Connect with us

Interviews

Sigmun: Pasti Ada ‘Freudian Slip’ di Musik dan Lirik Kami

Dipublikasikan

pada

Sigmun. Kuartet musik rock asal Bandung ini baru saja merilis mini album pertamanya, Cerebro. The Bronze Medal Records selaku label yang menaungi mini album tersebut hanya merilis 40 keping. Secara cepat dan kurang dari enam jam, Cerebro ludes dipesan melalui surat elektronik.

Cerebro berisi empat lagu: “Cerebro”, “The Long Haul”, “Ring of Saturn”, dan “Atom Heart Father”.

Sejak kemunculannya, Sigmun seakan memberi pemandangan baru untuk menikmati musik rock di Bandung ataupun beberapa kota lainnya. Nafas segar yang ditampilkan membawa Sigmun mengisi soundtrack untuk film laga The Raid. Bersama Suri dan Jelaga, Sigmun merangkai album bersama dalam bentuk piringan hitam yang dinisiasi Orange Cliff Records.

Melalui surat elektronik kami melemparkan beberapa pertanyaan mengenai keterkaitan mereka dengan Sigmun Freud, mini album Cerebro, dan perilisan split album di Bukit Moko Bandung.

Haikal Azizi (vokal dan gitar), Mirfak Prabowo (bas), Pratama Kusuma Putra (drum), dan Nurrachman Andika (gitar) merespon secara santai dan singkat pertanyaan kami. Berikut wawancaranya.

Seberapa dekat musik Sigmun dengan si pencipta teori psikoanalisis?

Haikal: Kami tidak menganut psikoanalisis secara relijius. Tapi, saya percaya bahwa sesadar apapun, kami berusaha membuat atau merancang gagasan dan wacana dalam musik dan lirik kami, pada akhirnya pasti ada freudian slip. Ada secuil alam bawah sadar kami masuk tanpa disadari. Saya rasa pencipataan musik yang seperti apapun, apabila memang dikerjakan oleh manusia, pastilah beririsan dengan alam bawah sadar penciptanya.

Pengaruh musik datang dari mana saja?                

Tama:   Dari semilir angin berhembus dan keheningan malam. Kami sangat terbuka soal pengaruh bermusik. Bisa datang dari mana saja.

Haikal:  Tidak hanya mencari inspirasi dari konteks ranah musik saja. Seni rupa, literatur, ritual agama dan perjalanan antar kota.

Mengapa Sigmun terlebih dahulu merilis split album ketimbang album sendiri?

Mirfak: Karena perubahan jadwal yang diluar kontrol kami sendiri.

Haikal:  Disatu sisi kami berusaha membangun momentum terlebih dahulu. Disisi lain album kami memang belum siap dirilis. Terlepas dari semuanya, materi udah ada sejak 2012. Cuma kami saja yang terlalu kritis sehingga mengundur lagi

Tama:   Kami juga sibuk kuliah dan sedang menyiapkan sidang akhir.

The Bronze Medal Records merilis mini album Cerebro. Apakah sebelumnya ada label yang menawarkan kalian merilis album?

Tama:  Untuk konteks album penuh, belum ada.

Angka 40 menjadi jumlah rilisan fisik kalian. Mengapa?

Haikal: Tidak ada alasan tertentu.

Mirfak: Menyesuaikan dengan jumlah yang diminta dari The Bronze Medal Records.

Siapa sebenarnya yang merencanakan dataran tinggi di Bandung yaitu Bukit Moko sebagai tempat perilisan split album berbentuk piringan hitam bersama Suri dan Jelaga? Mengapa?

Haikal:  Sebenarnya sudah sejak lama kami memimpikan untuk bisa bikin acara dan main di Bukit Moko. Kebetulan saat rilis split album kemarin, perihal showcase-nya diserahkan penuh kepada kami. Langsung sikat.

Tama: Kami sudah bosan dengan udara Bandung yang mulai gerah.

Berapa lama Sigmun mempersiapkan mini album Cerebro?

Haikal: Kurang dari sebulan, mungkin.

Mirfak: Semalam.

Tama: Sekali kedip beres. Haha.

Dua diantara empat lagu di mini album ini sudah pernah dirilis sebelumnya, “Ring of Saturn”yang kalian lepas dengan bebas unduh dan “The Long Haul” ada pada split album bersama Suri dan Jelaga. Mengapa tidak menyertakan rilisan yang sudah kalian buat sebelumnya seperti “Bones”, “Land of the Living Dead”, “Red Blood Sea”, dan “Valley of Dream”?

Tama:   Sebenarnya EP Cerebro direncanakan rilis tahun kemarin. Karena kelamaan, akhirnya kami keluarkan satu lagu dulu. “Ring of Saturn” dirilis menggunakan metode tesis salah satu teman saya yang akan menyelesaikan studi pasca sarjananya. Jadi, dirilis dan sekalian membantu teman. “The Long Haul” yang ini merupakan versi beta dan direkam dengan perangkat terbatas, cukup berbeda dari “The Long Haul” yang dirilis di piringan hitam three way split.

Mirfak: Empat lagu yg disebutkan terakir tidak untuk rilisan kecil. Kita lihat saja di waktu yang tepat.

Haikal Azizi membuat proyek solo bernama Bin Idris. Bagusnya, musik yang ditampilkan berbeda dengan Sigmun. Apa itu bagian dari iseng belaka mengisi waktu ketika tidak bersama Sigmun atau memang sudah pernah dipersiapkan sebelumnya?

Tama:   Berhubung Haikal lulus kuliah duluan, jadi sangat dimaklumkan sekali kalau beliau yang duluan menjadi pengangguran. Maka lahirlah Bin Idris.

Haikal: Haha. Tapi Bin Idris sebenarnya sudah ada bahkan sebelum Sigmun muncul. Sama sekali bukan iseng belaka. Masing-masing dari kami memang punya proyek selain Sigmun. Tama punya Them On Yet, Nurachman/Jono punya Mumayat, Mirfak sendiri punya proyek sampingan Tangeru Acid Disco Experience.

Dengan makin bertambahnya penikmat musik memperhatikan Sigmun, apakah kalian merasa bahagia?

Tama: Alhamdulillah. Soal bahagia; asal bisa bangun pagi sambil ngopi sudah membahagiakan sekali.

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *