Flash News
Unaffacted Issue: Ketika Musisi dan Seniman Visual Bertemu Dalam Format Paling Bebas

- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2025/05/Unaffacted-Issue.jpg&description=Unaffacted Issue: Ketika Musisi dan Seniman Visual Bertemu Dalam Format Paling Bebas', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Angin segar berhembus dari skena kreatif Kota Malang melalui acara bertajuk “Unaffacted Issue”, sebuah proyek kolaboratif lintas disiplin yang berlangsung dari 26 April hingga 3 Mei 2025 di Kafe Kopi 1922.
Acara ini menjadi tempat pertemuan antara musik dan seni visual, dikemas dalam format pameran dan rilisan fisik, yang mempertemukan seniman dari berbagai latar belakang untuk merespons karya musik lokal secara visual. Melalui proyek ini, para penggagas ingin menghidupkan kembali semangat independen, nilai lokal, dan kebebasan berekspresi yang semakin terpinggirkan di tengah arus tren dan tekanan industri.
Lahir dari kegelisahan kolektif tentang relevansi berkarya di era digital yang serba instan, “Unaffacted Issue” menjadi bentuk perlawanan terhadap kecenderungan berkarya demi algoritma atau pasar. “Berkarya adalah pencapaian personal, bukan sekadar ikut-ikutan,” ungkap Rezza Alam, salah satu inisiator.
Filosofi ini tercermin dalam nama “Unaffacted”, yang berarti tetap teguh berkarya meskipun tidak terpengaruh oleh industri atau tren populer. Dengan pendekatan ini, “Unaffacted Issue” bukan hanya sekadar ajang pamer karya, tetapi juga sebuah deklarasi sikap.
Dalam edisi perdana ini, sebanyak 17 musisi dan band lokal menjadi sumber inspirasi utama bagi para seniman visual yang diundang secara khusus. Para kreator yang terlibat berasal dari berbagai latar belakang seperti fotografi, desain grafis, ilustrasi, lettering, hingga street art.
Beberapa nama musisi yang karyanya dijadikan acuan antara lain Bhima Bagaskara, bassis dari Coldiac, dan Kevin, gitaris Brigade Zero Seven. Karya mereka diterjemahkan ke dalam bentuk visual melalui proses interpretasi bebas, tanpa batasan teknis maupun arahan estetika.
Unaffacted Issue – bundle rilisan fisik
Menariknya, “Unaffacted Issue” tidak menyajikan hasil kolaborasi ini dalam bentuk katalog pameran yang biasa. Sebagai alternatif, mereka menciptakan sebuah bundle rilisan fisik yang menyerupai album vinyl. Meskipun bukan piringan hitam asli, rilisan ini dirancang sebagai simbol otentik yang menandakan eksklusivitas karya.
Di dalamnya terdapat booklet yang memuat seluruh karya visual serta cerita di baliknya. Rilisan ini hanya tersedia melalui pemesanan terbatas dan ditujukan bagi para kolektor yang menghargai pendekatan kuratorial dan personal.
Tema yang diangkat dalam volume pertama adalah Inner Hue, sebuah eksplorasi visual tentang warna-warna batin yang dipengaruhi oleh ingatan, emosi, dan pengalaman subjektif para seniman. Semua karya dibiarkan tumbuh secara organik dari hubungan personal antara seniman visual dan musik yang mereka respons. Proses ini menghasilkan karya-karya yang orisinal, spontan, dan sangat personal.
Gelaran dibuka pada 26 April 2025 dengan talkshow inspiratif yang membahas kaitan antara proses kreatif, musik, dan dunia seni visual. Hadir sebagai pembicara adalah nama-nama seperti Dimas Fakhruddin (seniman lettering), Bhima (Coldiac), Kevin (Brigade Zero Seven), dan Satria Wahyu (komikus).
Unaffacted Issue – Talkshow Inspiratif
Acara kemudian dilanjutkan dengan pameran selama sepekan di ruang Kafe Kopi 1922 yang disulap menjadi galeri lintas disiplin, menampilkan karya visual yang merespons lagu-lagu dari para musisi lokal.
Untuk memperluas akses, lagu-lagu yang menginspirasi karya visual telah dikurasi dalam bentuk playlist digital yang dapat diakses oleh publik melalui QR code selama pameran berlangsung.
Setelah pameran selesai, semua karya visual juga akan dirilis secara digital melalui akun Instagram resmi mereka di @unaffacted.issue, hal ini bertujuan untuk memberikan ruang apresiasi yang lebih luas bagi masyarakat.
Proyek ini digerakkan oleh lima kreator lintas bidang: Rezza Alam sebagai direktur kreatif, Obed Sky di bagian media partnership, Izhar Priandana dan Satria Wahyu sebagai desainer grafis dan konten, serta Ajik Ro yang menggarap dokumentasi visual.
Mereka menggarap proyek ini dari nol, mulai dari ide awal, seleksi musisi, hingga proses teknis dan artistik, dengan melibatkan para seniman melalui sistem undangan. Pendekatan ini membentuk ekosistem kreatif yang organik dan saling mendukung antar pelaku seni.
Respon positif dari publik dan komunitas kreatif terhadap volume perdana membuat tim optimis untuk melanjutkan proyek ini ke edisi-edisi berikutnya. Mereka berencana untuk merilis “Unaffacted Issue” secara berkala, masing-masing dengan tema dan pendekatan yang berbeda.
Tidak menutup kemungkinan, volume selanjutnya akan diadakan di kota lain atau dengan skala yang lebih besar. Namun, semangat awal untuk menjaga nilai kolektif, kolaboratif, dan independen tetap menjadi fondasi utama. Karena selain sebagai ruang pamer, “Unaffacted Issue” adalah gerakan seni yang tumbuh dari keresahan dan keberanian untuk terus mencipta di luar arus utama.