Connect with us

New Tracks

The Panic Refleksikan Kehidupan Dan Kematian Di Single “SENDIRI”

Profile photo ofstreamous

Diterbitkan

pada

The Panic Band

Band asal Bandung, The Panic, kembali menghadirkan karya baru berjudul “SENDIRI”, sebuah lagu yang mengusung tema tentang kesementaraan hidup, kesendirian, dan pergulatan manusia menghadapi kematian.

Lagu ini pertama kali digarap pada 2008 oleh vokalis Akis, mengalami modifikasi pada 2014, dan disempurnakan aransemennya pada 2024 bersama gitaris Kibot. Proses panjang ini, menurut Akis, merupakan upaya untuk menemukan bentuk musikalitas yang tepat agar pesan lagu tersampaikan secara kuat.

Lagu ini seperti anak yang lahir prematur. Butuh waktu bertahun-tahun untuk mematangkan konsep, baik lirik maupun komposisi, hingga akhirnya kami merasa ini saat yang tepat untuk merilisnya,” ujar Akis.

The Panic Sendiri“SENDIRI” bercerita tentang ironi kehidupan manusia yang kerap dihadapkan pada situasi pilu saat ditinggalkan oleh orang terkasih atau menghadapi kematian.

Melalui lirik seperti “Jangan kau biarkan diriku tangisi semua, jalani sendiri hidupku tanpa kasih yang nyata”, The Panic ingin mengingatkan pendengar agar tidak menyia-nyiakan momen hidup, sekaligus menyoroti kenyataan bahwa setiap individu pada akhirnya akan berhadapan dengan kesendirian.

Kibot, yang terlibat dalam penyempurnaan aransemen, menambahkan, “Kami ingin musik tidak hanya jadi pengiring, tapi juga membangun atmosfer yang menggugah. Setiap nada dan efek suara dirancang untuk mencerminkan kegelapan sekaligus harapan.”

Secara musikal, lagu ini memadukan elemen gothic, dark pop, rock, shoegaze, ambience, dan grunge, menciptakan lapisan suara yang kompleks namun menyatu. Kolaborasi genre ini, menurut keduanya, merupakan cerminan dari dinamika emosi dalam lagu—mulai dari kesedihan, kebingungan, hingga penerimaan.

Kami tidak ingin terkotak oleh satu aliran. Gothic dan shoegaze membawa nuansa kelam, sementara grunge dan rock memberi energi yang kasar, seperti konflik batin yang dihadapi manusia,” jelas Kibot.

Lagu yang ditulis oleh Krishna Purnandi ini juga menjadi simbol transformasi The Panic sebagai band. Dibentuk pada 2001 dengan formasi awal Akis (vokal, gitar), Eko (gitar, keyboard), Agi (drum), dan Domy (bass), kini hanya tersisa Akis dan Kibot.

Perjalanan panjang ini, menurut Akis, memperkuat chemistry kreatif mereka. “Kehilangan anggota memang berat, tapi justru memaksa kami berevolusi. Kibot dan saya saling melengkapi; dia paham visi gelap yang ingin saya sampaikan,” tuturnya.

Proses rekaman “SENDIRI” dilakukan di TATTVA STUDIO’S dengan sentuhan audio engineer Yoga Patria, yang juga menangani proses mixing dan mastering. Akis memuji kolaborasi ini: “Yoga adalah mitra kreatif. Ia membantu menyeimbangkan antara kejelasan vokal dan kekuatan instrumentasi.”

The Panic Bandung

Meski terinspirasi dari band seperti Radiohead, Muse, dan Sigur Rós, The Panic yakin karya mereka memiliki identitas unik. “Kami tidak mengekor, tapi menyerap energi mereka lalu mengolahnya menjadi sesuatu yang personal,” tegas Kibot.

Pesan terbesar dari “SENDIRI”, menurut duo ini, adalah tentang harapan. “Kesendirian bukan akhir. Ia fase sementara sebelum kebahagiaan baru datang. Seperti lagu ini, yang butuh 16 tahun untuk sempurna, hidup juga perlu proses,” pungkas Akis.

Single ini tidak hanya menjadi awal proyek baru The Panic, tapi juga pengingat bahwa dalam kegelapan, selalu ada celah untuk menemukan cahaya.

Kami ingin pendengar merenung, tapi juga bangkit. Karena setelah sendiri, bisa jadi ada kebahagiaan lain yang menanti,” tutup The Panic.

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *