Interviews
Venomous, The Heaviest Album From The Heaviest Band
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2014/01/BK.jpg&description=Venomous, The Heaviest Album From The Heaviest Band', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Burgerkill, band metal Ujung Berung ini telah lima belas tahun bermusik, tiga album telah ditelurkan, puluhan lirik telah menjadi karya yg menjadi inspirasi pendengarnya. Pertengahan tahun ini mereka akan merilis album studio terbaru dengan formasi dan warna yang berbeda dari sebelumnya. Simak perbincangan tim Gigsplay membahas ttg album baru yang berjudul Venomous dengan band metal kaliber berat ini saat ditemui di basecamp mereka Rabu (20/04) sore.
Materi apa yang disajikan dalam album Venomous ini?
Yang pasti Burgerkill menyajikan sesuatu yang berbeda dari album terbaru ini karena dari album ke album itu kita selalu pengen nampilin materi yang enggak pernah kita bikin sebelumnya. Apalagi dengan masuknya Vicky dan Ramdan otomatis memberi sesuatu yang jauh berbeda dari formasi yang lama.
Formasi baru memberi perubahan seperti apa?
Kerasa emang perbedaan ketika formasi baru ini terbentuk. Kita jadi memiliki musik yang lebih segar dan selain itu kita juga mencoba membuat lirik yang berbeda, aransemen yang berbeda, apapun.
Mengapa penggarapan album ini memakan waktu yang begitu lama?
Selain karena Vicky dan Ramdan yang masih baru, yang mencoba menyesuaikan diri dengan atmosfer Burgerkill, ada banyak hal yang membuat album ini memakan waktu lama. Di album ini kita bikin materi yang jauh berbeda dengan tingkat kesulitan yang juga lebih. Kesibukan atas pencapaian album sebelumnya yang alhamdulillah sukses juga menjadi salah satu faktor. Selain itu anak-anak Burgerkill juga pengen menghasilkan sesuatu yang matang, tidak buru-buru karena ini adalah karya kita seumur hidup.
Sepeninggal Ivan, siapa sih yang membuat lirik lagu di album ini?
Kita semua ikut ambil bagian dalam menciptakan lirik-lirik lagu di album ini, bahkan Vicky walaupun baru juga ikut menciptakan beberapa lagu. Dan karena kita memang menawarkan sesuatu yang baru, perlu waktu juga buat menyesuaikan apa yang masing-masing kita punya.
Lirik-liriknya bercerita tentang apa?
Karena sekarang kita mengolah sama sama jadi sekarang kita jadi lebih bisa berbicara tentang sosial, tentang apa yang kita liat dan rasain. Beda dengan dulu pas Ivan yang bikin lirik, Ivan lebih banyak bercerita tentang hidupnya dia, personalnya dia.
Pada album sebelumnya Burgerkill sukses mendistribusikan ke Australia, yang sekarang rencananya kemana aja?
Pengennya sih kemana-mana, nyampe Eropa dan Amerika hahaha… Tapi insyaallah sebulan setelah kita rilis di Indonesia, kita juga bakalan rilis di Malaysia dan Singapura. Khusus untuk Australia, kali ini kita rencananya ga cuma merilis di Australia barat doang, tapi di negara Australia secara keseluruhan. Semua masih proses lah, tapi pasti akan menuju ke sana.
Under the Scars, apa makna yang ingin disampaikan dibalik lagu ini?
Lagu tersebut bercerita tentang sistem yang tidak sepaham dengan apa yang kita jalani, tapi di sana kita masih bisa bertahan dan berjalan dengan tidak memperdulikan sistem tersebut. Kurang lebih kekecewaan kita dalam berkehidupan sosial di negara ini. Dan lagu ini dipilih menjadi single pertama karena yang paling representatif untuk menggambarkan album ini secara keseluruhan. Lagu ini juga merupakan lagu pertama yang kita bikin dan juga lagu pertama yang ditake vocal oleh Vicky.
Apakah Burgerkill juga akan mendistribusikan albumnya secara free download?
kita tidak menentang cara-cara seperti itu, tapi kita punya strategi lain yang lebih baik daripada memberikan full album untuk free download karena kita ingin orang-orang appreciate dengan karya yang telah kita bikin dengan penuh pengorbanan fisik, waktu, pikiran dan materi yang tidak sedikit. Kita berjuang keras menghasilkan karya yang berkualitas agar orang-orang puas dan bisa menghargai karya kita.
Selain album baru, BK juga membuat DVD Documentary yang penggarapannya juga terbilang lama
Kita bikin sesuatu itu karena kita passionate dengan apa yang kita kerjakan. DVD ini memang kita mulai penggarapannya pada tahun 2008. Sama seperti prinsip penggarapan album, kita pengen yang dibikin sama Burgerkill itu adalah sesuatu yang berkualitas, tidak hanya mengutamakan kuantitas. Apalagi ini adalah dvd dokumenter yang menceritakan perjalanan Burgerkill dari 1995 sampai 2010. Dan dengan durasi 1,5 jam, perjalanan 15 tahun itu harus mencakup semuanya. Nyusun cerita 15 tahun ke dalam film durasi 1,5 jam itu juga enggak mudah. DVD documentary ini sendiri bercerita tentang The Heaviest Band in Indonesia, kita bercerita tentang Burgerkill melalui visual.
Ada pengalaman menarik dlm penggarapan DVD documentary tersebut?
Dapat dibayangkan prosesnya begitu panjang dan rumit, mulai dari kita harus interview ini itu, nyari data ini itu, kepotong rekaman dan jadwal tur. Kita enggak nge-hire orang buat penggarapannya, yang ngerjain murni kita-kita. Tahun-tahun awal kita susah nyari data dokumentasi kayak video atau foto-foto. Pernah juga udah setengah perjalanan tiba-tiba data hilang semua gara-gara virus. Bahkan kita tiga kali harus ngulang dari awal gara-gara trouble kayak gitu.
Adalah sebuah rahasia umum kalo band seperti Burgerkill sering bermasalah dengan perizinan manggung di Bandung yang notabene adalah kota kalian sendiri
Buat sekarang sih kita udah ga mikirin hal itu lagi, kita ambil kesimpulan aja kalo sekarang itu adalah fase dimana kita belum bisa bermain di Bandung. Kita percaya aja kalo suatu saat bakalan bisa buat main di kota sendiri.
Tapi bukannya dalam waktu dekat Burgerkill manggung di Burningfest?
Nah itu di Cimahi, ruang lingkupnya udah di luar Bandung. Setahu kita permasalahannya itu adalah ketika bermain di dalam Bandung kota. Dan itupun sebenarnya masalahnya bukan pada perizinannya tapi pada biaya keamanan yang ditetapkan oleh mereka yang berwenang yang jumlahnya sangat besar untuk dibayar oleh EO suatu acara apabila kita bermain di Bandung. Selama ini belum ada EO yang mau ngebayar biaya keamanan yang besar itu untuk ngedatengin kita main di Bandung. Mungkin memang masih belum ada apresiasi pada anak bangsa di negara ini.
Tak bisa dipungkiri kalo perkembangan musik juga tersentralisasi di Pulau Jawa
dengan kemajuan teknologi yang ada sekarang, harusnya mereka yang di luar jawa bisa memanfaatkan teknologi tersebut, seperti internet, untuk bisa mencari bahan referensi, menghasilkan karya yang bagus dan cara publikasi mereka yang baik. Yang ada sekarang dengan berkembangnya internet, banyak orang-orang yang menjadi merealisasikan musik mereka di dunia nyata, kebanyakan mereka bergerak hanya semata di dunia maya doang.
Kasi bocoran dikit dong ke Gigsplay kapan rilis albumnya
Nanti kita akan rilis album ini pada bulan Juni dan bakalan ada 9 track plus bonus.
Bonus track?
Ya liat aja nanti. Beli aja Cdnya nanti biar tau bonusnya. Hahaha…
Teks: Aldo Fenalosa
Foto: Indira Listiarini