Connect with us

Articles

Sistem Arisan Jadi Metode Konser Versi Lazy Club

Dipublikasikan

pada

Lazy Club merupakan kelompok kolektif yang terbentuk di Bandung oleh beberapa band, seperti Teman Sebangku, Nadafiksi, Tetangga Pak Gesang, The Fox and The Thieves, Trou, Space and Missile hingga Sigmun. Pada awalnya, Lazy Club ini dibentuk untuk membuat sebuah kegiatan untuk mengisi waktu di tengah kesibukan, khususnya kejenuhan dalam proses kreatif bagi mereka. Lazy Club tidak hanya terbentuk oleh musisi, multi-disiplin dari berbagai bidang, mulai dari pegiat hingga penikmat seni pun ikut terlibat.

Muncul lah kegiatan-kegiatan seperti Lazy Hiking Club hingga Lazy Yoga Club yang selalu diakhiri dengan makan-makan dan tentu saja bermain musik. Cara ini cukup membuat kondisi jenuh dalam proses kreatif mereda dan kembali dengan inspirasi-inspirasi baru. Akhirnya, Lazy Club pun semakin giat mengisi kegiatan-kegiatannya hingga menjadi sebuah tempat bagi siapapun secara terbuka dan bebas.

Salah satu program Lazy Club yang sedang dikerjakan tahun 2015 ini adalah Lazy Fest. Melalui obrolan singkat dengan Dwi Yudhaswara dari Nadafiksi, festival ini merangkum beberapa kegiatan dari Lazy Club dan yang paling menarik adalah bagian dari departemen musiknya yang disebut Lazy Music. Mereka menjalankan sebuah sistem yang cukup tradisional, yaitu arisan. Sistem arisan ini dijadikan metode bagi beberapa musisi (yang tertarik) di Lazy Club. Oleh karena itu setiap peserta arisan diwajibkan menabung dengan jumlah yang sudah disepakati setiap bulannya. Kemudian, seperti sistem arisan lainnya, akan ada pengocokan untuk memilih siapa pemenangnya dan dilakukan setiap 2 bulan sekali.

Lazy Club memilih 2 peserta melalui kocokan tersebut, mereka mendapatkan uang tabungan yang terkumpul dari semua peserta arisan. Bedanya arisan versi Lazy Club ini adalah, peserta terpilih harus menggunakan uang tersebut untuk membuat sebuah pertunjukan musik, baik itu untuk konser, perayaan rilisan atau pun lainnya. Jadi setiap peserta terpilih akan mendapatkan waktu dan tempat untuk konser yang diberinama Lazy Fest dan berhak mengajak 2 band di luar peserta arisan untuk turut berpartisipasi di pertunjukan musik tersebut.

Sistem arisan ini dipilih karena dianggap mampu memberikan pelajaran berharga bagi para musisi, seperti menabung untuk keperluan band, atau juga mandiri, dalam artian tidak tergantung terhadap sponsor. Sistem arisan ini menjadi jalan bagi Lazy Club untuk membuat pertunjukan musik yang diharapkan bisa sesuai impian. Impian dalam hal konsep, dalam hal dana, dalam hal tujuan dari setiap kelompok musik, seperti launching, membuat konser tunggal dan lain-lain. Anggapan ini terbentuk dari sebuah fenomena banyaknya pertunjukan musik via sponsorship dengan band-band yang itu-itu saja.

Lazy Club mengharapkan, metode ini bisa memberi referensi baru bagi band-band lain atau siapapun untuk membuat sistem yang serupa, sehingga regular music event yang menyajikan band-band baru bisa membantu menciptakan regenerasi yang baik di setiap kotanya. Selain itu, jika setiap kota memiliki semangat yang sama, maka Lazy Club bisa menjadi jaringan pertunjukan musik bagi band-band di luar Kota Bandung, memperkuat jaringan dengan barter event bisa menjadi salah satu caranya, dan arisan ini lah yang menjadikan ide untuk menciptakan pertunjukan musik sendiri dengan cara sendiri.

Lazy Club memiliki semangat bahwa masih ada cara untuk mewujudkan mimpi dalam bermusik, tidak selamanya harus menunggu sponsor atau undangan yang datang, dan yang pasti, puluhan kota di Indonesia memiliki ribuan atau bahkan jutaan band yang harus ditunjukan kepada publik di atas panggung.

 

*Foto: Nasrul Akbar

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *