nggak ada sekarang.

– Seberapa penting udara untuk terbangnya roket kalian?

Viki: Udara tuh Tuhan. Musik kita penting untuk masyarakat, salah satu visi Kelompok Penerbang Roket untuk membersihkan “udara” yang kotor ini.

– Strategi roket kalian untuk ngelawan hal-hal kayak gitu?

Viki: Dengan karya musik yang kita bikin. Kita menulis lirik selalu jujur, itu peraturan nomor satu. Kita gak takut akan dicela siapapun selama tetap jujur dan bertanggung jawab. Kenyataannya begitu. Pada akhirnya, orang-orang juga sudah balik ke titik jenuh di mana kembali berpikir ke dirinya sendiri kalau dunia sudah fucked up dan kayak anjing begini. Di poin itu hal-hal yang ingin kita suarakan dari karya kita.

– Kenapa KPR vakum dari bulan Desember?

Coki: Vakum manggung kali ya. Soalnya Rey, gitaris kita, direhabilitasi.

– Kenapa album debut kalian dinamakan ‘Teriakan Bocah’?

Coki: Kalau ketemu anak kecil terus dia teriak di depan lo itu kayak ngeganggu banget, tengil banget, terus ada apa maksudnya. Itu kayak perumpaan dari KPR, apa sih musik kami? Itu yang gue pengen sampaikan ke publik. Kenapa dia teriak dan kenapa dia ganggu? Ini analogi sebagai KPR.

– Seberapa jauh persiapan album debutnya?

Viki: Sembilan puluh lima persen tepatnya! Tinggal packaging-nya.

– Kapan rencana rilis?

Viki: Secepatnya, tunggu aja.

Rizma: Konsepnya berubah dari konsep rencana pertama. Konsep awalnya adalah saat launching kita berencana memberi surprise dengan mengundang 7 gitaris yang cukup hits. Karena ada 7 lagu di album jadi setiap lagu kita pakai gitaris berbeda. Tapi karena kita memutuskan untuk cari gitaris pengganti sementara Rey sedang di rehab, konsep itu gak digunakan. Kita bikin konsep baru yang nggak kalah pecah, sekaligus untuk memperkenalkan gitaris baru. Rencana nya kita akan rilis di akhir februari atau maret mungkin.

Bayu: Ngomongin vakum tadi, kita juga nggak mau kalau gitarisnya tuh ganti.

– Seberapa besar pengaruh Rey untuk album debut?

Rizma: Album ini sudah diisi penuh si Rey, memang sudah dia yang mengisi, gitaris yang berikutnya meneruskan perjuangannya dia sampai di titik Rey bisa kembali lagi. Intinya dengan gitaris yang baru ini kita bikin kesepakatan kalau dia tetap akan terhitung personil. Dalam kurun waktu sampai Rey balik, kita ada beberapa proyek. Jadi tahun ini, ada beberapa rilisan lagi selain album pertama, akan ada album cover, mini album yang mungkin akan ada dua kali. Mau nggak mau gitaris yang baru ini akan mengisi dan statusnya pasti personil.

– Apakah penantian KPR menunggu Rey jadi motivasi untuk Rey?

Rizma: Kita sebenarnya nggak pernah punya bayangan menjalankan KPR tanpa Rey, tanpa Viki, atau tanpa Coki. Gue mikirnya kalau nggak ada salah satu dari mereka, nggak usah ada KPR.

Coki: Dari awal terbentuk, KPR ya ketiga orang ini. Satu sama lain punya pengaruh dan masing-masing punya karakter yang membangun. Kalau lihat band bertiga, salah satu personilnyanya diganti juga aneh. Kita maunya bertiga ya tetap bertiga. Tapi untuk kasus ini kita ingin memberi dukungan untuk Rey kalau KPR masih jalan.

– Apa hal yang membuat KPR punya ikatan yang sangat dekat?

Bayu: KPR tuh mau sesuatu yang beda dan unik. Gue sebagai orang terakhir masuk tim ini ngerasa setiap orang punya job description masing-masing. Kita selalu memasak konsep yang paling berbeda untuk setiap occasion.

Viki: Ini lucu banget. Awal tahun 2008, gue kenal Coki. Kemudian jalan beberapa lama, Rizma mau bikin proyek kompilasi kira-kira tahun 2011, kemudian gue ketemu Rey. Ternyata sepaham, mabokannya sama, baru awal ketemu jadi tandem mabuk banget nih. KPR dulu awalnya gue sama Rey, kerjaannya ke studio sambil mabuk terus ngeband. Sampai pada titik kita ngerasa kurang dan nggak asik berdua doang. Akhirnya Coki datang.. Sebenarnya kita berteman dari musik doang, bukan teman lama. Ketemu kita bertiga di studio dan energinya terbentuk dan kita merasa mendapatkan formulanya. Di titik itu kita ngerasa ini band-nya. Itu pun berlanjut ke proses bikin lagu. Kebanyakan secara teknis orang-orang bikin lagu dari lirik atau musik, tapi ini nggak. Coki punya kesibukan sendiri, gue juga anak rumah baru, Rey juga anak yang nongkrong banget. Kita berkomunikasi dengan masing-masing instrumen.

Coki: Basicly, hal yang menyatukan ya musik itu sendiri. Bisa dibilang tiga orang yang tidak saling mengenal dalam satu ruangan, dikasih instrumen, keluar-keluar mereka jadi sahabat.

Rizma: Awalnya pembentukan idenditas dulu. Oke kita main musik rock. Rock yang kayak apa? Awalnya ideologi ketiga orang ini berbeda-beda dan ideologinya kencang banget. Sampe akhirnya kita ketemu ramuan yang pas untuk ambil esensi musik rock Indonesia tahun 60-an dan 70-an .

Coki: Kita nggak lupa kita manusia modern dan suka dengan esensi rock 70-an yang lagi jaya. Di situ orang terhibur dengan aksi panggung. Kita juga suka itu dan main di panggung dengan senang jadi yaudah lepas aja sih.

– Satu panggung paling pecah KPR?

Viki: Cipinang. Setelah KPR jadi kita buat rencana untuk merilis single ‘Mati Muda’. Coki kemudian berpikir bahwa harus bikin yang baru. Gue gak mau cuma main di gig. Kita harus bikin sesuatu yang ada nilai beritanya. Penjara sih..

Coki: Sebenarnya kontra. Ketika band launching di luar, orang-orang penjara nggak bisa nonton. Putar balik aja, orang-orang luar nggak bisa nonton yang bisa nonton orang penjara.

Rizma: Bentuknya dokumentasi aja. Kita bikin launching dua kali, yang pertama di penjara. Secara spontan video di penjara gue jadiin film. Gue bikin beberapa pertanyaan mendadak ke para warga binaan di dalam terus kita bikin itu jadi film. Ketika jadi film, kita bikin sebuah pemutaran dokumentasi “Mati Muda di LP Cipinang”.

– Apa perasaan KPR main di sebuah Lembaga Pemasyarakatan?

Viki: Ibaratnya lo bugil, terus lo ditaruh daging sapi terus dilempar ke kandang singa. Awal masuknya kayak begitu perasaan lo. Bentuk lapasnya memang setelah lo masuk langsung lapangan gitu dan warga sana udah excited banget, udah ditunggu banget. Gue pun sampe mabuk dulu di luar karena jiper juga. Ini penjara. Priceless sih membayangkannya. Tapi, ternyata mereka sudah haus banget sama hiburan karena selama ini musik yang disuguhkan kalau nggak dangdut, keroncong, dan wayang.

Coki: Visualnya bisa dilihat di Youtube. Lihat dari awal kayak yang pada ngumpul akhirnya pada menumpuk berdiri di atas meja karena penuh. Kayak tribun orang buatan.

Viki: Energinya memantul dan memantulnya dua tiga kali lipat lagi gitu.

Rizma: Pas masuk ke dalam dan kita pulang tuh kayak kutub ketemu kutub.

Coki: Akhir dari semua itu, besoknya, pas senam pagi lagu kita dipakai. Senam pakai ‘Mati Muda’.

– Pesan untuk industri musik di Indonesia?

Viki: Berhenti cari duit dan buat karya yang jujur.

Coki: Tumbuhkan nasionalisme. Terlalu banyak budaya yang masuk, tapi kita juga harus tahu kalau Indonesia itu besar banget dan musik kita kaya banget. Kalau gue kulik musik Indonesia itu yang mempengaruhi dunia, kayak gamelan tahun 30-an.

Rizma: Jangan sampe ketika publik dunia bilang itu keren, kita baru sadar.

Bayu: Siap-siap ya sama kedatangan Kelompok Penerbang Roket. Haha. Amin.

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *