Connect with us

News

Canda dan Nostalgia The Used di Hodgepodge Festival 2019

Dipublikasikan

pada

The Used, band emo asal Utah ini menjalani konser kedua di Indonesia. Setelah menyambangi Jakarta pada 2008 lalu, The Used akhirnya kembali ke Jakarta dan tampil pada Hodgepdge Festival 2019.

Konser dibuka dengan visual hitam putih. Tanpa sapaan, The Used langsung menghantam dengan lagu pertama berjudul ‘Take It Away’ yang langsung disambung dengan ‘The Bird and The Worm’. Seusai lagu ‘The Bird and The Worm’, Bert McCracken (vokal) tanpa basa-basi langsung membentuk tanda hati dengan tangannya.

Pada saat ini lah Bert menyapa penonton. Tak hanya menyapa, Bert juga bertanya kepada penonton apakah ada yang menonton The Used di Jakarta pada 2008. Senang melihat lumayan banyak penonton yang menyaksikan The Used 11 tahun lalu, Bert lalu menyampaikan “anggap saja konser ini seperti pada tahun 2008, kembalilah ke masa muda kalian, be natural”.

Penampilan dilanjutkan dengan lagu ‘Listening’ dan ‘All That I’ve Got’. Di tengah-tengah lagu ‘All That I’ve Got’, Bert mengajak penonton bermain mengikuti gerakan tangannya. Pada lagu berikutnya, Bert meminta penonton untuk menyimpan handphone masing-masing dan menikmati konser tanpa handphone. Lagu yang dibawakan berjudul ‘The Taste of Ink’. Penonton tampak manut dengan perintah Bert. Hanya ada satu-dua orang yang merekam di belakang, sementara penonton di barisan depan mengangkat tangan.

Seusai lagu, Bert mempunyai permintaan lagi. Kali ini Bert meminta penonton untuk merangkul penonton lain di sebelah kanannya. Jelas tidak ada yang mau melakukan ini. Lanjut pada lagu keenam berjudul ‘I Caught Fire’. Lagu ini dipersembahkan oleh Bert kepada penggemar lama The Used juga untuk pendengar emo. “Ini untuk semua emo kids” ujarnya.

Setelah jeda sejenak, gitaris The Used, Joey Bradford, kemudian memainkan intro ‘Wonderwall’ dari Oasis. Penonton mengira ini hanya bercanda. Kemudian seluruh band langsung melanjutkan lagu tersebut sampai reff pertama. “Saya benci oasis” ujar Bert seusai lagu.

Bert nampak sangat senang meminta sesuatu pada penonton. Kali ini, Bert meminta penonton untuk membuat mosh pit di tengah-tengah. Lagu berjudul ‘Cry’ dibawakan bersamaan dengan penonton yang melakukan moshing. Menurut Bert, lagu ini jarang dibawakan oleh The Used.

Pada lagu berikutnya, dengan mosh pit yang masih terbuka, Bert menyuruh penonton yang berada di dekat mosh pit untuk bergerak memutar searah. “Berputar satu arah”. Mendengar kata “satu arah”, penonton tertawa mengira Bert sedang membahas boyband asal Inggris tersebut. Bert pun berkata “saya benci one direction”. Penonton akhirnya berlari memutar berlawanan arah jarum jam dan kemudian kembali melakukan moshing. The Used sendiri membawakan lagu ‘Blood On My Hands’. 

Seusai lagu, Bert memberikan shoutout kepada Phony Ppl yang bermain sebelum The Used (meski pada awalnya Bert lupa nama bandnya). Bert lagi-lagi menginstruksikan penonton. Kali ini instruksinya “angkat tangan kalian ke atas dan pegang alat kelamin kalian juga”. Bert sangat suka bercanda. Konser dilanjutkan dengan lagu “Buried Myself Away”.

Sering bercanda sepanjang konser, kali ini Bert berbicara dengan serius. Ia menunjuk kain keffiyeh yang ia pasang di mikrofonnya. Ia lalu menerangkan bahwa kain biasa dipakai masyarakat Palestina dan dipasangnya kain ini menjadi simbol dukungan kepada Palestina. “Ini merupakan dukungan saya untuk masyarakat Pestina” ujarnya. Penonton bertepuk tangan. The Used lalu membawakan lagu yang menurut Bert jarang sekali dibawakan karena menurutnya lumayan sentimental. Lagu tersebut berjudul ‘Blue and Yellow’. Melihat ini adalah kesempatan langka, penonton langsung mengeluarkan hape dan merekam. Kebetulan lagu ini lumayan lambat, moshing jadi tidak seheboh lagu-lagu sebelumnya.

Masalah lagu yang menghentak-hentak rupanya disadari oleh Bert. Ia menyampaikan kebingungannya “Setlist ini gila juga ya, ada hit dalam setiap lagu kami, saya bingung cara melambatkannya bagaimana”. Bert akhirnya melambatkan tempo konser dengan membawakan ‘On My Own’. Lagu ini dibawakan dengan gitar akustik. Penonton khidmat bernyanyi pada lagu ini.

Tempo kembali kencang. Setelah terharu semuanya ikut menyanyikan ‘On My Own’, Bert kemudian meminta penonton untuk membuat wall of death. “Aku tahu kita band emo, dan di band emo gak ada wall of death, adanya wall of love and tears, tapi ayo kita bikin wall of death”. Ia pun menginstruksikan wall of death di mana penonton terbagi menjadi dua sisi dan di tengah2nya penonton dari kedua sisi saling bertubrukan. The Used memainkan ‘Pretty Handsome Awkward’ pada kesempatan ini.

Sudah 12 lagu dibawakan. Bert kemudian memberitahu penonton bahwa The Used sedang mengerjakan materi baru. Band yang digawangi oleh Bert (vokal), Joey (gitar), Dan (drum), dan Jeph (bass) sudah mengeluarkan 7 album, 2 album live, dan 3 EP. Lagu berikutnya, Joey memainkan intro ‘Smell Like Teen Spirits’ dan kemudian diikuti oleh satu band lalu disambung dengan ‘Box Full of Sharp Objects’.

Di akhir lagu, The Used membawakan potongan dari ‘Killing in The Name’ dari Rage Against The Machine. Kebetulan, Prophets of Rage, supergrup yang terdiri dari 3 personil Rage Against The Machine, akan tampil esok harinya (1/9). Pada lagu sebelumnya, Bert juga menyarankan penonton untuk menonton Prophets of Rage.

Konser ditutup tanpa encore meski penonton meminta-minta. Setelah konser, kru kemudian membagikan setlist, pick gitar, dan yang paling unik, membran drum. Nampak The Used senang penampilan kali ini. Hal tersebut terbukti dengan penampilan mereka yang sangat lepas diikuti dengan interaksi dan canda Bert meski tak bisa berbahasa Indonesia. Seperti apa yang dikatakan Bert di awal, “seperti biasa aja ya kalian”, konser ini berjalan dengan sangat natural baik dari penampil maupun penonton yang menyanyikan hampir semua lagu dan ikut berjingkrak di beberapa lagu yang menghentak.

Teks: Aldrin Kevin
Foto: Aldrin Kevin

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *