Connect with us

New Albums

Sajama Cut Hadirkan “Cowabunga”, Refleksi Dua Dekade Perjalanan Musik Mereka

Profile photo ofrafasya

Diterbitkan

pada

Sajama Cut Band

Band indie rock legendaris asal Jakarta, Sajama Cut, kembali mengukir sejarah dalam perjalanan panjang kariernya. Mereka resmi mengumumkan perilisan album keenam bertajuk ‘Cowabunga’, yang dijadwalkan akan meluncur secara digital pada 11 Juli 2025.

Album ini menjadi puncak dari eksplorasi musikal Sajama Cut yang telah berlangsung selama dua dekade, sejak debut mereka dengan ‘Apologia’ (2002), diikuti oleh ‘The Osaka Journals’ (2005), ‘Manimal’ (2010), ‘Hobgoblin’ (2015), dan ‘Godsigma’ (2020).

‘Cowabunga’ dirilis setelah dua single pembuka yang lebih dulu mencuri perhatian pendengar: “Homili/Menatap Wajah Tuhan” serta “Di Masa Depan Kita Tak Lagi Bermimpi“. Album terbaru ini mempersembahkan lanskap emosi yang lebih luas, memadukan semangat reflektif dari masa lalu mereka dengan dorongan kreativitas yang terus berkembang.

Vokalis dan penulis lagu utama, Marcel Thee, menyatakan bahwa album ini merupakan langkah baru namun juga mencerminkan sejarah perjalanan mereka. “Biasanya album baru selalu tentang melangkah ke depan, tetapi untuk pertama kalinya, kami juga menarik benang dari diskografi kami sendiri. Secara emosi dan energi, ada kesinambungan yang terasa,” ujarnya.

Dengan sembilan trek yang kaya makna, ‘Cowabunga’ tetap mempertahankan ciri khas Sajama Cut: lirik-lirik berani yang mengupas potensi dan kelemahan manusia, sentuhan referensi budaya pop, ironi, serta nuansa literasi yang mendalam.

Dari sisi musikal, Sajama Cut kali ini menghadirkan ritme yang lebih hidup dan dinamis. Pola beat serta alur lagunya mengingatkan pada atmosfer post-punk-funk ala ESG, Liquid Liquid, hingga Bush Tetras, tetapi tetap mempertahankan gemuruh distorsi khas alternatif rock dan grunge yang telah lama menjadi identitas mereka.

Band Sajama Cut

Energi panggung dari era ‘Godsigma’ kini terasa lebih liar dan menyengat dalam ‘Cowabunga’, menciptakan koneksi emosional yang semakin intens dengan basis penggemar setia mereka. Dalam “Di Masa Depan Kita Tak Lagi Bermimpi”, Marcel menyanyikan bait-bait yang jujur tanpa lapisan metafora berlebihan:

Kita kepingan lawakan bagi kenyataan yang berpangku tangan / Kau menuangkan ‘Paris, Texas’, Bysshe Shelley, ‘Maborosi’ / Ku tanggalkan tubuhku / Untuk kau rekat kembali / Dengan madu dan air mata“.

Begitu pula pada lagu “Tak Kutemukan Lagi Apa Yang Dapat Dicintai Dari Dunia Ini (Mengheningkan Cinta)”, terasa kepedihan eksistensial yang mendalam:

Ku-tunduk lesu dan berharap / ruang ini menyapaku / Merayakan mewah cemerlangku / Menunggu tiupan lilinku… Neraka adalah orang lain“.

Menurut Marcel, album ini menjadi karya paling “telanjang” yang pernah mereka buat dari segi lirik. “Karena membuat tidak nyaman untuk dinyanyikan, kami tahu bahwa kami berani melangkah lebih jauh. Banyak orang yang merasakan hal serupa, dan itu menghubungkan kami dengan pendengar secara jujur,” jelasnya..

Jurnalis musik senior Hasief Ardiansyah memberikan apresiasi terhadap karya terbaru Sajama Cut. “Akhirnya, Marcel Thee dan kawan-kawan di Sajama Cut merilis album dengan formasi panggung yang telah setia menemaninya sejak 2022. Hasilnya sangat memuaskan, bahkan melebihi ekspektasi,” ujarnya.

Sebagai bagian dari kampanye kreatif album, Sajama Cut memperkenalkan konsep “Cowabunga Universe”, sebuah semesta animasi yang terdiri dari enam karakter, masing-masing mewakili era album sebelumnya.

Mulai dari “Apologia” yang melankolis, “The Osaka Journals” yang romantis, “Manimal” yang optimis, “Hobgoblin” yang liar dan dewasa, “Godsigma” yang empatik, hingga “Cowabunga” yang kini tampil dengan sikap pragmatis dalam menghadapi kenyataan hidup.

Karakter-karakter ini diperkenalkan melalui artwork single, video lirik, merchandise, dan konten media sosial, yang memperluas narasi visual yang melengkapi perjalanan musikal mereka.

Sajama Cut Album Cowabunga

Sajama Cut Album ‘Cowabunga’

Rangkaian tur mendatang pun dirancang sebagai perayaan menyeluruh atas seluruh diskografi Sajama Cut. Penonton akan diajak menyelami kembali setiap fase perjalanan band, memainkan lagu-lagu andalan hingga nomor-nomor langka dari era awal mereka, mempertemukan generasi pendengar lama dan baru dalam satu atmosfer emosional yang kuat.

Sejak kemunculannya di awal 2000-an, Sajama Cut telah dengan cepat menancapkan identitas sebagai pionir alternatif rock Indonesia yang cerdas, ekspresif, dan berani bereksperimen. Lewat karya seperti “Less Afraid“, “Fallen Japanese”, “Paintings/Pantings”, hingga “Alibi”, mereka mengukir tempat khusus di hati penggemar maupun kritikus musik.

Sajama Cut juga berkontribusi dalam soundtrack film ikonik seperti “Janji Joni” dan “JKT: SKRG”, yang memperluas pengaruh mereka di kancah budaya populer Indonesia.

Tak hanya itu, pengaruh Sajama Cut telah melahirkan generasi baru musisi yang mengagumi dan menginterpretasikan karya-karya mereka. Hal ini terlihat dalam album tribut ‘You Can Be Everyone You Want’, yang melibatkan nama-nama besar seperti Sal Priadi, Lomba Sihir, Neonomora, hingga mendiang Ade Paloh.

Kini dengan formasi yang solid, diperkuat oleh Marcel Thee (vokal, multi-instrumentalis), Arta Kurnia (bass), Aldrian Risjad (gitar, vokal latar), Dewandra Danishwara (gitar, keyboard, vokal latar), Daniel Hasudungan (synth, piano, vokal latar), Adam Rinando (drum, synth), serta dukungan vokal latar dari Tenna Handarini untuk penampilan panggung, Sajama Cut siap membuka babak baru dalam perjalanan panjang mereka.

Melalui ‘Cowabunga’, mereka kembali menunjukkan relevansi dan kekuatan mereka di tengah lanskap musik yang terus berubah.

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *