Connect with us

International

Rilis Album ‘Endless War In The Summer’, VELVET MOON Ajak Flashback Ke Era Synth-Pop

Profile photo ofamelia

Diterbitkan

pada

Velvet Moon

Band indie asal Stockholm, VELVET MOON, merilis album studio kelima bertajuk ‘Endless War In The Summer‘ pada 23 Mei 2025 melalui Argle Bargle Studios. Album ini dibuka dengan lagu andalan “This Time (It’s Forever)”, yang dijanjikan sebagai heart-throb anthem dengan nuansa synth pop gemerlap era 80-an.

Kabar ini semakin dinanti setelah tiga album pertama mereka berhasil meraih 15 juta streaming di berbagai platform dan menduduki puncak chart Viral Spotify Indonesia, sebuah indikasi kesuksesan yang mungkin akan terulang kembali.

Sejak debut, VELVET MOON telah menarik perhatian media ternama seperti CLASH dan METAL Magazine, serta tampil di panggung bergengsi The Great Escape dan Brinova Arena. Di lokasi terakhir itulah mereka merekam live EP berjudul ‘In The Moment With VELVET MOON’, yang didukung oleh NPR Music.

Musik mereka sering menjadi soundtrack untuk vlog dan iklan televisi internasional seperti Kappahl dan Bollinger di Swedia, yang semakin mengukuhkan daya tarik mereka di berbagai generasi.

Dikenal dengan lirik yang intim, VELVET MOON mengusung narasi kehidupan sehari-hari yang dipadukan dengan refleksi isu sosial dan global. Sandra Bjurman, vokalis sekaligus penulis lirik band, mengaku menuangkan pengalaman pribadi dan observasi atas realitas masyarakat ke dalam setiap karya mereka.

Kolaborasinya dengan produser Stefan Örn dan Johan Glössner menghasilkan musik yang penuh warna emosi, terinspirasi oleh musisi legendaris seperti War on Drugs, Joni Mitchell, dan Ry Cooder. Tak heran jika sound mereka kerap dibandingkan dengan Fleetwood Mac era 80-an, Chappell Roan, The Eurythmics, hingga Cannons.

VELVET MOON Band

Velvet Moon (credit : Argle Bargle Studios)

‘Endless War In The Summer’ digambarkan sebagai perpaduan cemerlang antara emosi besar, nuansa neon, dan nostalgia dansa era 80-an.

Lagu utama “This Time (It’s Forever)”, misalnya, menghadirkan dentuman drum machine yang boxy, lapisan synth yang megah, serta vokal Sandra yang berkilau, seolah membawa pendengar ke dalam “koneksi kosmik antara kepastian dan keraguan”. Album ini dianggap sebagai dream come true bagi penikmat musik sentimental yang haus akan melodi tak lekang waktu.

Proses produksi album melibatkan seluruh personel band, dengan mixing ditangani Johan Kronlund (Allan Walker, Veronica Maggio) dan mastering oleh Björn Engelmann (ABBA, Titiyo).

Dalam pernyataan resminya, trio ini menjelaskan bahwa ‘Endless War In The Summer’ merefleksikan dualitas masyarakat modern: keindahan dan kekacauan, cinta dan kekecewaan, yang hidup berdampingan.

Album ini adalah saluran keresahan generasi yang terjebak antara frustrasi dan momen nirvana yang singkat. Di intinya, kami menggali konsep cinta universal yang diyakini bisa mengatasi segalanya, tapi apakah ini kebenaran yang hakiki atau sekadar mimpi naif yang indah?” ujar mereka.

Mereka menekankan bahwa di tengah hiruk-pikuk dunia, naivitas bisa berfungsi sebagai tameng sekaligus senjata, sebuah bentuk perlindungan di tengah tuntutan untuk terus berjuang.

Ini adalah album untuk para pemimpi yang berperang, baik dengan dunia maupun diri sendiri. Ingat, ini adalah taman kalian,” tandas VELVET MOON, menyiratkan pesan filosofis yang dalam.

Dengan track record gemilang dan dukungan dari industri musik global, VELVET MOON tampaknya siap menorehkan babak baru dalam karier mereka.

Album ini tidak hanya menjadi penanda evolusi musikal, tetapi juga cermin pergulatan manusia modern yang mencari makna di tengah pusaran zaman.

Setelah peluncurannya, kita hanya perlu menunggu untuk melihat apakah ‘Endless War In The Summer’ akan menjadi mahakarya yang mengukuhkan nama mereka di peta musik indie global.

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *