Connect with us

Gig Review

#WTF15: Makna Entitas dari Sebuah Festival

Dipublikasikan

pada

Jakarta, Minggu (9/8), Lapangan Parkir Timur Senayan, menjadi tempat yang sakral bagi muda-mudi yang hendak menghadiri festival musim panas bernama We The Fest. Ismaya Live adalah promotor dibalik viral-nya tagar #WTF15. Tahun ini merupakan tahun kedua diselenggarakanya We The Fest. Banyak pengalaman yang berbeda dari penyelenggaraan tahun sebelumnya.

Terdapat lima area utama yaitu, Clown Chella, Banana Palooza, Art-Plugged, Kokiku TV Cooking Stage, dan Eats&Beats Stage. Saat penonton berhasil melewati pemeriksaan di area ticketing mereka akan langsung disuguhi penampilan dari bintang tamu yang mengisi di area Banana Palooza. Sekitar pukul 14.00, band Indie asal Jakarta, Elephant Kind memecah suasana terik panas menjadi lantai dansa. Mereka memainkan hampir seluruh lagu yang terdapat di album pertama mereka, Scenarios: A Short Film by Elephant Kind. Deratan lagu “Scenario I”, “Scenario II”, “Scenario III”, “We All Lose (Holy Sh*t) hingga single dari album yang akan datang “ Why Did You Have to Go” dimainkan secara khidmat hingga terpancar senyum puas penonton dibawah terik matahari.

Selanjutnya, ribuan wanita berlarian menuju area Clown Chella untuk bergegas menyaksikan keseksian dari solois Teza Sumendra. Sekitar pukul 14.58, seluruh musisi pengiring dari Teza Sumendra sudah bersiap-siap di posisi masing-masing. “Tonight” menjadi lagu pembuka penampilan penyanyi yang pernah mengikuti ajang pencarian bakat Indonesian Idol tersebut. Tanpa komando, ribuan penonton terlihat menyesuaikan goyang dengan irama dari ketukan menggoda lagu The Weeknd, “Can’t Feel My Face” yang dibawakan dengan suara berat khas Teza. Selanjutnya, Teza kembali membawakan lagu dari album miliknya, “Real Love” dan “ Girlfriend” yang disusul dengan adanya isian rap dari Kyriz Boogieman. “Gue bakal bawain lagu yang di request di twitter nih”, ucap Teza yang disambut dengan histeria ribuan wanita. Lagu yang dimaksud adalah “Omen” milik Sam Smith dan Disclosure. “I Want You Love” dipilih menjadi lagu penutup dari Teza Sumendra.

Suasana terik yang semula dirasakan sebagian penonton mulai mereda. Sebagian besar penonton mencoba berbagai wahana yang ditawarkan oleh Ismaya, seperti Euro Bungee dan Bull Riding, yang dapat dimainkan secara gratis. Petunjuk arah, peta hingga rundown acara dapat ditemukan dengan mudah. Bahkan pihak Ismaya juga senantiasa menginformasikan perubahan jadwal yang terjadi. Sehingga sedikit terjadi keluhan dari penonton.

Beralih ke area Banana Palooza, penampilan musisi asing dibuka oleh 360 dan dilanjutkan dengan Panama. “How We Feel” dipilih menjadi lagu pembuka yang seolah menanyakan perasaan kepada mereka yang datang ke #WTF15. Selanjutnya, “Strange Feeling” dan “Stay Forever” dimainkan tanpa jeda. Beberapa saat sebelum pergantian lagu. Para penonton diserbu berbagai panitia yang menggunakan kostum aneh dan menawarkan pelukan gratis. Mereka pun tanpa ragu ikut berdansa diiringin lagu “Cape Town” milik ClubFeet. Akhirnya sampai pada lagu yang paling ditunggu-tunggu, “Always”. Lagu tersebut diberikan sebagai hadiah sekaligus penutup dari penampilan Panama.

Selanjutnya, sambil menikmati terbenamnya matahari, penonton disuguhi penampilan dari cool kids, Echosmith. “Let’s Love” menjadi lagu pembuka. Sydney Sierota sang vokalis, tampil paling mencolok dibanding saudara kandung lainya. Ia menggunakan mini dress berwarna kuning pisang yang membuatnya semakin terlihat menggemaskan berlarian di atas panggung. “Talking Dreams” dan “Come Together” dibawakan tanpa jeda. Sydney Sierota menyapa penonton pria dan menyarankan untuk selalu berani mengungkapkan isi hati. Seruan tersebut menjadi penghantar lagu “Tell Her You Love Her”. Setelah berdansa dengan berbagai ketukan cepat, Echosmith mengajak istirahat sejenak dengan lagu bernuansa akustik, “Bright”. Mood penonton kembali dibuat naik dengan lagu “Come with Me” dan “Up to You”. Echosmith menutup penampilanya dengan koor luar biasa dari penonton pada lagu “Cool Kids”.

Setelah peralihan suasana sore ke malam. Kini giliran para pilot dari Flight Facilities memimpin pesta. Seperti penampilan mereka di Jakarta sebelumnya, mereka ditemani oleh penyanyi cantik bernama, Owl Eyes yang menambah kemeriahan acara. Deretan lagu andalan seperti “Sunshine”, “Two Bodies”, “With You”, “ Heart Attack” hingga lagu yang paling banyak dinyanyikan penonton, “Crave You”, berhasil membuat penonton puas.

Pesta dilanjutkan dengan lantunan suara penyanyi asal Inggris, Jessica Lois atau yang lebih dikenal dengan Jessie Ware. Penyanyi yang mengawali karirnya sebagai seorang jurnalis ini tampil anggun dengan pakaian berwarna hitam. “Running” dipilih sebagai lagu pembuka yang membawa penonton hilang kesadaran secara perlahan. Melihat antusiasme yang begitu luar biasa, Jessie Ware melanjutkan pertunjukan dengan ciuman melalui lagu “Champagne Kisses”. Berulang kali Jessie Ware mengucapkan terima kasih kepada penonton yang hadir. Rasa terima kasih tersebut diekspresikanya pada lagu “Cruel” dan “Tough Love”. Setelah kelar membawakan lagu tersebut, Jessie Ware sedikit berbagi kisah tentang kehidupan asmaranya yang berujung pada cerita dibalik lagu yang akan ia bawakan selanjutnya, “You & I (Forever)”. Jessie Ware pun menarik suaminya, Sam Burrows, keatas panggung untuk ikut menyapa ribuan penonton. Rasa iri akan kompaknya pasangan tersebut terlontar dari beberapa penonton yang sontak berujar, “aaah So Sweet….”. Jessie Ware menutup We The Fest dengan lagu andalan “Wildest Moments” dan “Say You Love Me”.

Pesta beralih kepada penyanyi bersuara unik asal selandia baru, Kimbra. “I’m Wishin” menjadi lagu pembuka yang disusul histeria penonton. Kimbra tampil enerjik dengan berlarian dan berjingkrakan tanpa ragu meskipun menggunakan rok dan sepatu tinggi. Lagu “Cameo Lover”, “Love in High Places”, “Miracle” dan “Cameo Lover” menjadi sajian Kimbra selanjutnya hingga “Come Into My Head” menjadi lagu penghantarnya turun panggung.

Aksi panggung utama ditutup dengan penampilan dari Dj muda, Madeon. Lagu hasil kolaborasinya bersama Passion Pit didaulat sebagai lagu pembuka, yang seolah berusaha mengobati kekecewaan penonton yang menantikan hadirnya Passion Pit. Berbeda dengan dj lainya, Dj yang memiliki nama asli Hugo ini menggunakan berbagai Launchpad sebagai instrument utama yang ia mainkan saat berada dipanggung. Hal tersebut menjadi pengalaman tersendiri bagi penotnon yang melihatnya. Warna-warni lampu pada Launchpad miliknya menjadi daya tarik tersendiri bagi para penggemar Madeon khususnya para wanita.

Ismaya Live paham betul tentang relasi antara konsep realitionship marketing, Community Marketing dan Event Marketing. Aplikasi dari konsep tersebut sangat terasa pada acara We The fest 2015 yang menghadirkan lebih dari sekedar pertunjukan musik. Sampai Jumpa di We The Fest tahun selanjutnya, #WTF16.

-Akbarry Noor

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *