Connect with us

Interviews

Kapabilitas Indonesia Timur Untuk Rock In Celebes

Diterbitkan

pada

Tak banyak festival musik bisa bertahan lama-bisa diselenggarakan secara rutin pada suatu kota/wilayah tanpa adanya passion dari orang-orang (populasi) tersebut yang mendukung. Dimana dalam posisi ini, populasi tersebut adalah sebuah perangkat penting setelah dana yang disiapkan untuk festival musik tersebut. Bisa dilihat Java Rockin Land (JRL), berhasil menjadikan Juli ataupun Agustus dikuasai, bahwa pada bulan itu agenda festival rock terbesar di Indonesia telah membuat banyak individu secara otodidak menghapal jadwal JRL meskipun masih dalam taraf kasar (mengira-ngira). Tiga edisi yang diadakan JRL selalu tersentuh dengan kata sukses. Dan cukup satu kata untuk mendeskripsikan kenapa sukses, Passion. Selain JRL, Di Jawa Tengah sana, ada Rock In Solo dengan empat edisinya  (2004, 2007, 2009, 2010), berhasil menjadikan ini sebagai agenda tahunan hingga pada 17 Sepetmber nanti Rock In Solo digelar lagi (kelima).

Bila dicermati ada lagi satu festival rock di gerbang timur Indonesia sana, Makassar. Usianya masih muda. Ya, Rock In Celebes itulah sebutan festival rock tersebut, dimulai pada 2010 dengan Marduk, Black Metal dari Swedia dan Komunal, Heavy Metal dari Bandung serta delapan band Makassar, dimana venue pertama-nya sebuah lapangan basket, di desain sedemikian rupa sehingga berjiwakan festival rock. Kemudian Rock In Celebes 2011-berbeda dengan tahun pertamanya, kali ini tidak ada line-up dari luar negeri dengan asumsi bahwa masih banyak band lokal dan berkualitas yang bisa bermain di Makassar. Seringai, Netral, Fadly Padi, Burgerkill, Polyester Embassy merupakan line-up utama untuk Rock In Celebes 2011 serta beberapa band Makassar. Venue lokasi pun berpindah ke Monumen Mandala dengan skala besar. Sudah terlihat, dengan adanya pemindahan venue antusias penonton Rock In Celebes membesar. Kerinduan masyarakat Makassar terhadap festival rock yang hampir 10 tahun absen diredakan dengan hadirnya Rock In Celebes sejak 2010, sejatinya ini merupakan agenda tahunan juga. Lalu siapakah yang menggarap Rock In Celebes ini ?

Adalah Chambers yang menjadi pengagas untuk Rock In Celebes selama dua kali berturut-turut. Kebanyakan orang di Makassar sudah tahu bahwa Chambers pada dasarnya adalah sebuah distro kemudian berkembang hingga menghasilkan beberapa divisi, salah satu-nya Chambers Entertainment. Ya, Chambers Entertainment-lah yang mengurusi segala event atau gig yang bersinggungan terhadap Chambers. Kemudian mari mencari tahu siapa sosok dibalik Chambers dan Chambers Entertainment itu sendiri, Hardinansyah atau yang akrab disapa dengan Ardy itulah otak dibalik semua kegiatan yang diadakan oleh Chambers hingga sampai pada fase Rock In Celebes.

Untuk kemudian Gigsplay berhasil menemui Ardy setelah sebelumnya membuat janji. Cukup mudah menemui Ardy mungkin karena kebanyakan waktunya dihabiskan di Chambers. Pembahasan tentang Rock In Celebes hingga melintir kepada skena musik Makassar.

Rock In Celebes (RIC) telah diadakan dua kali berturut-turut. Apakah itu merupakan evolusi dari Chambers Show yang dimulai sejak 2004 ?

Dibilang sebuah evolusi bukan, Chambers Show itu sudah merupakan rangkaian sendiri. Kemudian RIC dibuat karena kita (Chambers Entertainment) ingin menunjukkan bahwa Makassar juga bisa membuat rock festival dan Chambers Entertainment merasa mempunyai kapasitas untuk menggarap. Chambers Show sendiri sudah mempunyai gaya tersendiri, cenderung kepada cutting-edge sedangkan RIC ini lebih kepada konvensional sama hal-nya rock festival seperti di kota lain. Di satu sisi juga kita melihat di Makassar ini sangat berkeinginan untuk menyaksikan rock festival (lagi) dan audience yang antusias.

Mengapa Rock In Celebes ? Apakah diambil untuk menyelaraskan layaknya festival rock yang ada di Indonesia semisal Java Rockin Land ataupun Rock In Solo

Biar gampang dicerna oleh banyak orang khususnya di Makassar sendiri yang kebanyakan masih awam. Dan makin awam lagi jika kita memberikan sebuah event dengan nama-nama yang susah untuk dicerna. Kemudian kenapa Celebes, bahwa itu nama lain dari Sulawesi, merupakan kebanggaan memasukkan nama daerah pada festival rock dan Celebes sendiri untungnya telah banyak dikenal sebagai nama lain dari Makassar, Sulawesi maupun Indonesia Timur.

Masihkah dana menjadi kendala utama ?

Sudah pasti. Namun modal pertama kita adalah punya semangat lebih, kemudian (modal kedua) punya sistem dimana terdapat kapasitas, kita merasa bisa me-manage sebuah pertunjukan yang berskala festival, nasional bahkan internasional. Yang ketiga adalah dana dimana kita mempunyai motivasi bahwa sebesar apapun biaya produksinya, bisa didapatkan. Lalu muncul masalah setelah dana yaitu kapasitas sebuah tim dan sebuah sistem untuk menggelar event seperti ini. Logikanya begini kalau kita punya dana tapi tidak mempunyai pengalaman, sistem, tim, capable atau kapasitas untuk menggarap sebuah event saya pikir uangnya juga akan sia-sia. Dan kondisinya sekarang adalah kita berada di timur Indonesia yang hampir tidak dilirik oleh sponsor besar khususnya karena Makassar ini masih di nomor dua-kan atau di anak tiri-kan lah.

Headline pertama RIC adalah Marduk (Swedia) dan Komunal (Bandung) kemudian pada tahun ini RIC diisi oleh Polyester Embassy, Burgerkill, Seringai, Netral, Fadly Padi. Adakah di RIC berikutnya headline-nya datang dari Makassar itu sendiri ?

Sebenarnya tiap tahun headline Makassar ada, bahkan presentasenya 50%. Tahun 2010 ada delapan band Makassar kemudian tahun ini hingga 12 band. Dalam artian kuota band Makassar sendiri lebih banyak dibanding band Bandung maupun Jakarta, selanjutnya kita ingin menjadikan bahwa ini (Rock In Celebes) adalah barometer dimana RIC selanjutnya band Makassar-lah yang menjadi headliner. Kita juga berharap bahwa band yang main tahun lalu ataupun tahun kemarin di RIC bisa memberikan kontribusi lebih untuk tahun depan, salah satu contoh idealnya mereka mempunyai motivasi untuk membuat album. Kita juga mempunyai standard di event ini dengan menghadirkan band luar Makassar, karena ini merupakan event nasional dimana orang luar Makassar bisa berdatangan nonton kesini karena kita tidak menawarkan hanya pertujukan band saja tapi lebih kepada meononjolkan kebudayaan Celebes itu seperti apa.

Ada satu nama yang sering jika Chambers Entertainment membuat gig maupun event, Seringai. Terhitung dari 2005 hingga terakhir di Rock In Celebes 2011 bermain. Apakah itu strategi juga ?

Jodoh. Seringai itu sudah empat kali chambers datangkan. Kita pernah ada pengalaman tiga tahun lalu ketika ada event yang seharusnya bukan Seringai yang main, tapi karena band yang telah dijadwalkan berhalangan hadir maka Seringai dihadirkan. Selain itu Seringai juga mempunyai kapasitas bermain di event yang dibuat oleh Chambers.

Musisi Makassar kurang terdengar gaung-nya dibanding Jakarta, Bandung, maupun Jogjakarta. Jarak lagi kah yang menjadi masalah atau singgungan kepada kreativitas mereka ?

Itu masalah besar karena impian kita (Chambers Entertainment) sebenarnya membanggakan band lokal untuk jadi tuan rumah di kota-nya sendiri. Dikatakan masalah jarak sebenarnya tidak berpengaruh karena sekarang sudah memasuki era digital (internet). Kendala yang cukup berarti juga adalah kita tidak mengetahui passion musik mereka terutama musisi-nya sendiri, hal ini terlihat saat saya dan teman-teman melakukan gathering untuk membahas hal-hal tersebut.

Jika dianalogikan, skena Makassar sekarang seperti apa ?

(Terdiam) skena musik Makassar sekarang sedang nol. Kenapa nol, karena sampai sekarang belum ada lagi musisi Makassar yang bisa seperti Sex Punk, The Game Over, De Blues Fresh. Skena musik Makassar ini yang saya cermati terjadi pada akhir 90-an menuju ke tahun 2000. Untuk dua tahun belakang ini belum ada lagi seperti itu.

Terakhir, Musisi luar yang menjadi target untuk dihadirkan di Makassar

Sangat banyak sebenarnya (tertawa). Alhamdulillah untuk dekat ini kita sudah bisa mendatangkan Story Of The Year di Makassar, melalui hasil patungan antara saya dan promotor yang di Jakarta. Untuk target spesifik sendiri belum ada.       

Ardy juga biasa menulis atau sekedar berbagi info di www.hardinansyah.tumblr.com dan www.hardinansyah.com 

 

Teks: Rahmat Arham

Foto: Hardinansyah

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *