Connect with us

Articles

Tentang Musisi & Kampanye Politik

Dipublikasikan

pada

Masa kampanye dan Pemilu menyita perhatian publik, mau tidak mau publik akan disajikan oleh berbagai macam konten tentang misi, visi, seruan, janji dan sebagainya dari calon pemimpin, baik itu independent atau pun dari partai.

Beberapa pertunjukkan musik mengalami pemangkasan pada saat tertentu kampanye dan Pemilu guna untuk meminimalisir keramaian dan kampanye ilegal. Hasilnya, beberapa musisi yang tidak memiliki konsentrasi dalam politik akan mengisi jadwalnya dengan kegiatan lain, misalnya rekaman atau promo media.

Pertunjukkan musik pun memiliki output yang berhubungan dengan tujuan kampanye, tentu saja pada masa-masa kampanye banyak musisi yang dijadikan objek secara persuasif untuk mendukung sebuah partai atau calon pemimpin.

Tidak hanya itu, beberapa musisi atau sebut saja artist akan dijadikan juga sebagai alat untuk promosikan sebuah visi misi partai dan calon pemimpinnya. Melalui sebuah jingle yang dinyanyikan, melalui sebuah lagu yang diganti liriknya, melalui sebuah dukungan bentuk foto atau pun video.

Dari arena sosial media atau online media, beberapa musisi pun ikut menjadi alat untuk promosi sebuah kepentingan partai politik, sehingga massa yang menjadi pengikutnya akan disajikan beberapa seruan bahkan konten persuasif untuk mendukung suatu partai atau calon pemimpin.

Partai politik, atau pun tujuan politik yang berhubungan dengan isu kampanye dan calon pemimpin cukup menjadi pembicaraan yang hangat. Di saat-saat kampanye dan Pemilu ini lah para kader politik akan menarik beberapa artist untuk diajak secara tidak langsung menjadi tim pendukungnya.

Jika berbicara tentang bayaran, tentu saja kita bisa menebaknya secara kasar, bahwa bayarannya akan sangat besar (mungkin). Tetapi entah lah, jika memang kita membicarakan tentang uang, tidak ada yang bisa memastikannya bahwa ini mengambil kerjaan ini salah, mengambil kerjaan itu benar.

Band, musisi, tidak memiliki kewajiban untuk mendukung atau pun tidak mendukung. Pro kontra tentang public figure menjadi alat kampanye ini tidak akan pernah berhenti. Setiap band atau musisi memiliki misi dan visi yang berbeda-beda, mereka memiliki banyak pilihan untuk memilih tujuannya.

Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, jauh di Amerika sana pun banyak musisi yang menjadi alat kampanye atau pun secara itikad personal mendukung salah satu calon pemimpin. Ini menjadi suatu fenomena yang menarik dimana musisi akan memiliki pendukung yang sangat luas, baik itu yang concern akan politik maupun tidak.

Tetapi ketika suatu band membawa sebuah pesan secara persuasif atau pun tidak, baik itu tentang ajakan mendukung seseorang atau pun tidak, mereka akan memiliki kesempatan yang sangat besar untuk mengumpulkan massa.

Di samping masalah ini semua, band atau pun musisi adalah public figure, memiliki intensitas dan kapasitas mendapatkan perhatian dari publik lebih banyak dari siapa pun. Jika mereka membawa sebuah pesan, maka kesempatan untuk menyebarkan pesan tersebut akan sangat luas. Apapun itu pesannya, jika memiliki konten yang baik untuk publik, tentu saja ini akan menjadi sebuah sistem komunikasi yang baik. Dimana seorang public figure memiliki kekuatan massa yang sangat besar untuk suatu perubahan. Saya teringat apa yang terjadi di Amerika, ketika mereka ketakutan oleh gerakan-gerakan yang dilakukan oleh John Lennon dan Yoko Ono.

Apapun pesannya, siapapun yang membawa pesannya, selama memiliki ajakan yang baik untuk kita semua, tidak ada yang bisa melarangnya untuk terus membuat system ajakan seperti ini.

 

*Foto: fusion.net

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisement