Music News
Thom Yorke Hentikan Konser Di Melbourne Setelah Diteriaki Pendukung Palestina
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2024/11/Thom-Yorke.jpg&description=Thom Yorke Hentikan Konser Di Melbourne Setelah Diteriaki Pendukung Palestina', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Thom Yorke, vokalis dari band Radiohead dan The Smile, terpaksa menghentikan konser solonya di Melbourne, Australia, baru-baru ini akibat interupsi dari seorang penonton yang membawa isu pro-Palestina. Insiden tersebut terekam dalam video yang kemudian viral di media sosial.
Dalam video tersebut, seorang pria terdengar meneriakkan pernyataan yang mengkritik Thom Yorke atas sikapnya yang dinilai diam terhadap konflik di Gaza. Pria tersebut juga menyebut jumlah korban tewas di Gaza akibat serangan Israel, yang menurut data dari Kementerian Kesehatan Gaza, telah mencapai lebih dari 43.000 jiwa.
Yorke, yang tampak terganggu oleh teriakan tersebut, memberikan respon langsung kepada pria tersebut. “Naik ke atas panggung dan katakan apa yang ingin kamu katakan. Jangan berdiri di situ seperti pengecut. Datanglah ke sini dan katakan,” ucap Yorke.
Menurut rekaman yang beredar, ia kemudian menambahkan, “Kamu ingin merusak malam semua orang? Baiklah, kamu berhasil. Sampai jumpa.” Setelah itu, Thom Yorke meninggalkan panggung sejenak sebelum kembali dan membawakan lagu ikonik Radiohead, “Karma Police”.
Insiden ini mengingatkan publik pada kontroversi yang pernah menimpa Yorke dan Radiohead pada tahun 2017. Saat itu, mereka menerima banyak kritik karena memutuskan tampil di Israel meskipun sedang berlangsungnya ketegangan politik di wilayah tersebut.
Di tengah tekanan dari berbagai kelompok aktivis, Thom Yorke bersikukuh pada pendiriannya dan menulis bahwa tampil di suatu negara tidak serta merta berarti mendukung pemerintah negara tersebut.
“Kami telah tampil di Israel selama lebih dari 20 tahun di bawah berbagai pemerintahan, beberapa lebih liberal daripada yang lain. Sama seperti yang kami lakukan di Amerika. Kami tidak mendukung [Perdana Menteri Israel Benjamin] Netanyahu lebih dari kami mendukung Trump, tetapi kami tetap bermain di Amerika,” tulisnya saat itu.
Bukan hanya Yorke yang berada di tengah kontroversi ini. Rekan satu bandnya, Jonny Greenwood, juga menghadapi kritik terkait hubungannya dengan musisi Israel, Dudu Tassa.
Greenwood baru-baru ini tampil bersama Tassa di Tel Aviv, dan penampilan mereka memicu protes dari gerakan pro-Palestina, Boycott, Divestment and Sanctions (BDS), yang menuduh Greenwood dan Tassa “mencuci seni untuk menutupi genosida” yang diduga dilakukan Israel terhadap warga Palestina.
Greenwood, yang menikah dengan artis Israel Sharona Katan dan merilis album kolaborasi berjudul ‘Jarak Qaribak‘ bersama Tassa tahun lalu, memberikan tanggapan diplomatis atas kritik yang dialamatkan kepadanya.
Ia menegaskan bahwa seni tidak boleh dianggap lebih penting daripada nyawa manusia, namun, baginya, tidak berbuat apa-apa juga bukan solusi. Greenwood berkomentar, “Tidak ada seni yang se-‘penting’ menghentikan semua kematian dan penderitaan di sekitar kita. Tetapi tidak melakukan apa-apa tampaknya lebih buruk. Dan membungkam artis Israel hanya karena mereka lahir sebagai orang Yahudi di Israel bukanlah cara untuk mencapai pemahaman antara kedua pihak dalam konflik yang tampaknya tak berujung ini.”
Baik Thom Yorke maupun Greenwood berada di posisi sulit dalam menghadapi kritik terhadap pilihan mereka untuk tampil di Israel, mengingat sensitivitas konflik yang berlangsung di Timur Tengah. Dalam berbagai kesempatan, keduanya berusaha menegaskan bahwa tampil di suatu negara tidak berarti mendukung tindakan pemerintah negara tersebut.
Bagi Yorke dan Greenwood, musik mereka adalah medium yang universal, yang melampaui batasan politik dan negara. Namun, dengan latar belakang konflik Israel-Palestina yang berkepanjangan dan menyentuh berbagai lapisan masyarakat global, pilihan mereka tetap menjadi sorotan dan terus memicu debat di kalangan publik.