Connect with us

Album Review

Pee Wee Gaskins – A Youth Not Wasted: Menjadi Dewasa dalam Pop Punk

Dipublikasikan

pada

PWG-ayouthnotwastedBang, kok di album ini, bunyi synth-nya hilang ya?” komentar seseorang saat mendengarkan album A Youth Not Wasted. “Bunyi synth kan ngga melulu harus tuninut-tuninut,” balas Pee Wee Gaskins. Sebuah pembahasan ultra singkat antara penggemar dengan band hidup matinya, yang secara tidak langsung mengisyaratkan bahwa Pee Wee Gaskins telah melangkah satu tingkat, sebuah fase pendewasaan dari gerombolan yang diakui sebagai toughest motherfckr around.

Saat menyimak penuh album A Youth Not Wasted dari kuintet pop punk terbesar di ranahnya ini memang tidak lagi terdengar bunyi tuninut-tuninut seperti apa yang mereka kemukakan diatas, tidak seperti apa yang akan kita jumpai apabila mendengarkan album The Sophomore dan Ad Astra Ad Aspera, namun Omo sang serba bisa bukannya malah kehilangan porsi. Justru di A Youth Not Wasted dirinya makin mengeksplor kemahirannya bermain, membuat penuh A Youth Not Wasted dengan isian-isian warna baru.

Pee Wee Gaskins makin dewasa, mereka berhasil berubah. Berubah yang tidak merubah tingkat kegemaran setiap penikmatnya. Dengan memutuskan untuk menggandeng kerjasama dengan label kawakan macam Universal Music Indonesia, ternyata dengan cukup mengejutkan musik Pee Wee Gaskins tidak harus berbelok menjadi mendayu. Mungkin hanya single “Kertas dan Pena” yang cukup mewakili warna dari label tersebut.

Deretan lagu lain semacam “Just Friends”, “Berbagi Cerita”, “Jumping Jupiter” serta “YAIGS (You And I Going South)” adalah repertoar yang sudah sangat dihafal oleh para Dorks (penggemar Pee Wee Gaskins), karena telah beredar luas di dunia maya dan cukup sering dihadirkan oleh Pee Wee Gaskins diatas pentas. Cerita jatuh cinta dan bagaimana cara untuk survive atas nama apa yang paling diagungkan, disini adalah musik, masih menjadi garis besar isi album A Youth Not Wasted.

Juga tak ketinggalan nomor -nomor anthemic pengundang koor massal seperti “Teriak Serentak” dan “Sassy Girl” yang kental akan aroma j-punk. Mungkin lagu ini tercipta setelah Pee Wee Gaskins mendapat kesempatan bertandang ke negeri sakura beberapa kali seraya berbagi cerita dengan para personil Total Fat, band punk terbesar di Jepang, mungkin ? Setidaknya hal tersebut menguatkan asumsi yang muncul ini.

A Youth Not Wasted jelas bisa ditasbihkan sebagai album yang segar, sesegar ide mereka mengundang Gania Alianda untuk turut berpartisipasi di “Serotonin”. Melaju ke “Sad Song Sing Along” yang tak kalah menghentak. Ini betul-betul Pee Wee Gaskins rasa baru, tanpa melunturkan semangat untuk terus berjingkrakan. Merangkak hingga sampai di “Here To Stay”, satu yang paling old Pee Wee.

Secara keseluruhan A Youth Not Wasted adalah pembuktian bahwa Pee Wee Gaskins adalah band dengan daya dobrak luar biasa. Mendobrak zona nyaman mereka sendiri hingga dapat menulis lagu yang dianggap oleh banyak kalangan kini Pee Wee Gaskins telah naik kelas. Menuju kemapanan dalam menciptakan materi tanpa meninggalkan hawa-hawa pantang mundur yang sudah mereka bangun dahulu saat memutuskan untuk membentuk grup ini. Semangat yang sama, tema yang tidak jauh berbeda, sekarang dalam strata yang kian mengudara.

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *