Connect with us

Interviews

Interview: Aransemen Memoria Phobia di EP Perdana Akan Lebih Agresif

Diterbitkan

pada

Terbentuk pada tahun 2009, Memoria Phobia memutuskan untuk mengusung sebuah genre yang memadukan unsur-unsur dari math rock, experimental, hingga post rock. Band asal kota kembang yang beranggotakan Ruli (vokal, gitar), Egi Anggriansyah (bass), Iyank (gitar), Kukuh Kusumah Ramadhan (kibor, piano), serta Irwan Nugraha (drum) saat ini tengah menjalani proses rekaman debut EP.

Mereka membeberkan beberapa cerita terkait pengerjaannya kepada Gigsplay. Banyak penuturan dari Memoria Phobia yang cukup menarik untuk disimak. Salah satunya adalah ketika mereka sedikit keberatan apabila disebut sebagai band post rock.

Bagaimana persiapan mereka menjelang rilis EP perdana usai menyebar single “New Pollution” di tahun 2013 kemarin ? Simak cerita lengkapnya dibawah sini.

– Kenapa memilih kata Teleportasi untuk judul EP perdana kalian ?

Teleportasi tidak hanya menggambarkan dan mewakili album ini saja, tetapi juga perjalanan dari band itu sendiri. Banyak sekali perubahan positif yang menghinggapi kami dari pertama terbentuk sampai detik ini.

– Bagaimana suasana di dalam Teleportasi nantinya ?

Lengkap, variatif, dinamis dan berkarakter.

– Sejauh ini, proses pengerjaannya sudah sampai mana ?

Sudah memasuki proses mixing dan mastering.

– Untuk penggarapannya sendiri, EP Teleportasi ini memakan waktu berapa lama ? Apa ada kendala berarti yang betul-betul sempat menghambat proses kreatifnya ?

Pertama masuk studio yaitu pertengahan bulan desember tahun 2013 kemarin, berarti sudah memasuki bulan kelima, hahaha. Kendalanya sendiri adalah kendala klasik,  yakni waktu. Karena alhamdulillah semua personil selain bermusik juga bekerja. Dan kendala klasik yang kedua adalah kendala materi. Karena di EP ini kami benar-benar mandiri, melakukan segalanya sendiri, tanpa ada sokongan dana dari manapun.

– Materi-materi yang ada di dalam EP Teleportasi tidak berbeda jauh dengan “New Pollution” ?

Berbeda. Karena “New Pollution” kami tempatkan sebagai foreplay, hahaha. Sedangkan di Teleportasi, kami jauh lebih mengeksplor keseluruhan musik kami. Teleportasi jauh lebih berani dan agresif khususnya dari sisi aransemen. Dari segi persiapan pun jauh lebih matang dan dewasa.

– Banyak pendapat bahwa untuk membuat musik post-rock yang berkualitas, perlu disokong pula dengan gear, pedalboard, dan kelengkapan alat yang juga berkualitas. Pendapat kalian ? 

Kami tidak sependapat. Faktor kemauan dan pengorbanan jadi faktor penting. Memanfaatkan segala yang kita punya baik sarana dan prasarana maupun ilmu adalah kunci untuk kenikmatan bermusik. Jadi intinya jangan terbatasi.

– Oh iya, post-rock itu apa sih kalau menurut Memoria Phobia sendiri ? Kalian lebih pilih disebut memainkan post-rock atau post-metal ?

Maaf, kami kurang paham mengenai post rock, hahaha. Tanpa berniat mengkotak-kotakkan, kami akan lebih bahagia jika disebut experimental atau math rock. Tapi kami serahkan semuanya kepada pendengar.

– Di Indonesia sekarang banyak sekali band yang memainkan musik yang akarnya dari post rock atau post metal. Pendapat kalian ? Apa kalian punya rekomen 3 band bagus ?

Sangat bagus dan positif, semakin banyak varian akan semakin baik. Untuk rekomen, sorry, no comment, hahaha.

– Balik lagi ke EP Teleportasi. Sudah ada jadwal rilis resmi ?

Belum ada. Jadwal rilis resmi masih dalam pembicaraan, tapi akan kami usahakan secepatnya.

– Selain rilis EP, apakah Memoria Phobia juga sedang menyiapkan sesuatu terkait dengan band ini ? Sebuah rencana untuk menggelar launching party yang meriah mungkin ? 

Banyak sekali rencana-rencana besar yang sedang kami godok, tetapi budaya dari band ini adalah didalam menyiapkan sesuatu selalu bertarung dengan waktu. Jadi lihat saja nanti.

– Terakhir. Apa reaksi kalian kalau ternyata nanti EP Teleportasi penjualannya meledak ?

Sebenarnya ketika nanti EP ini berhasil keluar, itu sudah merupakan hal yang luar biasa bagi kami. Masalah meledak atau tidaknya, tak pernah kami pikirkan. Karena yang penting adalah berkarya.

photo: Doc. Memoria Phobia

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *