Connect with us

Articles

Sejarah dan Perkembangan Singkat, Ambient Music

Dipublikasikan

pada

Ambient Music

Suasana gloomy dengan cuaca yang dingin karena intensitas hujan yang tinggi memaksa Saya untuk memasang banyak lagu-lagu ambient music di music player. Menemani setiap aktivitas, mulai dari perjalanan menuju kantor, membaca buku, hingga bekerja di depan laptop.

Ambient music seolah menjadi soundtrack di segala aktivitas, dengan segala reaksinya yang positif, setidaknya bagi Saya. Karena dengan mendengarkan ambient music, tubuh dan pikiran ini bereaksi menjadi lebih tenang, damai, dan entah kenapa merasa cocok dengan suasana cuaca yang cenderung mendung.

Oleh karena itu, Saya melanjutkan dengan perkenalan ambient music yang sudah banyak memenuhi folder MP3 dan secara tidak langsung membaca beberapa literatur tentang ambient music, juga mengoleksi berbagai proyek musik yang bermain di arena ambient music.

Bagi Saya, ambient music bukan merupakan sub, dia adalah sosok yang dibentuk oleh berbagai elemen. Mungkin teman-teman juga setuju dengan penamaan lain dan elemen-elemen lain yang terdapat unsur ambient music ini.

Mulai dari new age, contemporary instrumental, experimental, spacerock, chillout, ambient techno, ambient trance, mood music, world music, new acoustic music, electro acoustic, folktronic hingga minimal avant-pop yang semuanya mengarah kepada arena ambient music sebagai dasarnya, atau pun perkembangannya.

Saya teringat, orang yang bertanggung jawab dengan istilah ‘ambient‘ itu adalah Brian Eno. Seorang sound designer, composer, producer, conceptualist dan berbagai profesi lainnya yang menciptakan istilah ‘ambient‘. Pada tahun 1978, Brian Eno merilis album yang diberi judul Ambient 1: Music for Airports.

Dia (secara kasar) beranggapan bahwa ambient music pada dasarnya merupakan alunan instrumen yang dijadikan background music, dan dia menempatkannya di depan, menjadi bagian yang layak ditampilkan sebagai bagian yang utama, tidak hanya sebagai background music. Selain itu, dia mendefinisikan sebagai musik yang dirancang untuk menciptakan tenang dan ruang untuk berpikir.

Bahkan dalam liner notes album “Music for Airports” tersebut, dia menjelaskan “Ambient Music must be able to accommodate many levels of listening attention without enforcing one in particular; it must be as ignorable as it is interesting.”

Pesan sederhana dan singkat yang muncul dari ambient music adalah ketenangan, kedamaian, sebuah suasana yang cenderung dibentuk oleh instrumental.

Namun jika mengarah kepada hal ini, rasanya tidak hanya dimiliki oleh ambient music. Mungkin saja musik-musik psychedelic rock tahun 60-an atau bahkan nyanyian Gregorian yang sudah muncul sebelum Brian Eno mendefinisikan ‘ambient‘ pun bisa dikategorikan di tempat yang sama.

Salah satu struktur yang membentuk ambient musik adalah classical avant-garde. Beberapa literatur seperti Csound, techsoc, hingga ambient-music-guide melampirkan dua sosok pionir di arena classical avant-garde ini, yaitu Claude Debussy dan Erik Satie.

Kedua sosok ini memiliki konsep ‘furniture music’ yang terbentuk oleh solo piano atau ensemble kecil yang hal ini juga bisa ditemukan di konsep ambient Brian Eno.

Lalu muncul John Cage yang menciptakan sebuah tekstur suara yang tidak hanya diciptakan melalui alunan melodi piano, tetapi dengan menyusun sebuah noise hingga silence. Seperti sebuah komposisi yang sangat terkenal 4’33” yang tidak memiliki suara sama sekali.

Dalam “Through Music To The Self” karya Peter Michael Hamel, 1976, menjelaskan bahwa pasca John Cage, muncul lah komposer-komposer yang mengembangkan musik minimalis dengan mengambil ide pada repetitive dan eksplorasi suara dari berbagai instrumen, baik itu berasal dari Barat atau pun Timur sehingga memunculkan berbagai macam karakteristik. Mulai dari Krautrock hingga relaxation music. Mulai dari sampling menggunakan pita kaset hingga digital sampling.

Hal ini didukung dengan perkembangan teknologi yang menciptakan synthesizer. Alat musik ini mengembangkan berbagai arena ambient music.

Jika Kraftwerk mengarahkan synthesizer ke arah futuristic dengan menunjuk berbagai gaya urban sehingga terlahirlah synth pop. Lalu Brian Eno mengarahkannya kepada permainan minimalis, seperti yang dia ciptakan di album Discreet Music (1975) dan Music For Airports (1978).

Dalam wawancaranya bersama Vox Magazine, tahun 1998, Brian Eno berbicara tentang perkembangan classical avant-garde. Dia berbicara tentang bagaimana dirinya mengembangkan arena itu menjadi sesuatu yang bersifat atmospheric, ada texture dan space yang semuanya tertuju pada ketenangan, dan salah satu alat di era ini yang bisa membantu menciptakannya itu adalah synthesizer.

Bahkan dalam wawancaranya bersama The Guardian pada tahun 2013, Brian Eno berbicara banyak tentang synthesizer. Dia menganggap bahwa piano merupakan alat musik yang memiliki sejarah dan budaya yang sangat tradisional.

Sedangkan synthesizer itu sangat dinamis, alat ini bisa dikatakan sebuah instrumen yang tidak pernah mencapai akhir. Karena jika kita memainkannya, kita memulai menciptakan alat baru, kita bisa mengeksplorasi berbagai suara kapan pun.

Synthesizer mengkombinasikan berbagai elemen suara yang bisa kita eksplor sesuai rumus atau pun secara acak. Sehingga kita bisa menciptakan bebunyian yang sangat kompleks.

Berbagai arena musik tercipta lewat synthesizer, salah satunya yang ikut membentuk dan atau terbentuk ambient music adalah spacemusic.

Mungkin kita pernah dikenalkan dengan spacerock dan cosmic rock yang memiliki kekuatan di atmospheric, psychedelic, seperti yang dilakukan oleh Pink Floyd atau cenderung cosmo seperti yang dilakukan oleh banyak band asal Berlin pada tahun 60-an.

Dalam “Music For Inner Space” karya Neville Drury, Unity Press, Lindfield, 1985 menjelaskan bahwa spacemusic bisa jadi dipengaruhi oleh sebuah gambaran pengalaman manusia di luar angkasa, perjalanan manusia meninggalkan bumi.

Entah kenapa, meskipun kita belum pernah berada di luar angkasa, suasana dan perasaan berada di luar angkasa bisa tercipta ketika mendengarkan spacemusic. Hal ini didasari oleh penciptaan atmospheric yang sangat tinggi dengan berbagai bebunyian yang membentuknya.

Ambient music semakin memiliki arena dengan berbagai suasana yang diciptakan. Pasca spacemusic, ambient music membentuk sebuah relaxing music yang banyak digunakan untuk sebuah healing.

Audio-therapy dikenal mampu menciptakan reaksi terhadap tubuh. Ambient music yang tersusun dan terbentuk oleh berbagai gelombang suara, alpha, delta dan lain-lain bereaksi terhadap otak, baik itu otak kiri maupun otak kanan. Hingga banyak komposer yang menunjuk audio-therapy sebagai objek eksplorasinya.

Ambient music semakin mengakari arena lain, mulai dari chillout hingga downtempo. Sampai sekarang, ambient music akan semakin berkembang, akan semakin memposisikan diri sebagai dasar dari arena-arena musik lainnya. Sama halnya dengan Brian Eno ketika mengembangkan classical avant-garde dan menciptakan istilah ambient.

Keindahan metamorfosis pada musik ini akan terus terjadi selama mengadaptasi berbagai hal pada saat eksplorasinya. Memang tidak mudah dan instant, tetapi tidak kah kita sangat menikmati musik-musik baru hasil eksplorasi?

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *