Connect with us

Gig Review

Konser Gajah Tulus: A Sincerely Beautiful Show

Dipublikasikan

pada

Gegap gempita ulang tahun ke-204 Bandung yang jatuh hari Kamis (25/09) terasa di setiap sudut kota. Tidak terkecuali Konser Gajah Tulus yang ikut memeriahkan hari jadi Kota Kembang. Bertempat di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), perhelatan dari Blackwood Entertainment dan TULUS Production tersebut menarik minat penikmat musik. Khususnya bagi Teman Tulus—sebutan untuk penggemar Tulus—yang menyemuti venue sebelum gate dibuka.

Kendati mundur satu jam dari jadwal, acara dimulai tepat pukul 20:30 WIB. Satu per satu anggota band berpakaian serba putih naik ke atas panggung. Kontras dengan Tulus yang bersalut jas hitam dengan aksen oranye dari dasi kupu-kupunya. Sang solois lantas membuka konser dengan tembang “Baru” dan “Bumerang”.

Sebelum lagu ketiga, seorang penari topeng muncul dan menjadi gimmick unik dalam lagu “Diorama”. Tulus mengambil jeda untuk menyapa penonton, lalu menceritakan perjalanan kariernya sejak tahun 2011. “Konser adalah cara saya untuk berterimakasih,” ujarnya. “Dan saya ingin menyampaikan spirit konser ini melalui lagu ‘Gajah’.”

Tulus—yang memproritaskan Bandung sebagai kota untuk memulai rangkaian konser tunggalnya—tidak segan untuk mengobrol, bahkan mengambil beberapa foto dengan penggemar. Dalam “Tuan Nona Kesepian”, Tulus duduk di sofa dan bernyanyi dengan beberapa anggota band-nya. “Saya masih deg-degan, nih,” candanya yang disambut gelak dari crowd. Tulus lalu melantunkan “Mengagumimu dari Jauh” yang diakuinya belum pernah dia nyanyikan di panggung manapun.

Seolah ingin lebih akrab dengan penonton, Tulus kerap membawa cerita dan kejutan kecil dari lagu ke lagu Termasuk mendatangkan Hiroaki Kato, temannya dari Jepang. Dengan gitarnya, Hiro menggubah “Sepatu” ke dalam Bahasa Jepang. Tidak mau kalah, Tulus menyanyikan sepenggal lirik “Jangan Cintai Aku Apa Adanya” dalam bahasa yang sama.

Tulus juga berbagi kisah tentang proyek terbarunya bersama Pongki Barata (eks personil Jikustik; anggota The Dance Company). Penonton larut sejenak dalam nostalgia kala Tulus mendaur ulang “Seribu Tahun Lamanya”. Tulus pun terlibat dalam soundtrack film “3 Napas Likas”—yang akan diputar di bioskop pada Oktober 2014—dengan menyumbang lagu berjudul “Lekas”.

Malam terus bergulir, tetapi Teman Tulus justru kian antusias menyaksikan idolanya. “Sewindu” dan “Teman Hidup” terdengar lebih segar dengan aransemen yang berbeda. Crowd pun kembali riuh dan riang pada “Lagu untuk Matahari”.

Di paruh terakhir acara, Tulus menggoda penggemarnya dengan turun dari panggung selepas lagu “Sepatu”. Setelah teriakan “we want more” menggema selama beberapa menit, Tulus kembali ke bawah sorot lampu dan menutup konsernya dengan “Jangan Cintai Aku Apa Adanya”.

Dengan tata cahaya yang apik, konsep panggung minimal, dan tata suara yang jernih, Konser Gajah Tulus—yang berakhir pukul 22.30 WIB—berhasil meninggalkan kesan yang mendalam untuk 3.500 penonton yang hadir di Sabuga. Pun, seperti namanya, Tulus has created a sincerely beautiful show.

Text: @erlinberlin13
Photo: Nuri Moeladi

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *