Articles
Kamu Percaya Musik Sebagai Bagian Hidup Manusia (?)
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2013/09/10200_10201779677680826_2041425024_n.jpg&description=Kamu Percaya Musik Sebagai Bagian Hidup Manusia (?)', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Musik dan manusia. Dalam kehidupan manusia, musik itu udah jadi ‘udara’ yang dihisap dan dihembuskan tanpa batas waktu. Setuju ga setuju, sekarang musik itu udah ga hanya ‘dikonsumsi’ melalui alat dengar atau telinga aja, tapi udah jadi lebih kompleks. Manusia ‘mengkonsumsi’ musik sudah memasuki arena perasaan jiwa. Dengan musik, manusia bisa punya semacam ‘obat alternatif’ sebagai obat penenang, atau musik udah dijadikan sebagai sahabat yang menemani aktivitasnya sehari-hari. Gak heran kok kalo beberapa di antara kita bisa menikmati musik lebih dari 12 jam atau bahkan 24 jam sehari. Mungkin aja.
Saya pernah baca bukunya Yeni Rachmawati yang berjudul Musik Sebagai Pembentuk Budi Pekerti, Sebuah Panduan untuk Pendidikan tahun 2005, di situ dijelasin kalo secara fisiologis, musik berhubungan dengan indera pendengaran, tapi secara psikologis musik itu berhubungan dengan berbagai fungsi psikis manusia seperti persepsi, abstraksi, mood dan berbagai fungsi psikologis lainnya. Dari sini Saya (sedikit) percaya ada beberapa penelitian mengenai fungsi dan pengaruh musik terhadap kehidupan manusia yang udah ngasih peranan penting di kehidupan masyarakat atau pun individu. Misalnya, audio healing
Saya jadi ingat apa yang diomongin Plato di The Republic, menurut dia musik sebagai bagian hidup manusia yang bisa memiliki pengaruh baik dan buruk, meningkatkan kehormatan manusia dan di sisi lain juga dapat menurunkan harkat manusia. Sedikit kebingungan dengan ungkapan itu, tapi Saya punya pendapat kalo pengaruh-pengaruh itu pasti bergantung ama jenis musik dan konteks yang ada saat orang mendengarkan musik. Misalnya dengan musik mungkin ada reaksi menjadi lebih semangat. Lebih waspada, lebih depresi atau bahkan sampai melakukan bunuh diri. Musik telah menjadi bagian dari alam semesta. Tanpa dibatasi, telinga kita mendengar miliyaran kbps bunyi-bunyian. Nah dari sini jadi inget perkataan Nietzsche di Twilight of The Idols, “Tanpa musik, kehidupan adalah kesalahan”.
Tunggu, Saya butuh teh tawar hangat untuk melanjutkan ini.
Okay, apa sebenarnya keistimewaan musik dan gimana prosesnya bisa merubah atau ya mungkin bereaksi secara apapun bentuknya terhadap manusia?
Tunggu, sepertinya Saya butuh teh tawar hangat lagi…
Gelombang suara musik yang dihantarkan ke otak kita itu berupa energi listrik, mereka berjalan melalui jaringan syaraf dan akan membangkitkan gelombang otak yang dibedakan menjadi frekuensi alpha, beta, theta, dan delta. Nah gelombang alpha ini yang membangkitkan relaksasi, di mana otak menerima banyak informasi baru.
Terus ada gelombang beta, ini hubungannya ama aktivitas mental. Kalo gelombang theta dikaitkan dengan situasi stress dan upaya kreatif, untuk gelombang delta, ini dihubungkan dengan situasi mengantuk.
Dengan adanya interaksi gelombang suara yang ditimbulkan oleh suara dari musik tadi (nada, lirik, ataupun beat), lagu itu bisa ngebentuk atau ngebuat mental seseorang menjadi lembut atau kasar. Percaya ga percaya ya, tapi Saya setuju kalo musik di sini itu berfungsi sebagai stimulus yang diterima telinga terus dilanjutinn ke otak. Di otak, stimulus ini kemudian dikenali dan dipilah-pilah untuk dilanjutkan ke bagian lain sesuai dengan tafsiran otak terhadap musik tersebut.
Nah, kalo musik tadi punya kompleksitas yang tinggi, maka dia akan merangsang otak kiri. Ini sama halnya dengan stimuli jenis musik lain, dia bakalan merangsang otak untuk merubah emosi, dan kalo dilakukan secara rutin dan terus menerus, ini bisa ngebentuk mentalitas tertentu sebagaimana pesan dan atmosfer yang tersirat di musik tersebut.
Okay, entah berkat teh tawar hangat atau berkat buku-buku yang Saya baca, setidaknya Saya bisa mengerti bagaimana proses musik sebagai gelombang suara dengan berbagai frekuensi bisa merubah perasaan, rasa, dan perubahan psikis lainnya, juga bisa bereaksi secara fisik menjadi lebih semangat, atau bahkan ngantuk. Tapi entah kenapa Saya percaya, rangsangan itu semua bisa dipengaruhi oleh kondisi kita juga sebagai pendengar. Kalian pernah ngerasa pusing ga sih ngedenger satu jenis musik tertentu? Tapi di kondisi lain musik tersebut malah jadi perangsang jadi lebih berenergi?
Keberhasilan-keberhasilan suatu lagu yang bisa merangsang kita menjadi lebih bahagia, atau terbawa sedih, murung, marah, emosi dan lain-lain kemungkinan dipengaruhi oleh berbagai gelombang suaranya yang ditangkap oleh otak kita, kemudian menyampaikan reaksi-reaksi perasaan. Saya bersyukur manusia bisa melalukan system reaksi itu. Hanya dengan musik, kita bisa mengatur perasaan dan suasana. Makanya banyak banget orang yang begitu tekun ngebikin playlist dengan berbagai tujuan, begitu banyak orang yang larut dalam pertunjukkan musik, begitu banyak orang yang ga bisa lepas dari sekedar memutar piringan hitam secara rutin. Begitu banyak yang bla bla bla bla musik.
Oh ya, jadi kepikiran soal audio drugs, beneran ga ya gelombang suara itu bisa ‘memabukan’ kita?