International
Vouga Debut Dengan “Drifting Away”, Padukan Synth-Pop/Rock Dan Elektronik Modern Ala Prancis
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2025/02/Vouga.jpg&description=Vouga Debut Dengan “Drifting Away”, Padukan Synth-Pop/Rock Dan Elektronik Modern Ala Prancis', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Dari mantan vokalis band funk rock, guru vokal jazz, hingga penggemar berat Prince — perjalanan musikal Samuel Vouga telah melintasi berbagai genre sebelum akhirnya mendarat di proyek solonya yang bernama vouga.
Musisi asal Swiss ini kini merilis single perdana berjudul “Drifting Away“. Karya ini menggabungkan elemen synth-pop/rock dengan sentuhan elektronik modern yang terinspirasi dari gaya Prancis, mengingatkan kita pada masa kejayaan label Kitsuné di tahun 1980-an.
“Sekarang, saya hanya menciptakan lagu yang ingin saya dengar sendiri, dan ternyata itu melibatkan banyak synthesizer,” tutur vouga, mengungkapkan pengaruh kuat Prince dalam kecintaannya terhadap synth. “Tapi, lingkungan sekitar juga membentuk saya. Musik dance dan elektronik yang berkembang di sekeliling saya turut memberi warna pada karya-karya ini.”
Proses kreatifnya terasa organik, tanpa beban mengejar kesempurnaan, sehingga melahirkan aransemen yang jujur dan personal.
“Drifting Away” tercipta di akhir 2020, di tengah ketidakpastian global akibat pandemi. Lagu ini lahir dari momen spontan, di mana vouga membiarkan emosi dan instingnya mengalir tanpa terlalu memikirkan hasil akhir.
“Saya tidak memaksakan struktur atau konsep. Semua terjadi begitu saja, seperti percakapan antara diri saya dengan musik,” tambahnya.
Lirik lagu ini pun menjadi metafora atas perasaan hampa yang pernah ia alami, tertuang dalam kalimat: “Drifting away on an empty shell/This is the story that we never tell/Drifting away cause it hurts like hell”. Ia menggambarkan fase di mana ia merasa terombang-ambing, kehilangan arah, namun berusaha menemukan keindahan dalam ketidakpastian.
Sebagai seorang one-man band di balik layar, vouga mengendalikan seluruh proses kreatif — dari penulisan lagu, produksi, hingga rekaman. “Saya harus melakukan semuanya sendiri agar tetap waras. Ini cara saya menyatukan setiap fragmen ide menjadi karya utuh,” ujarnya.
Kendati terkesan tertutup, ia terbuka pada kolaborasi. Sebelumnya, ia pernah bekerja sama dengan produser Prancis Marcello Giulliani dan menyumbangkan vokal untuk lagu “Love Game” milik Shakedown yang dirilis Kitsuné. Namun, untuk proyek solo ini, vouga memilih menjaga kontrol penuh sebagai bentuk ekspresi diri yang paling autentik.
Di tengah kesibukannya sebagai produser dan pencipta lagu, vouga juga menjalin kerja sama dengan MJM Publishing (Naughty Words) setelah ditemukan oleh Mojam, produser asal London. Ini menjadi batu loncatan baginya untuk memperluas jangkauan musiknya. “Risiko memang tinggi, tapi satu-satunya cara untuk tahu hasilnya adalah dengan melakukannya!” serunya antusias.
Single “Drifting Away”, yang dirilis November 2024, hanyalah awal dari rangkaian karya yang telah ia siapkan. “Saya punya banyak lagu di laci. Tugas saya sekarang adalah merilisnya dan merawatnya agar bisa menyentuh orang-orang yang membutuhkan,” tegasnya.
Latar belakang vouga yang berpindah-pindah negara — menghabiskan waktu di Swiss, Prancis, dan Inggris — turut memengaruhi identitas musikalnya. Sensibilitas Prancis terasa kental dalam melodinya yang melankolis, sementara sentuhan elektronik modern mencerminkan pengalamannya bergumul dengan budaya urban di berbagai kota.
“Saya seperti sponge yang menyerap segala hal di sekitar, lalu memerasnya kembali dalam bentuk musik,” katanya.
Bagi penggemar musik tahun 80-an, “Drifting Away” mungkin akan mengingatkan pada karya-karya Prince atau synth-pop legendaris seperti Depeche Mode, namun dengan sentuhan kontemporer yang baru.
Lagu ini dirancang untuk tidak lekang waktu, menggabungkan melodi yang mudah diingat dengan produksi berlapis yang mengajak pendengar menyelami setiap detil. Selain versi utama, rencananya vouga akan merilis versi remix dan variasi aransemen untuk menjawab tren musik yang terus berkembang, terutama di platform media sosial.
Setelah vakum dari band funk rock sebelumnya dan mendalami jazz, transformasi vouga menjadi artis solo menandai fase kedewasaan dalam kariernya.
“Saya tidak lagi ingin terkurung dalam satu kotak genre. Musik adalah bahasa universal, dan saya ingin bermain dengan semua elemennya,” paparnya.
Dengan semangat ini, vouga siap menantang batasan, membawa penikmat musiknya dalam perjalanan yang tak terduga — dari gelombang synth yang energik hingga refleksi intim tentang manusia dan kehidupannya.
Sebagai pembuka dari serangkaian proyek mendatang, “Drifting Away” merupakan sebuah pernyataan diri: Samuel Vouga telah menemukan suaranya, dan dunia perlu mendengarkannya.