Connect with us

Articles

Tentang Musik, Keluarga, dan Album Deugalih Yang Tertunda

Dipublikasikan

pada

Dimulai dari 3 kali berubah nama dalam satu tahun di tahun 2010; Deugalih, lalu Deugalih & Friends, sampai Deugalih & Folks. Dari dicap Grunge Revival ketika masih bernama Deugalih, disebut sebagai band Jazz ketika bernama Deugalih & Friends, sampai disebut band Folk-Rock setelah bernama Deugalih & Folks. Terserah, saya dan teman-teman sih ketawa-ketawa saja. Bebaslah sebut apa saja, genre musik Deugalih & Folks disebut Dangdut Koplo sampai Metal juga boleh, namun lagunya sebetulnya itu-itu saja dan begitu-begitu saja. Haha.

Yang jelas band ini dibentuk secara instan, sudah siap saji, saya (Deugalih) adalah pengisi vokal adisional pada band yang cenderung Country, Irish Folk dan Ballads bernama KM21 (nama lainnya: The Folks) di tahun 2006. Jadi tidaklah bersusah-payah bagi saya dan teman-teman membentuk Deugalih & Folks di tahun 2010, sebab sejak tahun 2006 saya dan The Folks sudah sering jamming di ruang Himpunan Mahasiswa Sastra Unpad, ketika waktu senggang tidak berkuliah.

Produktifitas membuat lagu pun begitu instan, sebab lagunya sudah ada, lebih dari 30 lagu karya kita sendiri yang sudah siap kita mainkan, sebab karir saya di dunia musik scene country-balada yang cenderung berlahan sangat kecil dan bernafas sesak untuk hidup, sudah dimulai sejak 2002, wajar saja stok lagu melimpah-ruah dan tinggal pilih saja. Sudah otomatis bila terpikir sebuah album. Band ini pun akhirnya masuk studio pada sekitar akhir tahun 2010, merekam Earth; yang dirilis sebagai single pada tanggal 17 Agustus 2011 sebagai tanda barangkali saja tahun 2012 album Deugalih & Folks akan keluar. Dan rilis album di tahun 2012, meleset! Alhamdulillah.

Awak kapal band ini beragam betul usianya dari usia 20-60 tahunan. Tentu, berbagai macam perilaku yang unik, sifat, kecanggungan tidak bisa dihindari itu ada. Apalagi, teman-teman saya ini hidup dari “scene musik independen” alias mereka dibesarkan di komunitasnya, bukan “scene musik seniman independen” yang dibesarkan dengan karyanya sendiri. Kami lugu masalah tetek-bengek pengetahuan industri musik dan itu salah satu yang membuat band ini membutuhkan waktu yang lama lama untuk menyelesaikan 1 album saja. Kurang-lebih memakan waktu 4 tahun untuk bisa menyelesaikan seluruh materi album yang diinginkan. Workshop dan sesi latihan intensif pun beberapa kali digelar demi terciptanya rumusan yang jelas dari lagu-lagu yang kami mainkan. Rekaman terus diulang dan direvisi berkali-kali dengan lagu yang sama, kadang memakan waktu berbulan-bulan untuk menemukan kata “pas, oke, ayo rekam, LAGI!”

***

Bila ada yang bilang “Hidup berkesenian atau bermusik akan terhenti, kalau kamu menikah dan berkeluarga.” Personil saya sebaliknya, mereka rata-rata sudah menikah dan berkeluarga. Maka, semuanya berjalan dengan cara yang sangat lambat namun menyenangkan, sebab setiap dari kita memiliki kegiatannya sendiri.

Waktu luang begitu berharga. Bahkan untuk memiliki waktu luang di hari Sabtu dan Minggu, sebab beberapa dari kita seperti Abah dan Yadi justru bekerja di hari itu. Sedang yang lain bekerja di weekdays.

Sebagaimana band yang dibangun dengan asas kekeluargaan, kami menyadari betapa pentingnya memiliki waktu berkumpul bersama keluarga; akhirnya seringnya kita berlatih dan membuat workshop musik ditemani anak-istri, selayak piknik santai di rumah atau di taman atau di hutan karena biasanya diakhiri dengan memasak nasi liwet bersama-sama. Jika ada waktu di luar itu (berkumpul bersama), semisal adanya jadwal berkumpul keluarga yang sifatnya private, maka tidak boleh diganggu-gugat, meski dengan alasan memenuhi tugas berlatih musik bahkan rekaman. Kami bukan mesin kan? Jadi bagi kami keluarga juga merupakan bagian tak terpisahkan karena dirasa mampu menularkan hal-hal yang menyenangkan, bahkan memberi inspirasi dalam penciptaan lagu seperti Hey ‘ya Kid dan Minggu Pagi yang punya cerita tersendiri menyangkut anak-anak para personil.

Walhasil, keterlambatan menyelesaikan album ini betul-betul banyak sekali memberikan ilmu bagi setiap anggota Deugalih & Folks. Dengan segala kekurangan, keluguan tentang yang terjadi di scene musik di luar dunia kami, semuanya tidaklah penting. Yang penting adalah bagaimana semuanya menjadi keluarga.

***

Cerita ini adalah ucapan selamat menikmati album Deugalih & Folks yang sebentar lagi akan hadir di hadapan kalian. Salam penuh cinta dari anak-anak, istri, orangtua dan teman-teman yang tidak sungkan berkunjung di sela kami berlatih musik dan berkumpul.

Semoga hangatnya sampai di hati dan pikiran kalian.

Text: Galih “Deugalih” Su
Photo: Doc. Deugalih

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *