Music News
Lorjhu’; Bunyi Kontemporer Pesisir Madura Dengan Semangat Kemandirian Era Pandemi
Lorjhu’, musisi asal Sumenep, Madura resmi merilis album perdananya yang bertajuk Paseser pada Jumat, 18 Maret 2022. Melalui kerja sama dengan label rekaman demajors, album Paseser dirilis dalam format CD (compact disc) dan juga digital.
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2022/03/lorjhu-1000x600.jpg&description=Lorjhu’; Bunyi Kontemporer Pesisir Madura Dengan Semangat Kemandirian Era Pandemi', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Perusahaan rekaman demajors dengan suka cita menghadirkan album perdana dari aksi musik teranyar asal Pulau Madura, Lorjhu’ (baca: lorcuk, artinya kerang bambu). Album yang bertitelkan Paseser ini dirilis serentak dalam format digital dan compact disc pada 18 Maret 2022.
Paseser (pesisir) berisikan sembilan trek yang berporos pada dinamika penyelaman identitas seorang Badrus Zeman, sosok utama di balik entitas musik Lorjhu’.
Badrus lahir dan besar di Sumenep, daerah pesisir Pulau Madura, lalu kemudian berkiprah sebagai seorang animator yang juga pengajar di ibu kota. Kehidupan di Madura, utamanya daerah pesisir, pun hadir sebagai tema utama lagu-lagu Lorjhu’.
Musik yang dihasilkan mengekspresikan rasa pesisir Madura dengan sensibilitas kontemporer, menyelaraskan bunyi tradisi dengan indie-rock anak muda Jakarta.
Delapan dari sembilan trek yang mengisi album sempat hadir di pasaran sebagai rilisan-rilisan lepas dalam format digital. Dari mulai singel pertama yang dirilis tepat sebelum pandemi, “Nemor”, hingga yang paling banyak diputar di platform seperti “Kembang Koning”. Menariknya semua lirik ditulis dalam bahasa Madura.
“Setiap lagu menggambarkan hal-hal yang pernah saya alami saat kecil. Ada juga rasa rindu dan panggilan untuk pulang. Untuk mengungkapkan itu semua saya lebih nyaman dengan bahasa Madura,” ujar Badrus menjelaskan.
Kiprah Lorjhu’ berbarengan dengan datangnya pandemi, membuat hampir semua proses produksi dilakukan sendiri oleh Badrus di rumahnya hanya dengan menggunakan perangkat smart phone serta sedikit bantuan laptop.
Semua instrumen pun dimainkan oleh dirinya sendiri, kecuali di beberapa trek yang menampilkan permainan perkusi seorang musisi asal Sumenep, Rifan Khoridi.
“Rifan merekam perkusinya di Sumenep, kami saling kirim data rekaman. Ia mengisi di lagu ‘Nemor’ dan juga yang terbaru, ‘Can Macanan’,” jelas Badrus.
“Can Macanan” sebagai lagu teranyar menjadi singel utama yang akan menghantar perilisan album Paseser ke pasaran. Lagu yang memiliki kualitas anthemic ini berkisah tentang sebuah kesenian barongan khas Madura yang berwujud binatang macan, yang juga menjadi bagian pengalaman masa kecil Badrus.
Video musik “Can Macanan” pun digarap langsung di Sumenep oleh Badrus sendiri dengan hanya menggunakan kamera smart phone.
Album Paseser, dengan semangat kemandirian serta potensi mentahnya, diharapkan menjadi pondasi dari kiprah seru Lorjhu’ di dunia musik. Paket unik yang ditawarkannya, yang mengedepankan gagasan kelokalan Nusantara, pun tampak mulai menarik perhatian tidak hanya penggemar musik dalam negeri.
“Selama pandemi semua serba online dan mandiri, apresiasi pun jadinya terlihat lebih global, seperti ada radio online di Polandia yang memainkan lagu-lagu Lorjhu’,” jelas Badrus.
Seiring dengan masa pandemi yang semakin terasa akan usai, ke depannya Badrus ingin memperbesar kemungkinan lingkup ekspresi Lorjhu’.
“Lorjhu’ belum sempat manggung dengan proper, ingin sekali segera bisa tampil bawain lagu-lagunya dengan full band. Lorjhu’ bisa saja nantinya menjadi sebuah grup band utuh, bisa juga tetap solo dengan iringan band. Yang pasti saya akan berusaha membawa pengalaman saat di kampung dulu ke dalam paket pertunjukan Lorjhu’,” ujar Badrus dengan penuh semangat.
Rilisan album Paseser dalam bentuk compact disc dan data digital tersedia di berbagai toko rekaman serta platform streaming musik. Untuk menebalkan ekspansi lagu “Can Macanan”, demajors bekerja sama dengan Radio Republik Indonesia (RRI) yang berkomitmen memajukan musik dari jalur budaya dan hiburan dengan memutar lagunya di seluruh stasiun RRI di seluruh Indonesia.
Profil Singkat Lorjhu’
Badrus Zeman, lahir dan besar di Sumenep, Madura tepatnya 26 November 1990 di Desa Prenduan. Berkesenian dari usia sekitar 3 tahun. Dari menyukai seni menggambar dan melukis pada sekolah tingkat dasar, serta sangat menyukai film, lalu mulai menyukai seni musik saat kelas 5 SD, hingga betul-betul mempelajarinya saat Tsanawiyah di Pesantren.
Pernah membuat grup musik duo instrumental bersama salah seorang kawan di pesantren, dengan nama grup “Duo Gentong” yang mengeksplor alat gentong sebagai instrumen. Lalu membuat Band pada saat Madrasah Aliyah/SMA, bernama Sponge Rock, beranggotakan 4 orang dengan posisi Vokal dan Gitaris. Seiring waktu Formasi berubah sehingga tersisa 2 personel “Badrus Vokal Drum & Ervan Gitar” dengan merubah nama menjadi Red Lizard.
Setelah lulus SMA, Red Lizard bubar karena Badrus harus merantau ke Jakarta tahun 2009, kuliah di salah satu isntitusi seni di Jakarta, dengan jurusan film sebagai penyutradaraan animasi minat utamanya. Dari situ Badrus juga sempat membuat proyek solo dengan genre Trhash Black Etnik Metal bernama BADZEM tahun 2011, yang diambil dari nama panjangnya. EP berhasil dirilis di internet dengan berisikan 4 lagu yang 3 diantaranya berbahasa Madura. Namun kurang banyak mendapat pendengar.
Tahun 2012 sempat rilis solo musik dengan genre Glam Rock namun lagi-lagi kurang begitu banyak mendapat respon, pada tahun 2016 kembali rilis dengan proyek yang tak biasa dari sebelumnya, dengan format pop folk, Badrus merilis EP bertajuk Majang dengan hitnya berjudul “Saling Merindu” yang dirilis digital, dan rilis fisik dengan format CD yang diburn sendiri sebanyak 50 keping, dan dijual dikalangan kampus dan cukup mendapat sambutan meriah dari kawan-kawan.
Setelah itu karena merasa ada angin segar, Badrus mencoba kembali dengan karya yang berbeda, yaitu sebuah karya lagu religi yang dibuat dengan nuansa viking, dibantu kawannya Gaharaiden Soetansyah, sebagai pemain perkusi.
Pada 2019 akhir, Badrus mencoba kembali dengan format musik yang diinginkan, yakni dua unsur musik tradisi dan modern, digabungkan menjadi satu bentuk karya, dan jadilah Lorjhu’ yang rilis perdana dengan Nemor pada Februari 2020.
Sepanjang 2012 hingga saat ini, selain sebagai musisi, Badrus juga aktif di akademisi perfilman di kampusnya, sebagai pengajar film animasi pada tahun 2015 dan sebagai tenaga kerja lepas bidang film, music director dan animasi sampai saat ini.