My Gosh, Akustik Tidak Melulu Mendayu

Pribahasa bilang “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Inilah yg menjadi acuan bagi seorang Gesit Mutiarta, Bapak setengah tua beranak satu, yang mencoba mengajarkan anaknya dengan memberi contoh bahwa menjadi tua bukan berarti kita harus berhenti berkarya dan semangat DIY harus luntur. Dengan asa itulah My Gosh muncul.

Setelah sempat berkarya dengan Miss Universe, Young and Younger dan Story Starry Nite, Gesit merasa perlu membuat karya lain yang lebih pas untuk menyuarakan kegelisahannya sebagai seorang Bapak. Seorang Bapak yang dengan segala ketidaksiapannya harus siap membayar tagihan bulanan. Seorang Bapak yang lelah dengan rutinitas pekerjaan sehari-hari namun tetap harus menemani anak bermain karena dia tahu disitulah sumber energi terkuatnya. Seorang Bapak yang harus menerima kenyataan bahwa tiba-tiba dia sudah bukan anak-anak lagi, tiba-tiba dia harus memilih antara datang ke gigs band favorit atau pelukan dengan istri yang sudah menunggu dirumah, dan tiba-tiba teman bandnya sudah tidak punya waktu lagi untuk berkumpul di studio untuk memainkan lagu pop-punk favorit.

Kegelisahan-kegelisahan tersebut menjadi inspirasi bagi My Gosh yang kemudian dikemas menjadi materi akustik yang tidak melulu mendayu dan bikin ngantuk, namun bisa juga menjadi penyemangat ketika baru bangun tidur. Jika tidak percaya, silakan dengar tiga lagu yang merupakan cuplikan dari album full-length yang akan dirilis My Gosh di bulan pertengahan tahun 2017 nanti.

Dengan bermodalkan in-house equipment, seadanya, lagu-lagu My Gosh direkam oleh Gesit didepan anak laki-lakinya, Zi. Tidak jarang, Zi bahkan seringkali tampil sebagai personil tambahan di video live My Gosh. Bukan untuk terlihat sok keren, tapi supaya Zi bisa melihat dan mencontoh bahwa menjadi seorang Bapak tidak harus membuat seseorang berhenti berkarya dan luntur semangat DIY nya.