Connect with us

Music News

Koil, Kuburan, dan Doel Sumbang Hadirkan Kolaborasi Eksentrik di “Tuturut Munding”

Profile photo ofamelia

Diterbitkan

pada

Tuturut Munding

Musikus lintas generasi asal Bandung—Koil, Kuburan, dan Doel Sumbang—berkolaborasi dalam proyek unik untuk menafsirkan ulang lagu religi berbahasa Sunda, “Tuturut Munding”. Dengan pendekatan musikal yang penuh warna, karya ini tak sekadar meleburkan berbagai gaya musik, tetapi juga menjadi medium menyambut Ramadan dengan sentuhan distorsi, humor, dan kritik sosial yang tajam.

Lagu “Tuturut Munding” awalnya dirilis pada 1990-an oleh Doel Sumbang dan dengan cepat menjadi populer di kalangan masyarakat Sunda, terutama saat Ramadan. Refrain-nya kerap dinyanyikan dalam berbagai kegiatan, termasuk membangunkan warga untuk sahur. Bahkan, banyak yang menganggap lagu ini sebagai “lagu wajib” dalam parade sahur dan malam takbiran.

Koil Kuburan Doel Sumbang Tuturut MundingSecara etimologis, tuturut munding dalam bahasa Sunda berarti “mengikuti kerbau”, yang secara figuratif menggambarkan seseorang yang ikut-ikutan tanpa berpikir matang. Liriknya mengandung kritik sosial yang tajam, mengangkat fenomena individu yang mengabaikan kewajiban berpuasa.

Lagu ini sebenarnya bicara soal pembangkangan, bukan hanya dalam skala individu, tapi juga fenomena yang meluas di masyarakat. Banyak orang yang sekadar mengikuti arus tanpa memahami esensinya. Ramadan adalah bulan suci yang seharusnya diisi dengan kesadaran dan kewajiban, tapi kenyataannya ada saja yang justru melanggar. Ini yang ingin kami sindir lewat lagu ini,” ujar Doel Sumbang.

Menurutnya, tokoh dalam lagu yang tidak berpuasa disamakan dengan kerbau—hewan yang tidak memiliki kewajiban puasa. Frasa Tuturut Munding pun menjadi sindiran bagi mereka yang mengabaikan kewajiban agama. Ia juga menyoroti relevansi lagu ini dalam konteks zaman, mengutip sabda Rasulullah SAW tentang kemerosotan moral di akhir zaman. “Lagu seperti ini akan selalu relevan karena manusia cenderung mengulangi kesalahan yang sama,” tambahnya.

Dalam kolaborasi ini, setiap musisi tetap mempertahankan identitas musikalnya—Koil dengan industrial rock yang khas, Kuburan dengan sentuhan rock komedi, dan Doel Sumbang dengan nuansa pop Sunda. Perpaduan ini menghasilkan warna baru yang segar tanpa menghilangkan karakter asli masing-masing.

Bagi saya, kolaborasi ini menjadi bagian dari sejarah. Saat pertama kali mendengar hasil akhirnya, jujur saya terkejut karena di luar ekspektasi, tapi hasilnya keren! Kolaborasi yang baik memang harus bisa menciptakan sesuatu yang baru tanpa kehilangan esensi awalnya. Saya berharap lagu ini bisa diterima oleh berbagai kalangan,” ujar Doel Sumbang, yang memiliki nama asli Wachyoe Affandi.

Aransemen ulang “Tuturut Munding” dikemas dengan elemen rock/metal yang diperkaya dengan synthesizer, ritme sinkopasi khas progressive rock, serta sentuhan nuansa Timur Tengah. Hasilnya adalah komposisi yang unik dan penuh kejutan.

Pengemasan musiknya benar-benar spesial karena menggabungkan berbagai genre yang sebelumnya tidak pernah kami coba,” kata Donnyantoro, gitaris Koil.

Kolaborasi ini berawal dari diskusi panjang antara Koil dan Kuburan, yang memiliki visi serupa dalam eksplorasi musik kreatif. Lagu “Tuturut Munding” dipilih atas rekomendasi Kuburan, dan seiring proses produksi, Doel Sumbang ikut serta dalam rekaman vokal, mempertahankan karakter aslinya sambil berpadu dengan warna musik baru.

Koil dan Kuburan Band

Koil dan Kuburan Band

Kolaborasi Koil dan Kuburan sudah lama direncanakan, tapi baru benar-benar terwujud saat kami bertemu di studio sekitar November lalu. Gabungan antara citra serius Koil dan humor khas Kuburan ternyata menghasilkan sesuatu yang menarik, apalagi dengan tema Ramadan. Ini juga jadi pertama kalinya Koil menggarap lagu bertema religi. Ditambah kehadiran Doel Sumbang sebagai pencipta lagu, proyek ini terasa makin lengkap,” ungkap Leon Legoh, drummer Koil.

Sementara itu, Raka Auliantara dari Kuburan menjelaskan bahwa “Tuturut Munding” dipilih karena relevansinya dengan fenomena sosial, terutama saat Ramadan. Baginya, lagu ini menangkap realitas sehari-hari dengan humor dan kritik yang khas.

Ada banyak kenangan tentang lagu ini. Dari dulu, kami sering melihat orang-orang dengan perilaku seperti dalam liriknya. Misalnya, tidak berpuasa tapi saat buka bersama justru makan paling banyak, dan malah tidak ikut patungan. Pulangnya? Nebeng lagi! Duh, bikin gemas,” katanya.

Ia berharap lagu ini bisa menjadi pengingat untuk lebih memahami esensi Ramadan. “Dan semoga kolaborasi ini menjadi awal dari proyek-proyek seru lainnya yang bisa memberikan manfaat bagi banyak orang. Amin!” tutupnya.

Lagu “Tuturut Munding” diproduksi sepenuhnya di Bandung pada kuartal pertama 2025, dengan tahap akhir mixing dan mastering ditangani oleh Al Azthra Verdijantoro alias Azthraal.

Mulai Rabu, 26 Februari 2025, lagu ini tersedia di berbagai platform streaming seperti Spotify, YouTube Music, Apple Music, TikTok, dan Deezer. Video musiknya dapat disaksikan di kanal YouTube resmi Koil, MiTRA iBLiS, sementara video liriknya ada di KUBURAN Band Official.

Sebagai bagian dari proyek ini, berbagai versi lagu akan dirilis, termasuk remix dan karaoke. Selain itu, “Tuturut Munding” akan diperkenalkan secara langsung dalam showcase khusus di Bandung pada hari perilisannya, bertempat di YESS Coffee & Eatery, Jalan Gatot Subroto.

Acara ini juga menjadi pembuka rangkaian tur Ramadan Koil dan Kuburan ke berbagai kota di Jawa Barat.

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *