Connect with us

Articles

Keakraban dan Aktualitas Laneway Festival 2014

Dipublikasikan

pada

Untuk keempat kalinya, St. Jerome’s Laneway Festival kembali hadir di Singapura. Sejak pertama kali diadakan di Negeri Singa pada 2011, festival musik keliling yang berasal dari Australia ini selalu berusaha menyuguhkan nama-nama segar yang mengusung musik arus pinggir kaya ragam. Bahkan pada sajian kali ini, pihak Laneway memberi tempat untuk tiga penampil lokal, yaitu Gema, Vandetta, dan The Observatory.

Laneway melanjutkan tradisi mengundang band atau musisi yang tengah naik daun, mereka-mereka yang belum lama ini melepas album baru. Ketika sebuah album dirilis, tak pelak rangkaian tur turut serta atas nama promosi. Mungkin hanya sebagian kecil musisi yang tidak memanfaatkan momen tersebut. Selain itu, tur punya peran penting dalam medium memperluas jaringan antar musisi dari berbagai belahan dunia (jika bicara tur skala dunia), menimba pengalaman manggung (pasti), serta yang paling klasik namun tetap relevan yakni memuaskan penggemar.

Dari panggung ke panggung, festival ke festival, keakraban itu nantinya akan terjalin juga. Local Natives mulai mengenal Aaron Dessner sewaktu tur bareng The National. Mereka belajar banyak dari seniornya itu, dan berujung penunjukan Dessner sebagai produser di album Hummingbird. Atau jika bicara dalam lingkup Laneway, yang paling anyar adalah ketika beberapa waktu lalu beredar kabar bahwa Theresa Wayman dan Stella Mozgawa dari Warpaint, King Krule, Jono Ma (Jagwar Ma), serta Earl Sweatshirt rekaman bareng selama 12 jam di Sydney. Kendati sudah mengenal satu sama lain, kolaborasi itu tercetus sewaktu mereka bersama-sama mentas di Laneway Australia. Budaya tur para musisi dari negara maju sudah dibangun sejak puluhan tahun silam. Laneway hanyalah satu dari banyak sekali festival musik di berbagai tempat yang menampung talenta musik baru. Industri yang telah berjalan teratur  tinggal dilanjutkan oleh generasi terkini. Idealnya memang begitu. Rilis album dan tur. Sesederhana itu.

Praktis hampir seluruh penampil di Laneway melepas album yang berjarak maksimal setahun ke belakang dari tanggal berlangsungnya acara. Atau dengan kata lain, mereka-mereka inilah yang turut mewarnai kancah musik di 2013. Aktualitas tersebut yang coba dipersembahkan sejak awal mula keberadaan Laneway. Darah muda selalu tertarik dengan hal-hal baru. Dalam hal ini, musik baru. Mungkin memang hanya masyarakat di negara dunia ketiga yang masih antusias menyambut musisi yang berada di puncak pada dua dekade silam.

The Meadow, yang terletak di kawasan Gardens By The Bay, masih mendapat kepercayaan untuk menampung sekitar 10 ribu kepala dari berbagai penjuru regional. Pada edisi ini, Laneway menambah satu lagi panggung guna melengkapi dua pentas yang sudah ada dari tahun-tahun sebelumnya. Cloud Stage –panggung tambahan itu- tampaknya dikhususkan bagi penonton yang hendak bersantai dengan suguhan musik yang memancing dansa kecil, plus dua penampil lokal yakni Vandetta dan Gema. Jamie XX, Mount Kimbie, XXYYXX, serta Jagwar Ma, yang harus tampil dengan format DJ Set karena kondisi kesehatan vokalis Gabriel Winterfield yang memburuk, adalah para penampil yang ditempatkan di Cloud Stage. Dua panggung utama adalah Roscoe Stage yang berada di sebelah kanan penonton, serta Derrick Stage di sisi sebelah kiri.

Lepas tengah hari, Vance Joy membuka Laneway 2014 di Roscoe Stage. Musisi-penulis lagu asal Melbourne, Australia tersebut menyuguhkan lagu-lagu dari EP debutnya yang dilepas tahun silam, God Loves You When You’re Dancing. Trevor Powers, yang dikenal dengan nama panggung Youth Lagoon, jadi penampil berikutnya. Ia datang dengan berpakaian hitam-hitam, rambut keriting plus kacamata geek-nya itu mudah dikenali. Dua lagu pertama yang diambil dari album kedua, “Mute”, dan “Sleep Paralysis”, merepresentasikan pendekatan psikedelik yang ia aplikasikan dalam Wondrous Bughouse. Album pertama Youth Lagoon, The Year of Hibernation, adalah elektronik pelan kontemplatif dengan ambience mengawang. Powers menghadirkan suasana itu juga lewat “Cannons” dan “Daydream”. Cocok dengan suasana festival yang cerah sambil menyeruput bir dingin. Ia membawakan total tujuh lagu, ditutup dengan “July”.

Beralih ke Cloud Stage, Vandetta mencatat sejarah sebagai musisi Singapura pertama yang tampil di Laneway. Kemudian, ada penampilan enerjik The Jezabels, disusul oleh sensibilitas Unknown Mortal Orchestra. Gitaris-vokalis Ruban Nielson mempertontonkan kemampuannya bernyanyi sambil memainkan melodi raw janggal-tapi-nikmat, serta turut menjelaskan posisi Unknown Mortal Orchestra sebagai penampil Laneway paling underrated di edisi 2014. Tak terlalu banyak yang menyaksikan set asyik Nielson, bassis Jake Portrait, dan drummer Riley Geare. Tata suara di awal penampilan UMO kurang begitu maksimal, dan baru membaik dari pertengahan, hingga akhir set. Nielson mencampur lagu-lagu dari dua albumnya, yaitu “The Opposite of Afternoon”, “How Can U Luv Me?”, “From the Sun”, “Ffunny Ffrends”, serta “So Good at Being in Trouble”.

Tepat pada pukul 16.20, Kurt Vile berdendang di Laneway 2014. Persona berambut keriting-gondrong yang merupakan eks The War on Drugs ini membuka penampilannya dengan “Wakin’ on a Pretty Day” dan “KV Crimes”, keduanya berasal dari album terbaru Vile yang bertajuk Wakin’ on a Pretty Daze. Vile membawa semangat 420. Kendati tampil agak sloppy, lelaki asal Philadelphia itu memainkan gitar akustiknya dengan bergairah, sesekali berteriak kecil, “whoo!”. Di waktu bersamaan, penonton yang hendak bersantai melemaskan otot, meramaikan set XXYYXX di Cloud Stage.

Frightened Rabbit, kuintet indie rock asal Selkirk, Skotlandia, naik panggung sebelum matahari terbenam. Menjadi grup internasional terakhir yang ada di pentas jelang gelap, sebelum dua penampil lokal, Gema, dan The Observatory mengambil alih. Savages kemudian memikat Singapura lewat komposisi dari album debut Silence Yourself seperti “I Am Here”, “City’s Full”, “Strife”, dan “She Will”. Raut wajah vokalis Jehnny Beth datar dengan kerutan di dahi, menebar amarah. Para vokalis wanita sangat mendapat tempat di Laneway 2014, termasuk Daughter, yang tadinya merupakan proyek solo Elena Tonra. Bersama gitaris Igor Haefeli dan drummer Remi Aguilella, repertoar yang dibawakan Daughter kebanyakan berasal dari album perdana If You Leave yang dilepas pada Januari 2013 lalu. Di Cloud Stage, Mount Kimbie, Jagwar Ma DJ Set, dan Jamie XX membuat pesta sendiri, arena dansa kecil-kecilan di pojok buntu festival.

Berikutnya, giliran Haim naik pentas. Trio kakak-beradik yang tumbuh dewasa di San Fernando Valley, Los Angeles, mendengarkan musik classic rock 70-an, khususnya Stevie Nicks, ini merupakan salah satu nama yang paling banyak dibicarakan sepanjang 2013. Debut mereka, Days Are Gone, mudah ditemukan dalam daftar album terbaik tahun silam di berbagai media musik.  Ketika tampil live, barulah Anda mengerti mengapa Haim sangat menarik. Este, Danielle, dan Alana sangat rapi memainkan instrumen mereka masing-masing, sambil berbagi vokal, bersahut-sahutan. “Falling”, salah satu lagu mereka yang paling populer, dibawakan pertama. Reaksi penonton kontan pecah. “If I Could Change Your Mind” menyusul berikutnya, menjadi saksi wujud seksi Alana Mychal di atas panggung, tipe girl next door yang bisa diajak ngobrol musik semalam suntuk. Haim juga mengaransemen ulang “Oh Well” milik Fleetwood Mac. Berturut-turut lagu dari Days Are Gone dimainkan hingga akhir set, yakni “Honey & I”, “Days Are Gone”, “My Song 5”, “Don’t Save Me”, “Running If You Call My Name”, “Forever”, “The Wire”, dan “Let Me Go”.

Chvrches merupakan satu nama yang turut meroket pada 2013 lalu. Bahkan sebelum merilis debut The Bones of What You Believe pada September silam, trio asal Glasgow, Skotlandia sudah hinggap di berbagai festival, dan Laneway 2014 termasuk beruntung disambangi mereka. Harus diakui, paras jelita vokalis Lauren Mayberry merupakan salah satu daya tarik Chvrches, yang membuat penonton, baik pria dan wanita, berteriak histeris saat sosok imut tersebut muncul di atas pentas. “We Sink”, “Lungs”, “Gun”, “Lies”, “Night Sky”, “Recover”, semuanya dari album perdana, disuguhkan dengan legit oleh Mayberry, Iain Cook, dan Martin Doherty. Nama yang disebut terakhir sempat mengambil alih vokal pada “Under the Tide”, sebelum ditutup dengan “The Mother We Share”.

Jika dipikir-pikir, James Blake memang tak seharusnya ditaruh sebagai penutup festival. Musik elektronik sepinya itu, yang berhasil meraih Mercury Prize 2013 dengan menyisihkan Arctic Monkeys, Foals, Disclosure, bahkan David Bowie, ternyata tak dapat diapresiasi sepenuhnya oleh penonton. Mereka tak kuat untuk menciptakan suasana hening dan syahdu guna menikmati penampilan musisi 25 tahun tersebut, terlebih saat “Overgrown” dimainkan. Terlalu banyak suara obrolan (di mana saya rasa tidak penting, karena, hey, kalian sedang menonton James Blake sang headliner), yang bertebaran di berbagai area festival. Tapi pihak Laneway pasti punya pertimbangan sendiri.

Nominator Best New Artist pada Grammy Awards 2014 ini mencampur lagu-lagu dari album self-titled (2011) dan Overgrown (2013) dalam set-nya. “I Never Learnt to Share” berkumandang sebagai pembuka, disusul “Life Round Here”, lagu yang belakangan diaransemen ulang bersama (kini teman serumah) Chance the Rapper. Blake juga memainkan salah satu single pertamanya di awal karier, yakni “CMYK”. Tata cahaya yang baik mendukung suasana pecah sewaktu “Retrogade”. Usai “The Wilhelm Scream”, “Measurements” didaulat menutup Laneway 2014. Suara musik fade out mengiringi Blake melambaikan tangan. Ia harus mengejar pesawat ke Los Angeles guna menghadiri Grammy Awards ke-56 (Macklemore & Ryan Lewis memenangkan kategori ini). Demikian pula pesawat Laneway. Singapura hanyalah pembuka dari rangkaian panjang yang terdiri dari Adelaide, Auckland, Brisbane, Fremantle, Melbourne, Sydney, hingga Detroit, AS (hingga tulisan ini turun, belum ada kepastian mengenai edisi kedua yang seharusnya berlangsung pada 2014). Sampai jumpa tahun depan!

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *