New Tracks
Reality Club Rilis Single “Not Today”, Angkat Kisah Masa Gelap Dan Harapan
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2024/12/Reality-Club.jpg&description=Reality Club Rilis Single “Not Today”, Angkat Kisah Masa Gelap Dan Harapan', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Dalam hidup, sering kali perbedaan antara keberlangsungan dan keputusasaan hanya bergantung pada satu hal abstrak yang disebut harapan. Harapan inilah yang menjadi inti dari lagu terbaru Reality Club, “Not Today”. Lagu ini lahir dari pengalaman pribadi Era Patigo, drummer band indie rock asal Jakarta tersebut, yang berjuang melawan salah satu masa tergelap dalam hidupnya.
Era menjelaskan bahwa lagu ini ia tulis berdasarkan pengalaman pribadi saat menghadapi masa-masa kelam penuh keputusasaan.
“Lagu ini saya buat dari pengalaman sendiri, ketika saya berada di titik terendah dalam hidup, merasa depresi, dan memiliki pikiran untuk mengakhiri semuanya,” ujar Era.
Masa sulit itu terjadi pada 2021, di tengah pandemi yang mengubah dunia menjadi penuh ketidakpastian dan kekhawatiran. Era yang awalnya menganggap suasana hatinya hanya sekadar buruk, perlahan-lahan mulai dihantui oleh pikiran-pikiran gelap. Pertanyaan seperti Is it today? dan Is it tomorrow? terus berputar di kepalanya, membayangi hari-harinya.
Beruntung, Era memiliki dukungan kuat dari keluarga dan teman-temannya di Reality Club. Selain itu, ia juga mengambil langkah penting dengan meminta bantuan profesional.
Dari proses konseling ini, Era mengetahui bahwa masalah depresi dan pemikiran bunuh diri sudah mulai muncul sejak ia duduk di bangku SMP. Namun, karena tidak memahami cara menangani perasaan tersebut, masalah ini terus tumbuh hingga masa kuliah, di mana ia merasa bahwa mengakhiri hidup adalah solusi dari segala tekanan dan drama.
Seiring waktu, pemikiran tersebut terbawa ke dalam kehidupannya sebagai musisi. Setiap kali tantangan hidup muncul, Era sering merasa tidak ada jalan keluar. Namun, pada akhirnya, justru musik dan harapanlah yang menjadi penyelamat bagi dirinya.
Di tengah penggarapan album ketiga Reality Club pada 2021, Era memutuskan untuk mencurahkan perasaannya melalui lagu. Dalam kondisi penuh kesuntukan, ia mendekati piano di samping tempat tidurnya. Melodi lagu yang sudah terngiang di kepalanya mengalir begitu saja. Dalam waktu singkat, sekitar 70 persen dari struktur lagu selesai.
Era merasa bahwa proses kreatif ini menjadi bagian penting dalam perjalanan penyembuhan dirinya. Menariknya, kali ini ia tidak mengalami overthinking seperti biasanya ketika membuat lagu. Semuanya terasa alami. Namun, perjalanan ini tidak selalu berjalan mulus. Dalam satu momen, Era bahkan sempat mencoba mengakhiri hidup, tetapi percobaan itu gagal. Pengalaman tersebut membawanya kembali untuk melanjutkan proses penyembuhan dan introspeksi.
“Lagu ini menyelamatkan saya. Ini adalah lagu yang menolong penciptanya sendiri,” kenang Era.
Setelah lagu tersebut selesai, Era membagikannya kepada rekan-rekan di Reality Club: Fathia Izzati (vokal), Faiz Novascotia Saripudin (gitar dan vokal), Nugi Wicaksono (drum), dan Iqbal Anggakusumah yang saat itu masih menjadi gitaris mereka. Semua anggota band terpesona oleh lagu yang penuh kehangatan dan harapan ini. Bahkan, Faiz tak mampu menahan air matanya saat pertama kali mendengarkannya.
Sebagai karya yang sangat personal, Era merancang lagu ini seperti sebuah perjalanan filmis yang menggambarkan naik-turunnya kondisi kesehatan mentalnya.
Di bagian awal, liriknya mencerminkan keputusasaan mendalam, seolah-olah tidak ada cahaya di ujung jalan. Beberapa bait seperti we kiss the floor/ we start a fight/ there’s nothing more/ can’t see the light menggambarkan perasaan kehilangan arah yang Era rasakan. Namun, perlahan, narasi bergeser menuju tahap kesadaran. Era mulai memahami bahwa hidup adalah perjuangan yang layak dijalani, meski penuh tantangan.
Pada bagian berikutnya, perubahan pola pikir Era tergambar jelas. Ia menulis lirik oh no, I was mistaken/ This ain’t the way/ This ain’t the way, yang mencerminkan penolakannya terhadap pikiran-pikiran buruk.
Era menyadari bahwa tantangan adalah bagian indah dari kehidupan, dan ada keindahan yang tersembunyi dalam perjuangan. Pada bagian ini, Era menyampaikan harapan yang mulai tumbuh: there’s a glimmer of hope, a newfound determination to persevere through the challenge.
Di bagian akhir lagu, Era menyentuh sisi paling personal dari pengalamannya. Ia menyampaikan bahwa kehidupan bisa dilihat dari sudut pandang yang berbeda dengan menghargai hal-hal kecil yang bisa menyelamatkan seseorang. Ia menulis:
I know it’s hard you can’t understand
the little things that could save a man
You take your plans and you make them true
You’ll see your life in a different view.
Bagi Era, harapan itu hadir dalam berbagai bentuk, mulai dari bermain musik bersama teman-temannya, melanjutkan hobinya bermain baseball, hingga menikmati momen-momen kecil yang penuh kebahagiaan. Semua itu memberinya lebih banyak alasan untuk terus bertahan.
Proses produksi lagu “Not Today” dilakukan di studio Soundpole 2.0 dan Soundverve, dengan mixing oleh Wisnu Ikhsantama Wicaksana dan mastering oleh Brian Lucey di Magic Garden Mastering, Los Angeles.
Untuk memberikan nuansa lebih hangat dan megah, Reality Club menggandeng Kancatala Ensemble, sebuah kelompok paduan suara yang terdiri dari Martha Ivana, Vonny Christiani, M. Ogung J. Panggabean, dan Kristian Wirjadi. Kehadiran paduan suara ini memberikan atmosfer yang magis sekaligus simpatik pada lagu tersebut.
“Not Today” resmi dirilis pada 9 Desember, bertepatan dengan ulang tahun Era. Ia berharap lagu ini bisa menjadi teman bagi mereka yang tengah berada dalam kegelapan, bukan untuk menjadi penyelamat, tetapi sekadar menjadi pendengar yang setia.
“Lagu ini pernah menyelamatkanku, dan aku berharap bisa menjadi teman bagi mereka di luar sana. One soul at a time,” pungkasnya.