Connect with us

New Tracks

Strive The Pain Tebar Teror Dengan Maxi Single Perdana

Profile photo ofArduino

Diterbitkan

pada

Band Strive The Pain

Getaran keras kancah hardcore Surabaya kini diramaikan oleh kehadiran Strive The Pain, formasi yang langsung menancapkan taringnya sebagai kekuatan baru yang diperhitungkan.

Band ini meski tergolong baru, sama sekali bukan kumpulan pemula. Sebaliknya, Strive The Pain menghadirkan wajah-wajah yang sudah sangat akrab dan berpengalaman dalam gelora musik underground Surabaya, layaknya sebuah supergroup lokal yang dinanti-nantikan.

Anggotanya merupakan nama-nama yang sebelumnya telah mendedikasikan tenaga dan kreativitas di berbagai proyek band ternama kota ini.

Ada Felik yang dikenal dari band Educate. Lalu Dimas (bassis Us Dollar),  Isnanda ( gitaris Hold), Krisna (bassis Strike Out) dan yang terakhir, Rizal yang bermain drum untuk Crawl, mengisi bagian ritmis. Kolaborasi para veteran scene ini segera membuahkan karya nyata dengan tempo yang cepat dan penuh determinasi.

Tak butuh waktu lama bagi Strive The Pain untuk memindahkan energi panggung mereka ke dalam rekaman. Hasilnya adalah sebuah maxi single perdana yang telah beredar luas melalui berbagai Digital Streaming Platform (DSP).

Peluncuran dua lagu pertama mereka bukan sekadar perkenalan, tetapi juga sebuah pernyataan sikap yang kuat dan penuh intensitas, seperti “teror” yang disebarkan ke telinga pendengar. Dua lagu tersebut, berjudul “Falling Crown” dan “Despised“, menjadi amunisi utama mereka untuk meramaikan kancah hardcore nasional.

Band Strive The Pain

Setiap lagu membawa muatan emosi dan kritik sosial yang tajam. “Falling Crown”, sebagai lagu pembuka, menggambarkan kebencian yang kuat terhadap tipe karakter tertentu. Liriknya merujuk pada sosok yang egois, suka bicara besar, tanpa rasa empati, beracun, penjilat, dan sombong, yang dianggap sebagai pengaruh negatif bagi sekitarnya.

Di sisi lain, “Despised” mengalirkan kemarahan atas perlakuan semena-mena manusia terhadap sesamanya. Band ini menyatakan lagu ini tercipta dari perasaan hati yang “tertusuk dan terinjak”, sebuah respon kolektif terhadap ketidakadilan yang mereka saksikan atau alami.

Musikalitas Strive The Pain jelas tak lepas dari akar hardcore yang kuat. Mereka secara terbuka mengakui pengaruh besar dari era keemasan Scott Vogel, terutama melalui karya-karyanya bersama Terror pada album-album awal seperti ‘Lowest of the Low’ dan ‘One with the Underdogs’.

Nuansa keras dan agresif ala Vogel juga diambil dari proyek band Vogel lainnya, Buried Alive dan Despair. Strive The Pain juga menyisipkan elemen ketukan drum khas aliran Discharge-beat, yang menghadirkan tempo cepat dan agresif yang menjadi ciri khas hardcore punk klasik, ke dalam komposisi modern mereka. Kombinasi pengaruh ini menciptakan suara yang padat, marah, dan menghentak, sejalan dengan pesan lirik yang mereka sampaikan.

Bersamaan dengan peluncuran maxi single yang penuh amarah ini, Strive The Pain juga mengumumkan rencana agresif mereka untuk menjangkau penggemar secara langsung. Band ini telah menyusun jadwal Manifest Tur yang akan membawa mereka keliling Jawa Timur sepanjang bulan Juni 2025.

Tur ini diprediksi akan menjadi momentum penting bagi band untuk membuktikan kekuatan panggung mereka dan menyebarkan pesan dari “Falling Crown” serta “Despised” secara lebih visceral di depan penonton langsung.

Kelahiran Strive The Pain dan debut cepat mereka dengan maxi single yang penuh tenaga serta rencana tur yang ambisius menandai babak baru yang menarik bagi scene hardcore Surabaya.

Dengan modal personel berpengalaman, materi lagu yang penuh kritik sosial, dan pengaruh musikal yang solid, Strive The Pain adalah entitas yang siap menegaskan posisinya dan mungkin menjadi penggerak gelombang baru dalam kancah hardcore regional.

Mata dan telinga penggemar genre ini kini tertuju pada langkah mereka selanjutnya.

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *