Featured
AK//47 Rilis Video Klip “Mendulang Nyala Bara”
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2016/11/AK47_nov_2016_D.jpg&description=AK//47 Rilis Video Klip “Mendulang Nyala Bara”', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Setelah merilis album kedua, band grindcore asal Semarang, AK//47, mengeluarkan singgel kedua dalam bentuk videoklip. Bertajuk “Mendulang Nyala Bara” yang diambil dari album bertajuk Verba Volant Scripta Manent yang versi kasetnya dirilis oleh Disaster Records.
Video tersebut menjawab pertanyaan terhadap AK//47 yang kini jarang berlaga di panggung. Sebab mereka saat ini sedang memutuskan untuk hiatus dalam penampilan langsung, dikarenakan salah satu personilnya kini tinggal di Amerika Serikat (AS).
“Kami tidak manggung dulu untuk sementara waktu, namun bukan lantas kami tidak aktif. Materi album baru sudah selesai, tinggal kami rilis pada pertengahan 2017. Saat ini produktivitas kami setidaknya ada pada split album atau mengikuti kompilasi,” ujar Garna Raditya, motor dari band yang berdiri 1999 tersebut. Sementara itu personil lainnya masih aktif pada band lainnya yakni Novelino Adam (bas, vokal) pada Octopuz dan Yogi Ario (drum) dengan Yagim Grind.
Materi baru, tambahnya, berisi delapan lagu yang masih memiliki benang merah pada album sebelumnya, yang dirilis oleh Vitus dan Resting Hell Records dalam bentuk cakram padat. Rekaman itu berlangsung selama dua bulan sebelum Garna pindah, bahkan disela-sela tur promo album di 18 kota.
Tak dipungkiri, persoalan sosial di Indonesia maupun di AS memiliki banyak kesamaan, hanya saja berbeda bentuk. Kondisi tersebut dijadikan inspirasi dalam penulisan lirik pada materi terbaru.
“Homophobia, fundamentalis dan para kaum otoritarian selalu ada dimana-mana, tapi sepertinya tidak terlihat. Anehnya mereka terkuak setelah diantara mereka mengunggah sesuatu yang diyakininya di sosial media. Jadi, orang sekarang justru lebih berpolitik dalam identitas pada sosial media, tidak pada interaksi sehari-hari. Bisa jadi seseorang yang toleran di kampung, tapi memiliki ideologi agama fundamentalisme di kelompoknya. Kita akan semakin terkecoh. Yang perlu kita sadari adalah, dunia tidak sedang baik-baik saja. Itu yang masih menginspirasi kami,” tukasnya.